RAGAKU BUKAN JIWAKU

Prolog Di atas permukaan lautan, sebuah kapal kayu melaju dalam kecepatan lamban. Malam dingin berhias bintang bertaburan di atas langit, mencipta panorama alam dari cahaya keperakan. Sungguh indah dipandang mata, akan tetapi sepasang insan yang berada di dalam kapal itu tiada mampu menikmati keindahan semesta. Pada kisahnya mereka melakukan perjalanan untuk melarikan diri, karena pemberontakan telah terjadi. Para anak selir dari kaisar tidak terima jika seorang anak dari penyihir kerajaan terpilih untuk menjadi kaisar selanjutnya, mereka berdalih jika gelar ibunya terlalu hina. Pada hakikatnya sebuah tahta akan selalu menjadi rebutan, apalagi kini sebuah jabatan menjadi penunjang. Awal mula, anak kandung dari sang ratu lah yang menerima kebijakan tahta itu. Namun, karena kandidat yang terpilih memiliki penyakit langka, sang raja pun mencabut kembali pilihan dan memilih yang lainnya. Karena hal ini lah pemberontakan itu ada, para pangeran berlomba memperebutkan tahta. Kemudian, sang anak penyihir bernama Yan Che menjadi sasaran kekejaman para musuh. Bukan untuk pertama kalinya hal ini terjadi di tahun 1638 ini, akan tetapi untuk yang perdana peperangan dahsyat ini terjadi menggemparkan dinasti Han. Kaisar meyakini hati dan pikiran tidak akan tersesat, sudah dapat melihat hasil akhir dari apa yang terjadi, sehingga ia menugaskan panglima kerajaan untuk membawa anak wanitanya melarikan diri. Tiada melupakan harta kekayaan beliau persiapkan di dalam kapal pengantar perjalanan, bermaksud jika saja diri gugur dalam medan perang, maka sang anak sudah memiliki bekal untuk kehidupan masa depan. Sesungguhnya Yan Che sempat menolak keinginan sang raja, akan tetapi alasan kuat membuatnya berpasrah diri. Yakni, perempuan satu-satunya dari keturunan raja diharuskan terselamatkan dari peperangan hebat ini. Maka, Yan Che kini bisa berada di dalam kapal pengantar kepergian itu. Kepergiannya kali ini merupakan pengalaman terburuk baginya, sebab sebelum menerima kekalahan sang putri menyatakan cinta terhadap dirinya. Tentu, Yan Che menerima kasih cinta yang terucap dari mulut sang putri, karenanya sudah dua tahun ia pun memiliki ketertarikan kepada wanita itu. Namun, nasib nahas membawa diri terjerat pada kehidupan konyol. Di kala musuh mengepung benda pengantar perjalanan, ia terpaksa menenggelamkan diri membawa sang pujaan hati. Suasana sudah tak memungkinkan untuknya tetap berada dalam kendaraan itu, akibat kapal hangus terbakar api ketika alat penerangan terjatuh di atas kapal berbahan kayu itu. Saat-saat itu lah, Yan Che hidup untuk terakhir kalinya di dalam dunia yang seharusnya. Sesaat tubuh berusaha mengarungi lautan luas, berniat membawa diri serta sang kekasih untuk mencapai daratan. Sebuah cahaya melesat hingga menyilaukan pasang mata, dan bersamaan dengan hilangnya sinar itu, hilang jua kesadarannya. Karena hal itu lah tubuh Yan Che terjerat di dalam era modern. • • • Tbc