ANA UNTUK SANG MAFIA

Malam ini malam spesialku dan kekasihku karena di malam ini tepat aniversary hubungan kita yang ke 3. Selama itu aku berhubungan dengannya bukan? tapi jangan salah aku dengannya hanya sepasang kekasih yang hanya dekat sewajarnya. Walaupun aku hidup di negara bebas yaitu amerika serikat, lebih tepatnya New York tapi aku selalu menerapkan prinsip mahkotaku hanya untuk suamiku. Dan sampai sekarang aku masih menjaganya, sampai nanti kulepaskan untuk suamiku kelak. Memang terkadang kekasihku selalu memintaku untuk bersedia bercinta dengannya tapi aku selalu menolaknya dengan berbagai alasan yang selalu berakhir dengan pertengkaran. Tapi itu tak pernah membuat cintaku dengannya berkurang dan kurasa sepertinya dia juga begitu karena sikapnya selalu baik dan manis kepadaku, dan dia yang akan selalu meminta maaf terlebih dahulu padaku apabila terjadi pertengkaran. Hanya saja akhir akhir ini aku jarang berkomunikasi dengannya. Entahlah, ini semua mungkin karena aku yang sibuk mendesain baju karena banyaknya pesanan yang masuk, sehingga aku tak sempat untuk banyak berkomunikasi dengannya seperti biasa. Dan yeah, aku adalah Ana Charlotte Wilston seorang desainer berusia 21 tahun yang cukup terkenal. Dan desain bajuku sudah banyak ditampilkan di event fashion Amerika. Aku tinggal di apartemen yang terbilang elit di kawasan pusat kota New York, aku tinggal sendiri di apartemenku. Berbeda dengan orang tuaku, Hernandes Wilston dan Laura Emily serta adikku Casey Loretta Wilston yang berusia 20 tahun yang tinggal di mansion, aku tak tinggal bersama mereka karena ayah dan ibu selalu memperlakukanku berbeda dengan Casey. Ayah ibuku selalu bersikap dingin kepadaku bahkan disaat diriku masih kecil akulah yang selalu menjadi bahan pelampiasan kekesalan ibu. Aku tak tau apa kesalahanku hingga mereka selalu mengacuhkan dan bahkan menyakitiku, sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk tinggal di apartemen yang kubeli tanpa sepengetahuan orang tuaku menggunakan uang tabunganku saat di Senior High School. Walaupun ayah memberikanku kartu kredit tak pernah sekalipun aku memakainya, aku selalu memakai uangku sendiri. Hingga sampai sekarang aku bisa menjadi seorang desainer dengan perjuanganku sendiri tanpa ada ayah ataupun ibu yang menemaniku disampingku. Cukup sepi bukan hidupku? Tapi aku sudah terbiasa hidup sepi tanpa kasih sayang orang tua hingga sampai pada waktu aku mengenal seorang pria yang ada di hatiku saat ini. Pria yang menemani hari hariku, yang selalu ada setiap waktu. Dan saat ini aku sedang bersiap untuk pergi merayakan aniversary kita, James menghubungiku 3 jam yang lalu untuk menjemputku dinner malam ini. Yeah kekasihku James Martin seorang CEO di Martines company salah satu perusahaan jasa terkenal di Amerika. Dress maroon bermodel lengan sabrina membalut tubuhku malam ini dipadukan dengan heels yang senada sangat cocok di kulitku yang putih dan mulus. Rambutku yang curly kubiarkan tergerai membuat penampilanku malam ini tampak spesial. Ana mengamati penampilannya malam ini yang terlihat memukau, hingga matanya teralihkan dengan bekas jahitan luka pada bahunya. Karena Ana memakai dress bermodel lengan sabrina yang memperlihatkan ujung bekas jahitan luka tersebut. Ia menyentuh bekas luka itu, dan ingatan tentang kejadian buruk di masa kecilnya menyeruak ke dalam pikiran Ana. Flashback on Di waktu Ana melihat Casey yang jatuh dari sepeda di halaman rumah, ia langsung menghampiri Casey dan menolong adiknya untuk di bawa ke dalam rumah. Tapi bukannya berterima kasihh Casey malah menuduh Ana yang menjadi penyebab dirinya terjatuh. Mendengar itu Laura langsung marah dan mendorong kuat Ana kecil sampai membentur lemari keca di belakangnya, pintu lemari kaca tersebut pecah hingga pecahan kacanya menancap dalam di bahu Ana, “Dasar anak tak tau diuntung!!!, anak pembawa sial!!!, tau tau terima kasih!!!“, seru Laura pada Ana sambil mendorong kuat Ana. Beruntung saat itu Hernandes pulang, “Apa yang terjadi ini?“, tanya Hernades saat mendengar suara keributan. “ANA!!!!...“, pekik Hernandes saat melihat bahu Ana tertancap pecahan kaca dan mengeluarkan banyak darah. Ia pun langsung menghampiri Ana dan membawanya ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan dokter karena luka pada bahu Ana cukup dalam. Sedangkan Laura tanpa rasa bersalahnya pergi meninggalkan tempat kejadian tersebut untuk mengambil obat yang akan dioleskan pada luka memar kecil di lutut Casey akibat terjatuh tadi. Flashback off Dering ponsel membuyarkan lamunan Ana. Ia berjalan ke arah ponselnya yang tergeletak diatas nakas samping tempat tidurnya, melihat nama pemanggil yang tertera di layar ponselnya. Ana mengerutkan dahinya saat melihat James menelponnya sedangkan dirinya belum melihat mobil James berada pada pelataran apartemennya dari balkon kamar. Dia pun langsung mengangkat telpon tersebut. “Halo Ana, hai sayang maafkanku, aku tak bisa menjemputmu saat ini, aku ada urusan penting mendadak tapi kita tetap melanjutkan dinner kita malam ini, kau bisa datang sendiri bukan? ada sesuatu yang akan kutunjukan padamu dan tunggulah jika aku sedikit datang terlambat nanti. See you baby,” James langsung mengakhiri panggilannya ketika sudah mengatakan itu bahkan dia tak memberiku waktu untuk bertanya. ‘Hmm... baiklah tak masalah aku bisa datang sendiri,’ batinku. Ana mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas nakas beserta tasnya, ia pun langsung keluar dari unit apartemennya menuju pelataran apartemen dimana mobilnya terparkir. Ana langsung bergegas menuju restoran yang menjadi tempat dinnernya malam ini. Sesampainya Ana di restoran ia langsung diarahkan oleh seorang pelayan disana menuju ke suatu tempat. “Selamat datang di restoran kami, dengan nona Ana charlotte Wilston?” sapa seorang pelayan dengan ramah yang sepertinya memang menunggu kedatanganku. “ya,” balasku singkat. “Mari ikut dengan saya, akan saya tunjukan ruangan anda nona,” ujar sang pelayan ramah sambil melangkahkan kaki menunjukkan letak ruangannya. “Terima kasih,” ujarku pada pelayan tersebut setelah sampai pada pintu ruangan yang ditunjukkan dan dia menanggapinya dengan senyuman, lalu mempersilahkanku untuk masuk dan berpamitan untuk pergi kembali pada pekerjaannya. Aku masuk ke dalam ruangan yang telah dipesan tersebut dan tak mendapati siapapun disana yang artinya James belum sampai, namun aku berubah menjadi bingung ketika melihat kursi di meja makan tersebut berjumlah tiga. Tepat saat beberapa pelayan masuk untuk menyiapkan hidangan. “Hmm... pelayan kenapa jumlah kursi tersebut tiga? Apakah James mengatakan akan membawa seseorang?” tanyaku pada salah satu pelayan karena James tak memberitahuku akan membawa seseorang datang kemari malam ini. “Maaf nona saya tidak mengetahuinya, saya hanya diperintahkan tuan James untuk menyediakan tiga kursi di sini,” jawab pelayan dengan sopan. Aku hanya menghela nafas dan menunggunya di salah satu kursi meja makan yang mulai tersajikan hidangan hidangan dinner malam ini oleh para pelayan hingga hidangan terakhir selesai tersajikan. Dan tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang kuduga adalah James, benar saja pintu ruangan tersebut terbuka dan munculah sosok James yang kutunggu. Haiii reader tercinta... cerita ini akan terus author update ya... udah penasaran ya? kelanjutannya gimana? yuk baca terus dan tunggu selalu updatenya dari author... salam sayang dari Jeje Brown...