bc

Bukan Sugar Baby

book_age18+
2.1K
FOLLOW
29.7K
READ
like
intro-logo
Blurb

Hidup seperti tengah mempermainkan seorang Cristal Mahendra kehidupan tenang dan nyaman yang selama ini Cristal jalani mulai terusik sejak Ayahnya, Gunawan Mahendra ditangkap polisi dengan tuduhan korupsi yang membelitnya. Cristal yakin Ayahnya tidak bersalah karena selama ini sang Ayah selalu mengajarkan hidup sederhana meski terlahir dari keluarga yang kaya. Seluruh aset dan harta bendanya kini pun di sita oleh polisi.

Kabar penangkapan Gunawan membuat Arina Larasati shok dan jiwanya terguncang mau tidak mau Cristal harus membawanya ke psikiater demi kesembuhannya. Bahkan kini ia harus angkat kaki dari rumahnya sendiri. Kenyamanan dan kehangatan keluarga kini musnah seketika dalam waktu sesingkat itu dunianya terasa berubah seratus delapan puluh derajat. Tetapi Cristal berusaha untuk tegar demi sang Mama yang membutuhkannya setidaknya itulah motivasi yang membuat Cristal kuat hingga kini.

Semesta seperti masih ingin bercanda dengannya, ia yang sedang terpuruk pun harus mengalami nasib lebih sial lagi saat menghadiri sebuah pesta di sebuah hotel ia terjebak di sebuah kamar, siapa yang menyangka malam laknat itu menghasilkan benih dalam perutnya.

chap-preview
Free preview
Episode 1
Cristal menghela napas panjang duduk disebelah Karin melempar asal tasnya, entah berapa kali ia melakukanya seolah bisa meringankan beban yang ada di pundak. Semua terasa gelap dan kosong hanya hampa yang tersisa jika bukan karena Mama rasanya ingin menghilang saja dari dunia. Kasus korupsi yang membelit Papanya sungguh menjadi pukulan telak, membuat hidupnya seperti jungkir balik seketika. Meski terlahir dari keluarga berada Cristal bukanlah anak yang manja dan mudah menyerah begitu saja, orang tuanya selalu mengajarkan hidup sederhana dan kuat dalam menghadapi masalah seberat apapun itu, oleh karena itu ia pun berusaha bangkit berdiri tegak kembali. ''Are you oke?'' tanya Karin membuyarkan lamunan Cristal. ''Sepertinya aku mau cuti dan berhenti kuliah untuk sementara waktu, kalau ada info lowongan pekerjaan tolong kasih tau, ya,'' ucap Cristal sambil menghela napas. Bukan perkara mudah untuknya mengambil keputusan ini, apalagi sebentar lagi akan skripsi tapi bagaimana lagi. Ia butuh uang untuk melanjutkan hidup dan memenuhi kebutuhannya, tak ada orang lain yang bisa diandalkan selain dirinya sendiri. Ya, saat ada masalah atau butuh sesuatu Cristal biasanya datang ke tempat Karin hanya dialah sahabatnya tempat berbagi suka dan duka mereka bersahabat sejak awal masuk kuliah dari situlah mereka mulai dekat hingga kini. ''Mau kerja apa kamu?'' ''Apa aja deh yang penting halal.'' ''Sip, tenang aja. Pasti nanti aku kabarin kalau ada info loker. harus banget berhenti kuliah? Nanggung Cris, bentar lagi skripsi.'' ''Aku lagi butuh banyak uang sekarang, buat pengobatan Mama. Kalau bukan aku siapa lagi, tau sendiri kan Papa aku lagi kena kasus begini.'' ''Tenang aja, Cris pasti aku bantu kok.'' Karin menepuk bahu Cristal seraya menguatkan.'' Minggu depan ada acara , gak?'' Cristal pun hanya menggeleng. ''Kebetulan kalau gitu. Jalan, yuk? Kebetulan aku diundang party diulang tahun temen, dari pada bete mending ikut aku aja deh. Lumayan buat ngilangin suntuk.'' ''Gimana, ya? Aku paling males ketempat-tempat gitu, tambah pusing kepalaku yang ada.'' ''Ayo, lah sekali ini aja. Tar kalau gak nyaman boleh kok balik duluan. Ikut, ya? dijamin gak nyesel siapa tau dapat cowok tajir.'' ''Halah ... bisa aja, cowok blangsak yang ada,'' seloroh Cristal dan mereka pun sama-sama terkekeh. * Cristal kini tengah membereskan rumah miliknya, rumah yang dibeli dari sisa uang tabungan yang ia miliki. Gak sebagus dulu memang, hanya sebuah rumah kecil tapi tak apa setidaknya bisa hidup tenang dan nyaman dari pada tinggal menumpang dengan orang lain. Fokusnya kini pun hanya untuk kesembuhan Mama dan mencari bukti kasus yang membelit sang Papa, Cristal yakin Papanya tidak bersalah. Entah sudah berapa lamaran yang ia kirim lewat email pada beberapa perusahaan tapi belum ada satupun panggilan kerja untuknya. Kian hari tabungannya pun kian menipis, berharap ia segera dapat pekerjaan apa pun itu tak masalah. saat tengah membersihkan rumah ring tone ponselnya berbunyi segera ia pun mengangkatnya siapa tau ada info penting tentang pekerjaan, tentang perkembangan keadaan Mama atau Papanya mungkin. Senyum Cristal terkembang saat melihat nama Karin di layar segera menggeser ikon terima. ''Hallo, Iya, Rin gimana?'' ''Kamu bisa datang gak ke kafe Alamanda. Kata temen lagi ada loker di sana, tapi sebagi waiters sih kayanya.'' ''Gak pa-pa kok, dari pada aku nganggur gini. Mau makan apa nanti,'' sahut Cristal bersemangat. ''Oke, nanti aku share lok ya lokasinya.'' Setelah menyampaikan hal itu Karin pun memutuskan sambungan telepon, begitu pun dengan Cristal ia mendekap erat ponselnya. Seperti tengah mendapat lotre, meski terlahir dari keluarga kaya ke dua orang tuanya tak pernah memanjakan dan selalu mengajari hidup sederhana. Oleh karena itu Cristal tak percaya jika sang Papa korupsi pasti ada hal yang terjadi dibalik semua ini dan ia akan mencoba menyelidiki sampi tuntas. Mereka hanya terpisah ruang dan waktu. masih bisa bertemu juga kapan pun ia mau. Jadi, cukuplah sedih sesaat setelah itu bangkit kembali menata masa depan, itu yang selalu ia tanamkan dalam benaknya agar kuat meski gak mudah untuk melewatinya. Cristal pun kini bergegas bersiap menuju kafe, dengan memesan ojek online. Tak ada lagi mobil mewah yang bisa ia kendarai, Cristal benar-benar memulai hidupnya dari nol. Menekuri jalan berpaving menunggu ojek online pesanannya. Di sinilah Cristal berada di kafe Alamanda mengenakan kemeja berwarna putih dipadukan dengan celana kain hitam agar terlihat sopan tak lupa memakai sepatu dengan model kitten hells untuk menambah kesan percaya dirinya. Duduk bersama dengan calon pelamar kerja lainnya yang sama-sama mengantri untuk proses wawancara. Bahkan untuk menjadi waiters pun harus seantri ini. Setelah menunggu beberapa saat kini tiba gilirannya di panggil untuk memasuki ruang HRD, kini jantungnya terasa berdetak lebih cepat saat neteranya tak sengaja bertatapan dengan seseorang yang sedang duduk di singgasananya sambil mengetuk-ngetuk jari jemarinya di meja lalu, tampak seperti menilai penampilan Cristal dari bawah hingga atas. ''Duduk,'' titah pria di depannya dengan wajahnya yang datar tapi memiliki sorot mata tajam. Ia adalah pemilik kafe Alamanda, pria berkisaran dua lima tahun yang belum lama ini mencoba peruntungan membuka sebuah usaha kafe dengan hasil keringatnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain, sengaja ia turun langsung melakukan sesi wawancaranya sendiri untuk bisa menilai kualitas calon para pekerjaannya dan hanya beberapa saja yang tau kalau dia lah pemilik sebenarnya. ''Pernah kerja sebelumnya?'' tanya pria itu yang tak tau siapa namanya. ''Belum, ini pengalaman pertama saya bekerja,'' jawab Cristal jujur sambil meremas tali tas yang berada di pangkuannya, gerogi. ''Yakin mau bekerja begini? Cuci piring, beresin meja, ngepel dan menyapu lantai? ''Iya, pak gak masalah.'' Pria itupun mengangguk mendengar jawaban Cristal, ia bisa menilai keseriusan dan kesungguhan dari diri Cristal. Tidak ada salahnya memberi kesempatan walau ia sendiri meragukan kinerja wanita di depannya. ''Kalau gitu saya terima dan mulai besok kamu sudah bisa masuk kerja.'' ''Hah ... beneran, Pak. Bapak lagi gak bohong kan, Bapak serius kan?'' ucap Cristal merasa bahagia dengan mata penuh binar, karena akhirnya ia memiliki pekerjaan juga. ''Apa wajah saya terlihat bercanda? Satu lagi jangan sampai datang terlambat!'' titahnya mengintimidasi. Setelah sesi wawancara selesai ia pun segera berpamitan tak sabar ingin segera memberi tahu kabar baik ini pada Karin karena berkat dia lah kini ia punya pekerjaan, setidaknya untuk sementara waktu ada pemasukan, siapa tau suatu hari nanti ada pekerjaan yang jauh lebih baik. Itung-itung sebagai batu loncatan kelak ke depannya. Sudah beberapa hari ini Cristal mulai bekerja, ia pun cukup gesit mengantarkan makanan ke tiap meja tanpa sedikitpun ia mengeluh hanya sesekali saja mengipasi wajahnya yang terasa panas dan berkeringat, tak lupa menyeka keringatnya dengan menggunakan tisue. Suasana kafe selalu ramai pada jam tertentu apalagi saat makan siang, hampir semua kursi dipenuhi oleh pengunjung. Senyum di wajah Cristal terbit saat melihat Karin berdiri di ambang pintu, melambaikan tangan ke arahnya saat ia tengah mencatat pesanan. Betapa bahagianya Cristal mendapat kunjungan tak terduga seperti ini. Ia pun memberikan anggukan kepala pada Karin sebagai respon. Ingin sekali berteriak histeris dan memeluk Karin tapi urung ia lakukan sekarang sedang berada di tempat umum, terutama karena waktunya tengah bekerja. Setelah menyelesaikan tugasnya, Cristal pun menghampiri Karin ke mejanya dengan wajah berseri. ''Hey ... gimana betah?'' tanya Karin pada Cristal yang berdiri di samping mejanya. ''Lumayan, mau pesan apa? Aku traktir deh.'' ''Gaya banget mentang-mentang dah kerja sok traktir, belum gajian juga.'' ''Gak pa-pa sekali-kali gak bakal bikin kantong jebol kok.'' ''Ga usah deh makasih, simpan aja uangnya buat kebutuhan kamu nanti siapa tau butuh sesuatu. ''Ya, tapi aku kan pengen traktir.'' ''Besok aja kalau dah jadi orang kaya lagi.'' Cristal dan Karin pun tergelak bersama, seperti ini lah salah satu sikap Cristal royal pada teman-temannya atau pun orang lain di sekitar. ''Eh gimana besok jadi kan ke party temen aku?'' ''Gimana, ya?'' Cristal pun tampak berpikir meski sebenarnya ia enggan untuk pergi tapi demi sahabatnya akhirnya mengangguk setuju. ''Nah gitu dong baru namanya teman aku.'' ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
111.0K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.3K
bc

Istri Muda

read
392.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook