bc

Salahkah Aku Memilih Berpisah

book_age18+
21.0K
FOLLOW
177.6K
READ
billionaire
family
drama
tragedy
serious
city
office/work place
polygamy
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Zara memiliki suami yang dianggapnya sangat mencintainya. Hingga suatu hari dia mendapati kalau suaminya tersebut sudah membagi cinta dengan wanita lain. Bahkan mereka sudah hampir menikah. Hancur lebur hatinya mengetahui hal itu. Akan tetapi suaminya tidak melepaskan wanita itu ketika dia memberikan pilihan.

Sungguh Zara tidak terima. Dia tidak mau berbagi suami dengan wanita manapun. Salahkah dirinya ketika berpikir ingin berpisah dengan sang suami?

Tap ?, komen, dan follow akunku agar bisa mengetahui novel karyaku lainnya. Thanks

chap-preview
Free preview
Hati Yang Hancur Lebur
Kling! Sebuah pesan masuk ke ponsel Zara. Wanita 24 tahun itu langsung mengeceknya. Ada seseorang yang mengirim sebuah foto. Di dalam foto itu, ada gambar suaminya yang sedang menggenggam tangan seorang wanita cantik dan berpakaian kantor nan seksi. Manik mata indah milik Zara langsung berkaca-kaca melihat itu. Dia mengamati lebih lekat foto itu. Ya, ini memang foto suaminya. Bahkan pakaian yang dikenakan saja adalah pakaian yang dia persiapkan tadi pagi. Jika pria yang ada dalam foto itu adalah suaminya, lalu siapa wanita cantik yang bersamanya? Jantung Zara berdegup kencang. Sungguh dia ingin sekali tidak mempercayai kalau itu adalah foto suaminya. Tapi kenyataannya foto itu secara tidak langsung menjelaskan bahwa suaminya tersebut berselingkuh darinya. Cara pandang dan genggaman sang suami pada wanita seksi itu yang menjelaskannya. Zara lemas. Lalu bersamaan dengan itu airmata pertamanya jatuh, dia menelpon pengirim foto yang merupakan sahabatnya. "Halo, Yes. Kamu dapat darimana foto itu?" tanya Zara to the point begitu telponnya diterima oleh Yesi. "Aku sendiri yang mengambilnya, Zar. Aku sekarang sedang ada di kafe Star. Suamimu dan wanita itu masih ada di sini. Kamu kalau mau membuktikan, datang saja kesini. Tidak terlalu jauh dari kantorku. Mereka juga belum lama datang." Zara menelan salivanya. Terasa pahit. Mungkin karena hatinya mulai terluka dan berdarah. "Baiklah. Aku kesana sekarang." *** Tak lama kemudian, kaki Zara sudah menginjak lantai Kafe. Sedikit gemetar karena dia berharap apa yang terjadi tidak seperti apa yang ada dalam benaknya. Selama ini Demian adalah suami yang baik dan selalu memperlakukannya dengan kasih sayang. Bagaimana mungkin dalam sekejap mata, Demian langsung berubah, membagi cintanya dengan wanita lain Yesi yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan Zara, langsung mengangkat tangan tanpa suara begitu melihat Zara yang memasuki ruangan tempatnya berada sekarang. Kebetulan dia hanya seorang diri. Jadi kedatangan Zara tidaklah mengganggu siapa pun. Zara melihat tangan yang terangkat itu dan langsung mendekat. Dia mengambil duduk di kursi samping kiri meja yang berbentuk kubus itu. "Mana Mas Demiannya, Yes?" Zara merasa tidak memerlukan basa-basi. Pasalnya, belum melihat secara langsung saja hatinya sudah remuk. Selama dalam perjalanan menuju ke kafe ini, Zara mempersiapkan mentalnya untuk terluka. Dia harus membuktikan sendiri daripada menduga-duga sebuah foto. Yesi menunjuk ke belakang punggungnya tanpa menoleh. "Tuh, mereka. Masih mesra tidak kira-kira?" Posisinya yang membelakangi meja Demian yang nun jauh di sana, membuatnya tidak bisa melihat. Tapi dia yakin Demian masih ada. Zara langsung mengarah pandang pada yang ditunjuk oleh Yessi. Dan benar, dia melihat Demian sedang bersama seorang wanita yang difoto tadi. Mereka terlihat sangat mesra. Demian terus menggenggam tangan sang wanita. Meski jarak mereka cukup jauh, mata Zara masih normal untuk melihat itu dengan jelas. Di detik itu juga, Zara terdiam. Namun hatinya menjerit dan marah. Dia tidak menyangka Demian yang selalu hangat di rumah dan penuh kasih sayang, ternyata berselingkuh darinya. Ini benar-benar keterlaluan. Yessi menghela nafas prihatin. Dia lalu menyentuh tangan Zara. "Terus terang aku ikut marah dengan kejadian ini, Zar. Kamu tidak bisa diam saja. Aku sudah mengambil beberapa foto mereka berdua. Bisa kamu jadikan bukti jika kamu ingin menggugat cerai dia." Zara tak menanggapi ucapan Yessi. Wanita berambut sebahu itu lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Dia menelpon Demian dengan tatapan terus tertuju pada suaminya itu yang kini sedang tertawa mesra dengan selingkuhannya. Dia melihat Demian kini mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana panjangnya. "Halo, sayang. Ada apa?" Dengar saja, Demian menjawab dengan kata 'sayang'. Tapi kini Zara tahu bahwa pria yang selalu terlihat menyayangi istri, belum tentu setia. "Kamu dimana, mas?" Tanya Zara dengan suara gemetar. Ingin sekali rasanya dia membentak jika tidak waras karena ini adalah tempat umum. "Dimana bagaimana, sayang? Tentu saja aku di kantor sekarang. Aku sedang kerja." "Mas tidak bohong bukan?" "Tentu saja aku tidak bohong. Kamu juga tau bukan kalau setiap hari aku pergi kerja?" Zara tak menjawab. Sebuah kebenaran telah membuat hatinya tercabik-cabik. Pernikahan yang sudah dia jalani selama 5 tahun bersama Demian, ternyata tidak cukup untuknya mengenal siapa sosok Demian sesungguhnya. Seorang pria berwajah dua. Beda di depan beda juga di belakang. Mengatakan sayang dan cinta tapi mengumbar cinta pada wanita lain. "Halo, Zar! Halo!" Tep. Zara mematikan ponselnya dan memasukkan kembali ke dalam tasnya. Dia lalu menoleh pada Yesi. "Terima kasih ya yes kamu sudah memperlihatkanku siapa Mas Demian." Yesi mengangguk. "Iya, sama-sama. Kalau butuh apa-apa, kamu bisa hubungi aku kok. Aku siap menjadi tempat berbagimu. Dan satu hal lagi yang belum kamu ketahui bahwa wanita yang bersama suamimu itu adalah rekan kerjaku di kantor. Namanya Bella. Aku baru tau bahwa pacarnya yang beberapa kali sempat dia sebut ternyata suamimu." Zara menunduk sedih. "Aku juga baru tau kalau suamiku seperti itu. Pantas akhir-akhir ini hari minggunya selalu ada jadwal. Katanya lembur karena banyak pekerjaan. Ternyata..." Zara terlalu sakit untuk melanjutkan ucapannya. Yang pasti Demian sudah beberapa Minggu tidak mengajak Cahaya putri mereka yang berusia 4 tahun untuk jalan-jalan. Padahal biasanya seminggu sekali mereka akan jalan-jalan kemana saja. "Setelah kamu tau ini, apa yang akan kamu lakukan, Zar?" Zara menggeleng. "Aku belum tau. Mungkin, aku akan bicara dengan Mas Demian dan mempertanyakan langsung mengenai ini kepadanya." Yesi mengangguk. "Iya. Ajaklah dia bicara. Tapi ingat, jangan menjadi orang yang bodoh." *** Zara gelisah. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam tapi Damian masih juga belum pulang. Terakhir jam lima sore Yesi mengirim foto kalau Demian menjemput Bella dari kantor. Setelahnya, mungkin mereka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Oh, sakit sekali hati Zara. Klak. Pintu terbuka. Dari baliknya Demian muncul. Pria itu memang membawa kunci rumah cadangan setiap hari sejak beberapa bulan terakhir. Alasannya kalau lembur dan pulang malam, pria itu tidak perlu membangunkan Zara. "Eh, kamu belum tidur sayang? Tumben," ucap Demian sembari melangkah mendekati Zara. Dia mengecup kening Zara lembut dan terlihat penuh kasih sayang. "Belum mas. Aku memang sengaja menunggu kamu. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan," jawab Zara lembut, tapi tegas. "Ada apa? Kok seperti serius sekali sih?" "Mas duduk dulu." Kening Demian mengerut sebelum akhirnya dia menuruti perintah Zara. Duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Mereka duduk bersebelahan. "Apa yang ingin kamu tanyakan? Mas akan jawab sebisa mas." Karena sudah malam dan capek setelah memanjakan Bella, dia merasa butuh istirahat. Oleh sebab itu, dia ingin segera mendengar apa yang hendak ditanyakan sang istri. Zara menarik nafas panjang. Belum apa-apa dadanya terasa sesak. Dia ingin marah, tapi itu ditahannya karena apa kata tetangga jika malam-malam begini mendengar teriakannya. "Begini mas, aku langsung saja ya. Apa mas berselingkuh di belakangku?" Bagai tersambar petir Demian mendengar itu. "Ber-berselingkuh? Ma-maksudmu apa, Zar?" "Maksudku begini mas, ketika aku menelpon mas tadi siang, mas berbohong bukan jika mas ada di kantor? Mas sebenarnya ada di kafe dengan seorang wanita bukan?" Jantung Demian berdegup kencang. Dia tidak menyangka kalau Zara mengetahui hal ini. "Ka-kamu dengar dari siapa? Tolong jangan terlalu mendengar aduan dari seseorang!" "Aku tidak mendengar dari siapa-siapa. Tapi aku melihat mas secara langsung. Waktu aku menelpon mas, aku ada di kafe yang sama dengan mas." Demian terkesiap. Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook