bc

Love You Miss Judes

book_age4+
8.0K
FOLLOW
74.6K
READ
teacherxstudent
pregnant
playboy
goodgirl
drama
tragedy
comedy
sweet
bxg
campus
like
intro-logo
Blurb

Terbangun dengan seorang wanita berada di sebelahnya, lelaki bernama Biru Samudra Rajendra (Biru) mendadak bingung. Masalahnya, wanita itu adalah dosen pembimbing skripsinya yang terkenal cantik, judes dan juga seorang janda.

Isak tangis Binar Cahaya Mustika (Aya) semakin menjadi ketika Biru menanyakan soal keperwanannya. Dia semakin bingung saat Aya mengaku masih perawan, padahal yang dia tahu dan semua orang juga tahu, bahwa wanita itu merupakan seorang janda.

"Coba Ibu geser sedikit, mungkin aja ada jejak perbuatan kita semalam yang bisa membuktikan kalau Ibu benar-benar masih perawan," pinta lelaki itu dengan lembut dan sopan.

Aya membuka matanya yang semakin berair. Dia menggerakkan tubuhnya yang masih terbalut selimut tebal berwarna putih, menuruti pinta mahasiwa bimbingannya itu. Diantara banyak lelaki di dunia ini, mengapa dia harus terjebak dengan mahasiswa abadi yang cukup menyebalkan menurutnya.

"Beneran Ibu masih perawan?" Lelaki itu terperangah melihat noda darah di atas sprei berwarna putih.

"Puas, kamu?!" Sentak Aya.

"Kalau ada apa-apa sama Ibu, saya akan tanggung jawab–"

"Nggak usah, urusan kita selesai sampai di sini dan skripsi kamu juga akan segera saya ACC! Saya pastikan, kita nggak akan pernah bertemu lagi!”

Aya kembali menangis dalam perasaan takut dan bersalah. Dia menerka, pasti kejadian ini tidak terlepas dari rencana dan perbuatan teman-temannya.

chap-preview
Free preview
Prolog
Dingin. Suasana menjelang pagi, semakin sejuk, ditambah pendingin ruangan kamar hotel berbintang itu terus menyala dengan suhu rendah hingga anginnya semakin menusuk kulit. Binar Cahaya Mustika berupaya menarik selimut tebal yang sedang digenggamnya, agar semakin membalut tubuhnya yang semakin kedinginan. Tapi seketika dia membuka matanya ketika dia menarik selimut, seperti ada yang menahannya, begitu berat, hingga dia kesulitan. "Lo pikir, lo doang yang kedinginan, hah?" Wanita itu langsung membuka matanya seketika. Mengerjapkan berkali-kali saat mendengar suara berat dari seorang lelaki yang begitu dekat di telinganya. "Lo siapa?!" Sentak Aya, dia langsung menoleh pada sumber suara. Pemandangan yang dilihatnya adalah tubuh kekar lelaki berambut gondrong, yang sedang telungkup. Sebagian punggung lelaki itu terlihat karena tidak ada apapun yang menutupinya. Aya berupaya menarik selimut semakin kuat lantaran merasa dalam bahaya saat ini, hingga apa yang dilakukannya mengakibatkan lelaki di sampingnya terusik. Pergerakan mulai terlihat, Aya semakin was-was. "Jangan mendekat! Ka-kamu?!" Aya terperangah saat melihat apa yang ada di sampingnya, lelaki itu memperlihatkan wajahnya. Lelaki itu adalah salah satu mahasiswa bimbingan Aya, dan menurutnya paling menyebalkan, sering membuatnya emosi, juga naik darah dengan kata-kata dan tingkah lelaki itu yang sering berbuat sesuka hati. "Bu Aya?" Lelaki itupun mengucek matanya, mengerjapkan berkali-kali untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah. "Ka-kamu, mahasiswa abadi, ngapain di kamar ini?!" Sentak Aya dengan suara bergetar dan degup jantung yang berpacu sangat kencang bahkan rasanya seperti nyaris melompat keluar dari tempatnya. "Ibu tenang dulu." Biru Samudra Rajendra berupaya menenangkan dirinya sendiri, sekaligus wanita di hadapannya itu. "Saya dijebak teman-teman saya semalam. Saya kalah taruhan sampai harus menerima tantangan dari mereka–" "Keluar kamu dari kamar saya! Saya yang reservasi kamar ini untuk istirahat dan staycation. Kenapa kamu bisa di sini?" Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Aya, perasaannya semakin tak enak saat melihat bagaimana penampilan lelaki di hadapannya. Tanpa busana apapun di bagian atas, sama seperti dirinya. Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Dia mencoba memejamkan mata, mengingat apa yang telah terjadi semalam. Seingatnya, malam tadi usai berpesta dengan teman-temannya di longue hotel ini, Aya langsung masuk ke kamar yang telah disiapkan untuknya ini. Kala itu, dia memang sedikit pusing, mungkin karena paksaan teman-temannya untuk mencoba minuman beralkohol. Aya dan tujuh orang teman lainnya memainkan sebuah permainan berupa arisan. Selain mendapatkan uang, yang memenangkannya juga mendapat hadiah menginap di sebuah hotel dengan fasilitas yang cukup mewah. "Iya, saya keluar dari sini." Tanpa membuka selimut, Biru mencoba meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia pun merasa dijebak oleh teman-temannya setelah berpesta di bar. Aya langsung mengalihkan perhatiannya kala lelaki itu dengan santainya memakai pakaian di hadapannya. "Gila kamu, ya!" Umpat Aya. "Lah Ibu kan bisa tutup mata dulu. Atau kalau ibu mau, lihat aja nggak apa-apa saya rela–" Ucapan Biru terhenti karena Aya melemparnya dengan bantal. "Kamu ngomong gampang banget. Emang dasar nggak berotak, pantas aja skripsi kamu nggak kelar-kelar." Aya mencoba mengatur napasnya lantaran menahan kesal karena sikap lelaki itu yang begitu santai, tanpa rasa bersalah dan tidak berpikir sedikitpun dengan apa yang sudah terjadi diantara mereka semalam. "Ibu bilang apa barusan?" Biru sudah memakai sebagian pakaiannya. Setidaknya penampilannya sudah lebih baik daripada tadi. Di tangan kanannya memegang sebuah kaos berwarna hitam, tanpa memakainya terlebih dahulu, Biru berjalan mendekat pada wanita yang tak bisa berkutik itu. "Ibu ngatain saya?" Aya terdiam, dia menunduk dan berharap semoga Biru segera enyah dari hadapannya. "Ternyata seorang Binar Cahaya Mustika terlihat semakin cantik ketika bangun tidur. Beruntung banget yang jadi suami kedua Ibu nan–" Plak. Biru mendapat tamparan kuat di pipinya. Lelaki itu memejamkan matanya sekilas, lalu tersenyum santai. "Cepat pergi! Tolong anggap kejadian semalam nggak pernah terjadi, entah apapun itu!" Titah Aya dengan kasar. Dia bergerak mundur ke belakang karena dengan kurang ajarnya Biru mendekatkan wajah mereka. Aya meringis ketika terlalu banyak bergerak, dia merasakan sesuatu yang tidak nyaman di bagian bawahnya. "Saya akan keluar dari kamar ini. Tapi kita belum selesai, kita perlu bicara." Tegas Biru sembari memakai kaosnya. "Bicara apa lagi? Kan udah saya bilang, lupakan–" "Nggak bisa lupakan gitu aja. Sebelumnya saya masih perjaka. Gara-gara Bu Aya, perjaka saya hilang! Kalau memang semalam kita melakukannya, itu berarti yang pertama buat saya!" Ketus Biru tak mau kalah. Mata Aya terpejam singkat, hingga bulir-bulir bening jatuh dan mengalir di pipinya. "Kamu pikir, ini yang keberapa buat saya?" "Loh, Ibu ngomong apa sih? Ibu kan janda, ya pasti udah kesekian kali lah." Biru mencibir, lalu tertawa mengejek. Tawa Biru, membuat tangis Aya semakin menjadi dan terdengar begitu pilu. Hingga lelaki itu merasa bersalah. Tapi masih tak percaya dengan kata-kata dosennya barusan. "Mana ada janda tapi perawan?" Gumam lelaki itu, dia duduk di tepian ranjang, belum menjauh dari Aya. Entah perasaan apa yang membuat satu tangannya terangkat untuk memberi usapan lembut pada rambut wanita yang empat tahun lebih tua darinya itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook