bc

RICH MAN (BAHASA INDONESIA)

book_age16+
4.5K
FOLLOW
61.3K
READ
possessive
contract marriage
kidnap
love after marriage
CEO
drama
sweet
bxg
bold
husband
like
intro-logo
Blurb

Tidak pernah dibayangkan oleh Violet sebelumnya bahwa ia akan terperangkap dalam sebuah mansion mewah milik pria kaya raya yang malam itu datang dengan paksa untuk memaksanya agar mau tinggal bersamanya. Pria dingin itu benar-benar menguji kesabaran maupun perasaan Violet yang entah sejak kapan mulai larut dalam pesonanya.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Sangkin sunyinya kediaman mewah bak istana ini, bahkan suara langkah kaki seorang gadis yang tengah menyusuri setiap lorong demi lorong demi menghapal tempat yang sepertinya akan menjadi tempat ia melewati hari-hari selanjutnya terdengar begitu jelas. Sepanjang matanya memandang, dilantai 2 dimana kamarnya berada hanya ada ruangan-ruangan yang entah untuk apa, serta barang-barang mewah seperti guci, lemari, sofa dan sebagainya. Memang sebenarnya di rumah ini terdapat banyak orang yang merupakan pekerja disini, namun rasanya rumah ini terlalu besar jika benar-benar hanya pria yang beberapa jam lalu menculiknya itu tinggal sendiri disini tanpa siapapun. Ia yakin, bahkan pria itu pasti memiliki beberapa tempat di rumahnya yang bahkan tidak pernah ia jamah. Bagaimana tidak, baru mengelilingi lantai 2 saja kaki gadis itu rasanya sudah pegal, bagaimana jika mengelilingi semuanya. Puas berkeliling dan sudah mulai merasa lelah, gadis itu memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Jujur sejak tadi ia mencoba untuk tidur, namun rasanya begitu sulit. Maklum saja, ini tempat baru baginya, selain itu berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam pikirannya memikirkan sebenarnya apa yang terjadi dengan hidupnya hingga ia bisa terperangkap disini. Baru ia akan berbalik untuk berlalu ke kamarnya, tiba-tiba saja bola mata indah berwarna amber miliknya menatap seseorang yang sedang berdiri di salah satu balkon yang terbuka. Orang itu tampak berdiri tak jauh dari tiang balkon dengan secangkir sesuatu minuman ditangannya. Rambutnya yang hitam legam tampak tidak teratur karena masih setengah kering, badannya dibaluti handuk kimono berwarna hitam. Dari tempat ia berdiri sekarang, gadis itu bisa melihat salah satu ciptaan Tuhan yang dibuat begitu sempurna dari arah samping. Untuk beberapa saat ia memilih diam ditempat tanpa ingin mengusik. “Jika sudah puas memandangi saya, kembalilah ke kamarmu, Violet.” Tubuh gadis bernama Violet itu langsung membeku saat orang yang tengah ia perhatikan mengeluarkan suara dengan nada yang datar. Violet bisa menjamin bahwa sejak tadi pria itu sama sekali tidak bergerak dari posisinya, bagaimana ia bisa menyadari keberadaan dirinya? Merasa sudah terlanjur ketahuan, Violetpun memutuskan untuk melangkah mendekati pria itu. “Mata lo juling ya? Kok bisa tau gue disana?” tanya Violet ingin tahu. Mendengar ucapan gadis itu membuat sang pria langsung menoleh padanya. Kedua bola mata coklat milik pria itu menatap Violet dalam dan sukses bertemu dengan amber miliknya. Itu pertanda bahwa mata pria ini baik-baik saja bahkan terkesan indah. “Kok lo belum tidur?” tanya Violet lagi berusaha mengalihkan dirinya dari pandangan pria yang mampu membuat kaki kakinya terasa lemah hanya dengan ditatap. “Menunggu gadis kecil yang sedang berkeliaran seolah mengintai sesuatu untuk kembali ke kamarnya.” Violet mengerinyitkan dahinya. Gadis kecil? Siapa? Maksudnya dirinya? “Eh Alva.. gue..” “Alvaro!” seketika gadis itu mencibir saat lagi-lagi pria itu membenarkan panggilannya. “Oke, Alvaro, gue bukannya lagi mau mengintai sesuatu di rumah lo ini, tapi gue emang gak bisa tidur,” balasnya membela diri. Pria bernama Alvaro itu tampak mengerinyitkan dahinya. Ia piker kamar nyaman yang sudah ia persiapkan untuk gadis itu akan bisa membuatnya tidur nyenyak hingga tidak sadarkan diri selama berhari-hari. “Kembalilah ke kamar, angin malam tidak baik untukmu.” “Emang, sama kayak lo, gak baik.” Ejek Violet mantap. “Violet!” “Apa.” Alvaro terdengar menghembuskan nafas kasar. Tanpa banyak berkata lagi, Alvaro langsung menggendong tubuh Violet seolah-olah tanpa beban. Violet yang kini sudah terangkat dibahu Alvaro langsung memekik tidak terima. Ia meracau-racau minta di turunkan sembari memukul-mukul punggung Alvaro, namun sepertinya Alvaro bukanlah seseorang suka dibantah. Sesampainya di dalam kamar, Alvaro langsung meletakkan tubuh Violet di atas ranjang. Violet membenarkan rambutnya yang acak-acakan dengan kasar penuh kekesalan. “Lo apa-apaan sih.” “Tidurlah!” “Enggak!” “Apa saya harus ikut berbaring disana untuk memaksamu segera tidur?” tanya Alvaro yang terdengar udah sangat malas berdebat dengan gadis ini. “Gak perlu!” Violet langsung membaringkan tubuhnya dan memunggungi Alvaro. “Kita bicara lagi setelah saya kembali dari Paris.” Setelah mendengarkan ucapan itu Violet mendengar suara pintu yang ditutup, itu tandanya pria itu sudah keluar dari kamarnya. Violet menghembuskan nafas panjang. Benar-benar hari yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Violet kembali mengingat-ingat kejadian tadi yang membuatnya tiba ditempat ini. “Heiiii lepasin gue!!!!” “Woiii botak! Gue bisa laporan lo dan teman lo ini atas tuduhan penculikan ya.” “Jangan tarik-tarik lengan baju gue! Ini belinya mahal dan cuma ada satu di dunia. Lepassssssss.” Kedua pria bertubuh besar itu sama sekali tidak menghiraukan teriakan dan makian seorang gadis yang meronta-ronta dalam cengkramannya. Mereka tampak tenang meskipun gadis mungil itu tampak berusaha keras melarikan diri darinya. Bahkan gigitan yang diberikan oleh gadis itu di tangan kekar miliknya seolah tak terasa bagi mereka. Mereka menyeret paksa gadis itu keluar dari sebuah gedung. Saat mereka sudah sampai di depan sebuah mobil, barulah mereka melepaskan cengkraman tangannya. Gadis itu mengusap pergelangan tangannya yang terasa perih, ia menatap tidak suka kedua orang yang tanpa berkata apa pun langsung menyeretnya, benar-benar tidak sopan menurutnya. Gadis itu mengalihkan pandangannya pada pemandangan yang menurutnya tidak enak untuk dipandang itu kepada mobil di dekatnya kini. Mata membulat kagum, sebuah Mercedes-Benz Maybach S-Class berwarna hitam mengkilap terlihat begitu menawan. Tangannya terulur mengelus mobil yang bahkan untuk pertama kali ia lihat itu. “Masuk.” Gadis itu kembali mengerucutkan bibirnya kesal. Akhirnya salah satu diantara kedua orang berseragam hitam itu mengeluarkan suaranya, meskipun yang terdengar adalah kata perintah yang sukses membuat gadis itu makin kesal. Ia menghentakkan kakinya dan memasuki mobil itu. Ia sempat tersentak kaget saat mendapati ternyata ada seseorang yang sedari tadi duduk tenang di dalam mobil mewah itu. Gadis itu meneliti seseorang yang duduk di sampingnya, tampak tampan dengan suit yang membaluti tubuh kokohnya dan kaca mata hitam yang menutupi matanya. Ia tampak melihat lurus ke depan. “Violeta Henzie?” Gadis itu menyipitkan matanya saat mendengar suara bariton namun terdengar lembut di telinga itu mengucapkan nama lengkapnya. “Iya, gue Violet . Lo siapa?”  “Jalan.” Violet mengerinyitkan dahinya saat pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya dan malah melontarkan kata perintah yang seketika membuat mobil itu berjalan. Gadis bernama Violet itu dibuat panik saat dirinya dibawa pergi. “Heh, lo siapa sih? Kenapa bawa gue? Lo mau bawa gue kemana? Lo mau culik gue ya? Dasar penculikkkkk...” Violet memukul-mukul lengan pria itu meluapkan kekesalannya.  “Turunin gue gak? Atau gue teriak ni!” “Kamu bisa diam gak? Tidak usah pukul-pukul, kayak anak kecil!” “Bodo!!!!!! Lepasin gue,” Violet memekik keras hingga membuat pria itu harus menutup kedua telinganya. ” Violet!” “Apa?!” Pria itu terdengar berdecak saat Violet malah membalas membentaknya. Merasa lelah melakukan perlawanan yang tidak ada hasilnya, Violet memilih diam dan membiarkan punggungnya bersandar pada sandaran kursi mobil mewah ini. Ia melipat kedua tangannya di depan d**a sembari menatap tajam orang asing di sampingnya. Kalau bukan karena dirinya penasaran akan dibawa kemana, Violet sudah memutuskan untuk lompat dari mobil ini sedari tadi. Violet tampak membulatkan matanya kaget saat mobil mewah ini tampak memasuki sebuah rumah, oh bukan, istana, oh sepertinya juga bukan, tapi ini lebih terlihat seperti mansion mewah. Gadis itu sempat terpukau beberapa saat melihat rumah dengan halaman yang sangat luas itu. Sangkin terpukaunya, Violet sampai tidak sadar jika pria di sampingnya sudah keluar dari mobil. Violet tersentak kaget saat seseorang membukakan pintu untuknya. “Ini mansion punya siapa?” tanya Violet. Bukannya menjawab, pria itu malah berlalu dari hadapannya. Violet berdecak kesal dan langsung mengikutinya. “Selamat datang Nona.” Violet kembali terheran saat melihat 5 orang terlihat menyambut kedatangannya. “Makasih,” balas Violet diiringi senyum kecilnya. Dengan cepat ia kembali mengejar pria tadi yang sudah berlalu mendahuluinya. “Heh, sebenarnya lo ini siapa sih? Kenapa bawa gue kesini? Oh atau lo yang bikin undangan party palsu itu biar gue datang ke tempat tadi habis itu lo culik gue?” Terka Violet. “Kalau bukan dengan cara gitu, saya gak mungkin bisa bawa kamu kesini,” balas Pria itu yang kini sudah berdiri di depan Violet. “Hidup kamu kan cuma untuk party,” sambungnya. Violet mencibir kesal mendengar sindiran yang ditujukan untuknya itu. “Terus lo ngapain ajak gue kesini?” “Mulai hari ini kamu tinggal disini, nanti akan ada yang mengantar kamu ke kamar.” “What? Big No! Gue gak mau! Gue punya apartemen.” “Ini bukan ajakan, tapi perintah.” Pria itu langsung berlalu. “Eh... ” Violet tampak segan menarik jas pria itu agar kembali berhenti. Ia tahu tindakannya ini sangat tidak sopan, namun ia tidak peduli. “Nama lo siapa?” “Alvaro Adelio Cetta.” “Oke Alva, gue gak kenal siapa lo dan lo juga gak kenal siapa gue. Gue gak tau maksud lo bawa gue kesini apa, jadi gue gak bisa tinggal disini, bye pakai emot dadah!” Ucap gadis itu tanpa henti kemudian berjalan keluar dari rumah itu. Tak bisa dipungkiri bahwa tinggal di mansion semewah ini adalah impian semua orang, namun tinggal dengan orang yang tidak dikenal? Benar-benar bukan impian Violet “Kamu saya bawa kesini atas permintaan oma Sari,” satu kalimat yang dikeluarkan pria bernama Alvaro itu sukses menghentikan langkah Violet. Ia kembali berbalik. “Oma? Kok lo bisa kenal oma?” “Saya tidak punya banyak waktu menjelaskan kepada kamu sekarang, jadi kalau kamu sayang sama oma kamu dan mau lihat oma kamu bahagia di surga sana, ikuti apa yang saya katakan.” Violet terdiam, jadi ini semua karena omanya? Tapi kenapa? Kenapa ia harus tinggal bersama orang asing ini? “Siang besok saya ada janji makan siang dengan rekan bisnis saya di Paris, jadi sekarang saya harus bersiap-siap untuk pergi. Kamu silahkan beristirahat. Jangan pergi tanpa izin saya.” Setelah mengucapkan kata itu Alvaro langsung berlalu pergi. Violet membulatkan matanya untuk kesekian kalinya. Makan siang? Di paris? Kenapa bibir tipis berwarna merah muda miliknya itu mudah sekali mengucapkan kalimat seolah-olah ia hanya pergi tidak jauh. ”Oh ya, satu lagi. Panggil nama saya secara lengkap, Alvaro!” tanpa berbalik ia berkata begitu dingin membuat Violet terpaku. “Mari Non saya antar ke kamar.” Ucap seseorang yang tiba-tiba menghampiri Violet. “Gak usah panggil Non, panggil Violet aja.”  “Tapi ini perintah tuan Alvaro.” “Perintah dia ya buat kita langgar.” Gadis itu terkekeh setelah mengucapkan kalimat itu dengan mudah. “Nama Kakak siapa?” Tanyanya pada pelayan yang masih tampak cukup muda itu. “Rika,” balasnya sembari tersenyum. “Oke, kak Rika gak usah panggil aku pakai non non segala, panggil Violet aja. Oke?” “Okelah,” balasnya membuat Violet tersenyum senang. “Ya udah, yuk kakak antar ke kamar.” Violet mengangguk kemudian mengikuti Rika menaiki tangga. Violet mengedarkan pandangannya melihat sekeliling rumah ini yang tampak begitu mewah. “Ini kamar kamu.” Entah sudah berapa kali dalam sehari ini Violet membulatkan matanya. Kamarnya benar-benar begitu besar dan mewah. Ranjang berukuran king size yang begitu mewah, meja rias, lemari-lemari besar dan pemandangan belakang dari jendela yang indah, benar-benar pemandangan yang sangat indah. “Kamu istirahat dulu, nanti akan ada pelayan lain yang bakal antar makanan buat kamu, kamu mau makan apa?” “Aku mau ayam rica-rica, boleh?” Rika tersenyum lucu saat melihat gadis itu menatapnya dengan tatapan memohon. Dia tidak seharusnya seperti itu, ia bahkan bisa makan apa pun yang ia mau “Ya udah, kamu tunggu disini ya.” Violet mengangguk antusias. Rika keluar dari kamar dan menutup rapat-rapat pintu kamar Violet. Ia kira saat tuannya memberi tahu bahwa akan ada seorang gadis yang mulai hari ini akan tinggal di rumah ini akan membuat ia beserta pelayan lainnya kerepotan, namun ternyata Violet adalah sosok yang ceria dan ramah, berbeda dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Sementara itu Violet langsung menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Meskipun ia masih bingung dengan apa yang akan terjadi pada kehidupannya selanjutnya, namun sepertinya akan sangat menyenangkan meskipun harus berhadapan dengan pria dingin itu Violet bangkit dari posisinya dan melihat halaman belakang, ah benar-benar indah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
161.9K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
309.9K
bc

Bad Prince

read
508.0K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.3K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.4K
bc

Rujuk

read
904.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook