bc

My Perfect Captain (BAHASA INDONESIA)

book_age16+
6.2K
FOLLOW
63.7K
READ
powerful
independent
single mother
drama
sweet
bxg
pilot
husband
like
intro-logo
Blurb

Sepertinya masalah terasa begitu akrab dengan kehidupan seorang wanita cantik bernama Reina Latucilia. Membesarkan seorang anak laki-laki dengan wajah yang sebagian besar adalah hasil menjiplak wajahnya itu jauh dari kata mudah. Namun siapa sangka, kejadian saat itu membawanya bertemu dengan seorang pilot yang memiliki wajah bak dewa dan memiki sifat sangat lembut dalam menghadapi Reina yang ketus. Tanpa sadar ia sudah membawa pilot tampan bernama Bima Franzio itu ke dalam lingkaran masalah hidupnya. Akankah Bima hadir untuk sebagai penawar setiap rasa sakit dari masalahnya, atau bahkan datang untuk membawa masalah baru?

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Seorang pria terlihat kesusahan menekan beberapa kode apartemennya, seharusnya tak sesulit ini, namun mengingat di gendongannya kini ada seorang gadis membuat ia mau tak mau ini menjadi sedikit susah. Setelah berhasil menekan beberapa tombol akhirnya pintu apartemennya berhasil terbuka. Pria itu pun langsung memasuki apartemennya. Direbahkannya tubuh gadis dalam gendongannya itu ke atas ranjangnya. Pria itu melirik jam tangannya kemudian mendesah pelan. Di liriknya koper-koper yang sudah tersusun rapi di samping nakas. Diambilnya ponselnya yang berada disaku kemudian mencari salah satu nomor yang menurutnya harus ia hubungi saat. Halo Bim. Pria itu bernafas lega saat panggilannya sudah di jawab. Halo Vin. Kenapa? Pesawat lo udah mau take off? Kira-kira sampai disini jam berapa? Sorry Vin, kayaknya gue gak bisa balik sekarang. Ada sedikit urusan yang harus gue selesai in disini. Tolong jelas in ke bunda ya, takutnya entar dia malah nungguin gue. Lo gimana sih, bukannya lo bilang kalau urusan lo udah kelar? Iya udah kelar, cuma ada urusan lain. Ntar kalau gue udah balik gue bakal cerita. Yaudah deh, ntar gue jelasin ke nyokap lo. Thanks Vin. Sambungan telfonpun terputus membuat pria itu lagi-lagi menghela nafas lega. Pandangannya kini beralih menatap seorang gadis yang terbaring di ranjangnya. Tanpa sadar senyumnya terukir mengingat kejadian yang tidak ia duga membuat ia gagal kembali ke negaranya dan bertemu dengan gadis ini. Seorang pria berjalan hendak keluar dari bandara dengan terburu-buru sembari sesekali mengecek jam tangannya. Ia menyesali kenapa ia tadi tak langsung saja membawa kopernya. Ia pikir urusannya tak akan lama sehingga ia masih sempat untuk pulang untuk bersiap-siap namun sepertinya perkiraannya salah. Saat sedang menuruni beberapa anak tangga yang berada di luar bandara ia tak sengaja menabrak seorang gadis yang sepertinya sedang terburu-buru juga. Karena kejadiannya begitu cepat membuat gadis itu terjatuh tanpa sempat ia tangkap. Pria terbelalak kaget saat gadis yang ia tabrak sudah tergeletak di tangga terakhir. Dia sudah tak sadarkan diri, sepertinya pingsan. Ia langsung berlari menghampiri gadis itu. “Hai, bangun, oh no! Miss please wake up,” ucapnya menyadari bahwa gadis ini tak akan mengerti apa yang ia katakan. Pria itu tampak panik, karena sepertinya tanda-tanda orang yang akan membantunya tidak ada ia langsung menggendong gadis itu. Lagi-lagi ia membelalak kaget saat melihat ada darah di dahi gadis itu. Sepertinya tadi gadis itu terjatuh dari salah satu anak tangga membuat badannya tidak seimbang dan jatuh sehingga kepalanya membentur ujung anak tangga. Dengan cepat pria itu membawa gadis itu menuju mobilnya. Sesampainya di dalam mobil ia tampak menimbang-nimbang, haruskan ia membawa gadis ini ke rumah sakit? Tapi bagaimana dengan pesawatnya? Ia pasti akan ketinggalan pesawat. Namun pria itu menyadari, terlepas dari gadis itu yang tadi juga terburu-buru ini juga merupakan kesalahannya. Diperhatikan dahi gadis itu yang berdarah. Lukanya juga tak terlalu besar, hanya goresan. Akhirnya ia memutuskan untuk membawanya ke apartemennya. kalau pun nanti gadis ini tak sadarkan diri, ia akan panggilkan dokter untuk memeriksa keadaannya. “Enghhhhhh.” Suara seseorang itu membuat pria yang sedari tadi termenung mengingat kejadian beberapa saat lalu itu langsung menatap gadis yang sedang mengerjap-ngerjapkan matanya di atas ranjangnya. Pria itu menunggu di samping ranjang sampai mata itu terbuka sempurna. Setelah mata gadis itu terbuka sempurna, ia memijit pelipisnya yang terasa pusing. Namun sesaat kemudian gerakan memijatnya terhenti saat ia seperti teringat sesuatu yang membuat matanya terbelalak. “Oh my god! Gue dimana, gue pasti ketinggalan pesawat!” Ucap gadis itu setengah memekik sembari langsung bangkit dari tidurnya. Sementara pria yang sedari tadi berada di sampingnya hanya menatapnya heran karena sepertinya gadis itu belum menyadari kehadirannya. Satu hal yang dapat ia simpulkan, gadis ini adalah orang Indonesia. “You! Who are you!” Pekik gadis itu saat menyadari bahwa ia tak sendiri di ruangan ini. “Hai,” sapa pria itu sembari memperlihatkan senyumnya. “Who are you?” Tanya gadis itu lagi. “Aku Bima, orang Indonesia kan? Jadi kita gak perlu pakai bahasa Inggris,” ucap pria bernama Bima itu yang lagi-lagi tersenyum. Gadis itu tampak berpikir sejenak. Sesaat kemudian ia membulatkan matanya dan bangkit dari ranjang, berdiri di hadapan Bima. Namun tiba-tiba, “Awwww...” pekik gadis itu kembali terduduk merasakan nyeri yang luar biasa di bagian pergelangan kakinya. “Kamu kenapa? Kaki kamu sakit? Kayaknya keseleo deh,” ucap Bima khawatir. Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap Bima kesal. “Ini semua pasti gara-gara lo! Lo liat nih kaki gue sakit, belum lagi gue harus ketinggalan pesawat gara-gara lo.” Bima menggaruk tengkuknya yang tak gatal menerima omelan dari gadis itu. Ya dia itu ini salahnya, namun bukankah ia juga salah? Tapi Bima kembali menyadari bahwa sepertinya gadis di hadapannya memegang prinsip yang sama dengan kebanyakan wanita bahwa perempuan tak pernah salah! “Maaf, tadi aku buru-buru.” “Lo pikir dengan alasan lo itu kaki gue bakal sembuh terus pesawat ke Indonesia bakal putar balik buat jemput gue?” “Iya aku tau aku salah, maaf ya,” ucap Bima lembut. Bima rasa bukan hanya gadis itu yang merasa rugi dalam hal ini. Bukankah ia juga harus ketinggalan pesawat. “Handphone gue mana?” Tanya gadis itu sembari mencari-cari ponselnya. Bima yang teringat akan sesuatu langsung mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya dan memberikan pada gadis itu. Lagi-lagi gadis itu terbelalak saat melihat ponselnya ditangan Bima dalam keadaan sudah pecah. “Lo! Kenapa handphone gue bisa gini, s**t!” Gadis itu menatap ponselnya yang sudah pecah bahkan tak bisa lagi hidup. Ia merutuki dirinya yang tadi jalan terburu-buru sambil memainkan ponselnya. “Nanti aku ganti ya,” ucap Bima. Gadis itu menatapnya dengan tatapan tajam. Bima baru kali ini mendapat tatapan setajam itu dari seorang wanita. Selama ini tatapan memujalah yang selalu ia dapati. “Gue gak butuh! Gue bisa beli sendiri,” kata gadis itu sinis. “Ya udah, ya udah terserah kamu. Sekarang kamu mau nya apa?” “Gue mau cari tiket buat keberangkatan ke Indonesia selanjutnya. Urusan kita cukup sampai disini, ini pertama kalinya gue lihat tampang sok polos lo,” ucap gadis itu kembali bangkit dari ranjang namun lagi-lagi ia harus meringis menahan sakit. “Kaki kamu masih sakit. Tunggu baikkan dulu satu atau dua hari.” “Apa lo bilang? NO! gue mau pulang.” “Please dengar in aku. Kamu disini dulu sampai kaki kamu sembuh habis itu kita bakal sama-sama balik ke Indonesia.” “What? Sama lo? Enggak!” “Aku juga mau ke Indonesia, jadi gak ada salahnya kan kita sama-sama. Sekalian ini sebagai bentuk permintaan maaf aku, mau ya,” kini Bima memasang tampang memohonnya membuat gadis itu tampak berpikir. Gadis itu larut dalam pikirannya, namun ia terlihat menyunggingkan senyum tipis. Bila ia punya alasan yang kuat untuk tak kembali secepat mungkin, ia bisa terhindar dari alasan orang tuanya menyuruhnya pulang. “Oke gue mau,” balas gadis itu membuat Bima tersenyum. “Aku Bima Franzio. Nama kamu siapa?” Tanya Bima mengulurkan tangannya untuk berkenalan. “Reina Latucilia,” balas gadis itu seadanya tanpa membalas uluran tangannya Bima dan lebih memilih mengecek bagian kakinya yang terkena luka goresan. Bima menarik kembali tangannya sembari tersenyum. Selama 4 tahun di Amsterdam, baru kali ini ia bertemu gadis seperti dia.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.0K
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M
bc

Romantic Ghost

read
162.2K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook