bc

Ayo Kita Nikah, Om!

book_age18+
66
FOLLOW
1K
READ
billionaire
possessive
love after marriage
age gap
dominant
manipulative
goodgirl
CEO
boss
bxg
like
intro-logo
Blurb

CEO Series #6

"Ayo kita nikah, Om!" ujar Natya tanpa tedeng aling-aling. "Saya dengar Om lagi cari calon istri. Saya bersedia kok."

"Om?" tanya Kenzo seperti tersedak. "Siapa kamu? Berapa umurmu?"

"Saya Natya. Umur dua puluh tahun," jawab gadis itu dengan berani. Tidak ada rasa takut dari sorot matanya.

Kenzo memandangnya terkejut. Tahun ini usianya tiga puluh enam tahun. Apa ia memang setua itu hingga harus dipanggil om?

"Ayo kita nikah, Om!" ulang Natya lagi.

"Dasar bocah gila. Nggak, saya nggak kenal kamu!" ujar Kenzo dengan ekspresi keras.

Tapi Natya tidak berniat melepaskannya. Hanya Kenzo satu-satunya orang yang bisa menyelamatkannya saat ini.

Cover: Lana Media

chap-preview
Free preview
Bab 1 – Ayo Kita Nikah
“Ma, aku mau nikah atau nggak itu nanti jadi urusanku. Biarin aja kalau Kakek mengancam atau apa pun itu,” kata Kenzo. Tangannya mencengkeram telepon dengan erat karena menahan rasa kesal. Seorang gadis yang sejak tadi bersembunyi di jok paling belakang mendengarkan pembicaraan tersebut dengan seksama. “Nggak, itu nggak ada hubungannya dengan move on atau belum move on,” ujar laki-laki itu lagi. “Sudah ya, Ma. Kita akan bahas ini lagi nanti saat aku tiba di rumah. Aku sekarang sedang dalam perjalanan pulang.” Kenzo meletakkan ponselnya, lalu kembali menjalankan mobil. Ia tidak bisa menerima panggilan dari ibunya sambil berkendara, jadi tadi ia terpaksa menepi dahulu. Topik pernikahan yang dibahas sejak kemarin membuat kepalanya terus-terusan terasa panas. Bisa berbahaya jika ia membahasnya sambil terus menyetir. Sambil mengamati jalanan di depannya, Kenzo berusaha membujuk dirinya sendiri untuk mengarahkan mobilnya ke kediaman mereka. Meski enggan untuk bicara dengan ibunya saat ini, ia tahu bahwa terus menghindar tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi sayangnya ia tidak tahu bahwa sejak tadi ada seorang gadis yang tengah bersembunyi di bagian belakang mobilnya. Hari ini Kenzo begitu ceroboh karena tidak mengunci mobil dan memasang alarm saat mampir ke restoran beberapa waktu lalu. Ia pikir parkiran restorannya cukup aman. Tapi ia lupa, orang iseng bisa muncul kapan saja di saat ada kesempatan. Setengah jam kemudian, mobil yang dikendarai Kenzo sudah memasuki kompleks perumahan tempat ia tinggal. Ia sudah berbelok dan hendak masuk ke halaman rumahnya, ketika tiba-tiba dari belakang mobil muncul suara tak dikenal. “Om…” Kenzo sontak langsung menoleh dan menghentikan mobilnya. Ia terkejut ketika menemukan kepala seorang gadis muncul dari balik kursi penumpang tengah. Gadis itu agak terdorong ke depan karena mobil yang mengerem mendadak. “Siapa kamu?!” tanya Kenzo. Ia memutar tubuhnya dan bersiap untuk marah. "Ayo kita nikah, Om!" ujar gadis itu tanpa tedeng aling-aling. "Saya dengar Om lagi cari calon istri. Saya bersedia kok." "Om?" tanya Kenzo seperti tersedak. "Siapa kamu? Berapa umurmu?" "Saya Natya. Umur dua puluh tahun," jawab gadis itu dengan berani. Tidak ada rasa takut dari sorot matanya. Kenzo memandangnya terkejut. Tahun ini usianya tiga puluh enam tahun. Apa ia memang setua itu hingga harus dipanggil om? "Ayo kita nikah, Om!" ulang gadis itu lagi. "Dasar bocah gila. Nggak, saya nggak kenal kamu!" ujar Kenzo dengan ekspresi keras. “Lagi pula siapa kamu? Gimana caranya kamu bisa masuk ke mobil saya?” “Maaf, Om,” ujar gadis itu. “Tadi saya niatnya cuma mau numpang bersembunyi sebentar dari kejaran orang jahat. Tapi keterusan nguping pembicaraan Om jadinya.” “Turun!” kata Kenzo kesal. Belum reda rasa jengkelnya karena dipaksa menikah secepatnya, tahu-tahu gadis ini muncul entah dari mana dan menambah beban emosinya. “Tapi, Om. Tadi saya dengar Om belum punya calon istri. Saya bersedia kok menikah dengan—” “Keluar!” bentak Kenzo. Emosinya sedang tidak bagus sekarang dan ia sedang tidak ingin berbaik hati pada siapa pun. “Tapi…” “Turun atau saya panggilkan satpam kompleks buat nyeret kamu ke keluar?” Ancaman itu akhirnya berhasil. Gadis itu beranjak dari jok paling belakang, ke sisi tengah mobil, lalu membuka pintu sebelah kiri. Sebelum turun, ia menatap Kenzo lagi dengan matanya yang berkaca-kaca. “Om, nikah kontrak pun nggak apa-apa. Saya butuh bantuan untuk kabur dari orang jahat. Saya nggak mau dijual keluarga sa—” “Turun. Sekarang,” potong Kenzo penuh penekanan. Gadis itu menggigit bibirnya, menatap Kenzo dengan tatapan putus asa, lalu benar-benar turun dari mobil. Ketika gadis itu turun dan menutup pintu mobil, Kenzo kembali menjalankan mobil dan memarkirkannya di bawah carport. Ia tidak peduli pada gadis yang baru saja ia turunkan itu. Mau pergi ke mana dia, atau terus berdiri di sana, ia tidak peduli. *** Natya berdiri di ujung halaman dan memandangi rumah di hadapannya. Laki-laki tadi sepertinya satu-satunya harapan yang ia punya. Ia kabur hanya dengan membawa dompet yang berisi uang lima puluh ribu dan kartu identitas yang tidak bisa digadaikan. Ia tidak tahu harus bersembunyi di mana lagi. Kompleks perumahan ini tampaknya sangat aman dan orang-orang suruhan ibu tirinya dan bandot tua itu pasti tidak akan berhasil menemukannya di sini. Ia tidak boleh keluar dari tempat ini. Laki-laki itu tidak punya calon istri. Tapi dia diminta untuk menikah dalam waktu dekat. Jadi istri kontraknya pun Natya bersedia. Tapi kenapa dia malah marah-marah? Natya memandangi tubuhnya, dan meraba wajahnya. Terakhir kali bercermin, ia rasanya wajahnya tidak cukup jelek. Kalau jelek, mana mungkin bandot tua itu bisa naksir padanya kan? Tapi kenapa laki-laki itu marah? Apa dia tersinggung karena Natya memanggilnya dengan sebutan Om? Natya bergerak ragu. Ia hendak melangkah ke arah rumah tersebut, mencoba peruntungan sekali lagi. Tapi ia takut dimarahi dan kembali diusir. Apa yang harus ia lakukan agar bisa tetap berada di sini dan menumpang untuk bersembunyi selama beberapa waktu? Ah, apa sebaiknya ia melamar sebagai pembantu saja. Jika ia ditolak saat mengajukan diri sebagai istri, mungkin sebagai pembantu akan memberi hasil berbeda. Semoga rumah keluarga ini masih mau menerima pembantu. Natya kembali melangkah dengan mantap, lalu setibanya di depan pintu, ia pun menekan bel. Beruntungnya perumahan di sini tidak memasang pagar di depan rumah mereka. Jadi ia bisa langsung mencapai pintu dengan mudah. Tak lama kemudian, terdengar bunyi kunci pintu yang diputar dan disusul dengan daun pintu yang membuka. Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu tersebut. Mantanya menatap Natya penasaran. “Sore, Bu,” sapa Natya. “Sore juga,” ujar wanita itu. “Maaf menganggu.” Gadis itu tersenyum canggung. Wanita di hadapannya ini tampak ramah dan tiba-tiba saja Natya jadi salah tingkah. “Siapa, Ma?” tanya suara laki-laki dari dalam rumah. Natya mengangkat kepalanya dan seketika berusaha melirik ke dalam. Wanita yang berdiri di hadapannya membaca gerak-gerik Natya dengan jelas. Matanya makin tampak penasaran. Natya menggigit bibirnya, ia ingin bertanya secara langsung apakah rumah ini masih menerima pembantu, tapi mulutnya masih terkunci. Tak lama kemudian, laki-laki yang ia tunggu itu akhirnya muncul dari belakang punggung ibunya. Posturnya yang tinggi membuat ia bisa dengan mudah melirik siapa tamu yang ada di hadapan ibunya saat ini. “Kamu lagi! Bentaknya tiba-tiba. Ibunya seketika menoleh heran. “Sudah saya bilang, saya tidak mau nikah sama kamu!” “Nikah?” Natya melihat wanita di hadapannya langsung menoleh dengan mata berbinar ke arah laki-laki pemarah tersebut. “Dia pacar kamu?” tanya wanita itu lagi. “Nggak, Ma. Ini gembel jalanan tadi sembarangan masuk ke mobilku.” “Bukan, Tante,” kata Natya tiba-tiba. Wanita itu seketika menoleh pada Natya. “S-saya… Saya pacarnya. Saya kabur dari rumah karena katanya dia mau menikahi saya.” “Hah?!” Dua orang di hadapannya seketika menyuarakan hal yang sama. Natya menggigit kembali bibirnya. Entah kegilaan macam apa yang ia lakukan saat ini. Bukannya melamar untuk bekerja, ia malah menciptakan drama baru pada ibu dan anak di hadapannya ini. Natya, kamu benar-benar sudah bosan hidup.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook