bc

Kapan Ketemu Jodoh?

book_age16+
208
FOLLOW
1K
READ
family
friends to lovers
drama
sweet
bxg
single daddy
city
virgin
teacher
lecturer
like
intro-logo
Blurb

“Gue nggak mau sama duda. Enak aja dia udah bekas, sedangkan gue masih segel. Gue belum pernah dicoblos, masa dia udah buat anak duluan, nggak adil banget buat gue. Gue jaga keperawanan buat perjaka.” Erina Carreno tak terima ketika ia tahu bahwa pria yang sedang dekat dengannya dan mengajaknya pendekatan justru sudah duda dan mempunyai seorang anak.

Andika Levaro yang mendengar itu juga merasa tersinggung sehingga ia membalas ucapan Erina, “Memangnya mau saya jadi duda? Mau saya kalau saya ketemu kamu waktu udah nyoblos anak orang?” balasnya.

Erina menatap tajam Andika, “Seharusnya dari awal kamu udah bilang kalau kamu itu duda, supaya saya nggak banyak buang waktu buat main-main. Saya cuma nyari calon suami bukan calon suami tambah anak.”

“Ah, sialan.” desis Erina lalu menatap tajam Andika sambil mengepalkan tangannya dengan erat, “Aku nggak siap berhubungan sama duda sekalipun dudanya lumayan kayak kamu.” ujarnya lalu meninggalkan Andika.

chap-preview
Free preview
01. Andika
Aku memijat pelipisku yang terasa berdenyut karena kekurangan tidur, sebab semalam aku menghabiskan waktu bermain game karena insomnia yang sudah melekat disetiap malamku. Aku meraih ponsel dan melihat jam dengan terkejut, segera berlari keluar dari kamar dan menghampiri kamar putra kecilku. "Rez, Papa masuk nih" aku mengintip ke dalam kamar yang sedikit terbuka dan menunjukkan putraku sedang mengancingkan baju sekolahnya. Aku merasa bersalah melihat dia sudah bangun dengan sendirinya dan pastinya mandi menggunakan air dingin. Oh putraku yang malang, maafkan ayahmu yang kejam ini. Aku merutuki diriku sendiri karena biasanya putraku itu mandi dengan air hangat meskipun kakeknya selalu membiasakannya mandi dengan air dingin karena ia seorang pria, katanya. Ya, itu putraku, putra kandungku. Arez Dani Levaro, bocah yang selalu menemani sepi dan tenangnya hidupku. Andika Levaro, itu nama yang diberikan orang tuaku padaku. Aku tidak tahu harus menjelaskan kisah hidupku dari mana, tetapi saat ini aku sedang menduda dan belum berniat untuk memulai kisah yang baru atau lebih jujurnya, belum ada yang mau. Aku masih harus fokus pada putraku yang sampai saat ini masih belum bisa kuurus sepenuhnya. Ada banyak kesibukan yang membuatku harus sering menitipkannya ke rumah Mama ataupun sepupu-sepupuku. "Pa, hari ini Arez udah janji nggak terlambat lagi sama bu guru. Nanti kena marah. Papa cepetan mandi" usir anak itu sambil mendorong tubuhku. Aku hanya menghela nafas kasar lalu turun dan melihat isi kulkas ku yang ternyata sudah kosong. Ah, ternyata aku belum belanja lagi dan membuat kulkas itu tersambung ke saluran listrik dengan sia-sia. Aku meraih roti bungkusan yang ada di meja makan dan menyantapnya dengan tak berselera. Memikirkan dalam-dalam tentang tawaran ibu untuk diperkenalkan dengan salah satu kenalan sepupu perempuan ku yang memang memiliki kerjaan sampingan sebagai mak comblang. Aku mengatakan itu bukan tanpa alasan, tapi sepupuku itu sering kali menawari kami, para sepupunya, untuk menjadi pasangan kenalannya yang sepertinya sangat banyak, hingga bisa tersisa untukku juga. Jujur, sakit hati bukan alasanku untuk menduda seperti sekarang ini, aku hanya sudah terbiasa dengan kesendirian dan merasa tidak terlalu memerlukan sosok istri. Namun setelah melihat bagaimana putraku begitu telantar untuk kesekian kalinya, aku merasa benar-benar kejam jika tidak segera mencari wanita yang bisa menjadi istriku dan ibu yang baik untuk anakku. Dengan segera aku membuka ponselku dan mengirimkan pesan untuk menerima tawaran Mama minggu lalu. Lagi pula mencoba dengan niat baik tak ada salahnya kan. Aku hanya berharap semoga orang yang merupakan kenalan Risma, sepupuku itu, adalah orang yang memiliki sikap dewasa dan tidak terlalu agresif. Mendengar cerita Risma dua bulan yang lalu, ketika kami ada kumpul dengan keluarga besar, aku memang mendengar banyak kebaikan dari kenalannya itu, tapi kan tidak menutup kemungkinan kalau Risma lagi promosi besar-besaran karena itu temannya sendiri. Flashback On Kamu belum ada calon juga, Ka? tanya tante Rani, adik Mamaku, padaku yang membuatku langsung terbatuk saat itu juga karena kini semua mata yang ada di ruangan jadi melihat ke arahku dengan rasa tertarik. Padahal tadi mereka sedang asik membahas kejoman sepupuku yang lain, kini malah aku ikutan kena seret. Setelah meletakkan minum yang baru saja ku teguk, aku hanya memamerkan senyum setenang mungkin Belum Tan. jawabku singkat. Kenapa Ka, belum ada yang cocok atau nggak ada yang mau? tanya Tante Sania, adik ipar Tante Rani dan Mama. Itu bertanya dengan tulus atau sengaja menyindir sih? Kok kesannya aku sangat tidak laku. Sepertinya belum ada yang cocok, Tan. jawabku lagi. Mau nyari yang gimana rupanya? Risma banyak kenalan tuh lagi-lagi Tante Sania memancingku. Kenapa ngomongin kenalanku? tanya Risma yang merasa dirinya terpanggil untuk masuk panggung pencarian jodoh. Ini, bang Dika belum punya gandengan juga. Bagilah kenalan kamu sama abang kamu, Ris, jangan pelit banget bantuin sepupu. kini MamakuTina Sanjaya malah ikut-ikutan. Ada sih, kebetulan jomlo juga. ujar Risma sambil menjentikkan jari tengah dan jari jempolnya di sisi wajahnya seolah ia baru mendapat pencerahan Dia katanya nyari spesifikasi cowok pekerja keras tapi tetep punya banyak waktu di rumah. ujarnya menjelaskan. Nah, itu abang kamu dosen, cocoklah. Dia pekerja keras tapi waktu di rumah tetep banyak juga. Mama kini tampak sangat bersemangat Coba kasih tahu penjelasan mengenai temen kamu itu, Ris, biar abang kamu ngerasa tertarik gitu. keponya. Dia ini baik, cuma rada cuek sih buat nanggepin orang baru. Tapi dia ini sayang anak-anak, jiwa keibuannya itu kelihatan banget. Orangnya cantik dan telaten banget kalau kerja, Risma paling suka kalau ngelihat hasil kerja dia. Sifatnya itu dewasa kalau menyikapi sesuatu dan nggak suka ngelakuin hal-hal malu-maluin ataupun yang berusaha nyari perhatian gitu. Aku udah pernah rasain masakannya dan rasanya enak banget, kayaknya sih dia pinter masak. jelas Risma. Ya, sejauh ini sifatnya cukup baik meski kalau berniat mendekatinya aku harus mempertimbangkan sifat cueknya dalam menanggapi orang. Aku hanya takut kalau sifat cueknya itu membawa dampak kepadaku dan Arez hingga kami tak bisa makan ataupun mendapat perhatian darinya sebagaimana seorang istri memperlakukan suami dan anak. Kalau begitu, sia-sia dong aku nikah kalau dianya aja nggak mau masakin aku sama Arez makanan sehat. Kan dari awal juga niatnya untuk mencari yang bisa memasak dan memberikan makanan sehat kepada anakku itu. “Mantep tuh kalau beneran jadi calon menantu Mama, sejauh ini spesifikasinya masuk dalam kriteria Mama. angguk Mama seolah meminta pendapat yang sama dariku. Namun, aku hanya diam sambil menggaruk tengkuk dengan canggung. Kalau belum kenal langsung, aku tidak bisa mempercayai ucapan Risma begitu saja. Risma itu paling pinter kalau jadi SPG, jadi aku agak sulit untuk percaya begitu saja. Nanti kalau bang Dika mau, tinggal bilang sama aku aja, bakalan aku kasih nomornya kok. ujar Risma sambil mengedipkan matanya dengan nakal padaku berusaha menggodaku. Flashback Off "Papa udah mandi?" tanya Arez setelah turun dari lantai dua. Aku cukup terkejut ketika sibuk dengan lamunanku dan Arez mengagetkanku dengan sentuhan tangan kecilnya. Aku menoleh lalu menggeleng "Papa nggak masuk hari ini. Udah siap?" tanyaku melihat anakku sudah menggendong tasnya yang ku yakini menghalangi tumbuh kembang anakku karena tas itu terlihat menampung banyak beban. "Udah" jawabnya. "Ayo Papa anter." aku segera mengeluarkan mobilku dari garasi dan menghidupkannya sebentar sebelum berjalan dan mulai membelah keramaian di jalan Nanti kamu beli roti sama s**u di sekolah ya, Papa nggak sempat masak. pesanku padanya. Bagimana mau sempat memasak, membangunkan diri saja aku tidak bisa. Untuk membeli sarapan sekarang, Arez bisa saja terlambat, jadi lebih baik beli roti ataupun makanan di sekolahnya saja kan. Arez menoleh padaku lalu mengangguk sambil terkekeh Lebih baik makan roti dari pada masakan Papa. ujarnya dan aku hanya terkekeh dengan kebodohanku yang melupakan betapa bersyukurnya Arez jika tak harus memakan masakanku yang rasanya aneh. Nanti pulang sama tante Risma aja ya. pesanku padanya. Risma si promotion girl itu adalah salah satu guru di sekolah putraku, sehingga sangat memungkinkan untuk selalu merepotkan wanita itu. Oke Pa. jawabnya singkat sambil mengacungkan jempolnya padaku, lalu turun dari mobil setelah mencium punggung tanganku. Kini aku mengarahkan mobilku untuk mencari sarapan pagi karena perutku sudah cukup mengganggu sejak tadi. Aku bahkan sudah mengusapnya beberapa kali agar perutku sedikit lebih tenang. Ketika sampai di warung yang tak jauh dari sekolah anakku tadi, aku hendak masuk ke dalam warung, namun nahas karena aku malah tak sengaja memijak kaki yang baru saja melangkah keluar dari warung. Aku menatap wajah yang baru saja aku injak kakinya dan dia sedang menatapku dengan kesal Maaf mbak. ujarku sambil membungkukkan badan begitu melihat seorang yang ku pijak kakinya itu adalah wanita dengan pakaian yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang guru. Tanpa membalas ucapanku, ia langsung meninggalkanku begitu saja dengan terburu-buru. Aku benar-benar merasa sangat bersalah karena melihat kakinya terlalu mungil untuk dipijak kaki sebesar kakiku. Dalam hati berulang kali mengucapkan maaf dengan perasaan yang sangat bersalah mengganjal di dalam sana. *** Setelah mengemudi hampir 45 menit, akhirnya aku sampai di rumah Mama dan masuk begitu saja saat pintu rumah terbuka lebar. Dapat ku lihat mereka baru saja bubar dari ruang makan dan langsung menyadari kehadiranku. Bang Dika, ngapain? tanya Eldi Sanjaya yang sudah lengkap dengan seragam polisinya dan sepertinya akan berangkat melihat dia sudah siap sedia. Dia adalah sepupuku. Papanya adalah adik Mamaku. Lebih tepatnya lagi, dia ini adalah anaknya tante Sania. Nggak ngajar, jadi aku males di rumah sendirian. Eldi terkekeh geli Makanya dianjurin nikah bang, biar ada temannya. ledeknya. Aku mendengkus sebal, Harus banget gitu ngasih tahu orang soal nikah padahal sendiri belum pernah sekalipun bawa cewek ke rumah. balasku meledeknya. Ya sabar lah bang, aku masih 25 tahun, masih sempat buat meninggikan karir sampai umur 30, baru fokus nyari istri.” Terserah aja dah, bocah. pasrahku tak ingin memperpanjang perdebatan ini Mana Mama? Lagi di belakang, paling cuci piring.” Kalau gitu, aku ke belakang dulu. ujarku. Begitu ke belakang, aku melihat Mama sedang mencuci piring seperti perkataan Eldi tadi. Dengan bersandar pada meja makan, aku melihat Mama, Ma. Mama menoleh dan menatapku dengan raut terkejut, Ngapain ke sini? Nggak ngajar? Enggak, lagi nggak ada jadwal. Aku mau nitipin Arez dong Ma. Mau ke mana kamu? Nyari Mama buat Arez? Kalau iya, Mama mau direpotin. Aku menggelengkan kepala tak percaya bahwa hanya itu yang bisa membuatku meminta tong pada Mama. Meski terkesan berbohong, tetapi aku tetap mengangguk, Iya, sekalian nongkrong sama temen, siapa tahu nanti ada cewek cantik buat jadi Mamanya Ares. jawabku seadanya. Aku tidak bermaksud berbohong, tetapi mencoba peruntungan mencari jodoh dari teman-teman tongkronganku. Awas aja kalau dalam bulan ini nggak bawa gandengan juga. ancam Mama. Aku menatap Mama dengan mata membulat tak percaya, Yang bener aja deh Ma. Aku mau bangun rumah tangga bukan rumah sakit, memangya segampang itu nyari jodoh. Ya memangnya kamu pikir segampang itu bangun rumah sakit? desis Mama membalas perkataanku. Aku hanya diam dan akhirnya meninggalkan Mama dengan pikiran yang berusaha mencari solusi untuk mencari wanita dan mengatasi ke-duda-anku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

Akara's Love Story

read
257.6K
bc

MOVE ON

read
94.6K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.6K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook