bc

Kisah Cinta Al & El

book_age4+
13
FOLLOW
1K
READ
billionaire
comedy
spiritual
like
intro-logo
Blurb

"Mas Al, kita ini bukan siapa-siapa. Sebaiknya Mas Al jauh-jauh deh dari saya!"

"Kalau begitu, kita harus menjadi siapa-siapa, biar saya bisa deket sama kamu. Ya kan??"

"Bukan gitu maksudnya!" El gemas, ia yakin Al hanya berpura-pura bodoh.

"Jadi gimana?"

"Kita ini bukan mahram, jadi gakbboleh deket-deket, belum halal"

"Oh gitu, yaudah Ayuk ikut Mas, biar mas halalin"

"Ih Mas Al.... Enggak gitu!"

chap-preview
Free preview
Part 1
Mungkin sudah satu setengah tahun ini sejak Elnara memutuskan untuk berhijrah. Begitu banyak rintangan yang ia hadapi dari hijrah yang ia lakukan seperti resign dari pekerjaannya sebagai pegawai bank dan menjadi pengangguran setahun lamanya. Menjadi buah bibir tetangga yang tak sependapat dengan perubahannya dan orang-orang yang mengenalnya juga mengatainya bodoh karena sudah mundur dari pekerjaan dengan gaji yang fantastis yang banyak diinginkan orang. Pun sempat ditentang oleh kedua orang tuanya ketika ia mulai memakai pakaian syar'i. Karena kedua orang tuanya berpikir jika itu akan membuatnya menjadi wanita yang ketinggalan zaman dan tidak akan mendapat pekerjaan begitupun jodoh. Namun kini Elnara bersyukur karena semua rintangan itu berhasil ia hadapi. El memang tidak mendapat pekerjaan tetapi kini ia mempekerjakan orang lain di restoran miliknya. Masalah cibiran orang, El tidak pernah memikirkannya. Memang mereka tahu apa tentang hidupnya? Dan masalah orang tuanya, sekarang mereka sudah dapat menerima perubahan El dan mendukung El sepenuhnya. Masalah jodoh, ia yakin jika ia sedang berusaha untuk memantaskan diri, maka Allah pun sedang memantaskan sang jodoh untuknya. Baginya, semua masalah yang datang itu tidak begitu besar dan memang sudah ia perkirakan sejak awal sebelum berhijrah. Jadi El tidak terlalu sedih atau sakit kepala dibuatnya. Justru ia menjadikan masalah itu sebagai penyemangat untuk menjadi manusia dan hamba yang lebih baik. Dan satu-satunya masalah yang dihadapinya sekarang adalah adanya seorang pria yang terus datang ke restoran miliknya. El harusnya senang karena pria itu menjadi langganan restorannya. Namun, sejak ia mengetahui alasan si pria selalu datang yang tak lain untuk menemui dirinya, El pun berusaha untuk semakin menjaga jarak. Pria itu sungguh bisa menggoyahkan imannya. Bahkan sekarang El sedang bersembunyi sejak ia melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di restorannya selama beberapa hari ini. “Mbak El-nya ada?” Tuh kan, baru saja buka pintu restoran, tapi yang ditanyakan ke pelayan bukannya menu makanan tapi malah mencari si empunya restoran. “Maaf Mas. Mbak El tidak ada di sini.” Pria dengan kaos putih dan celana jeans biru dibawah lutut itu hanya menganggukan kepala seakan mengerti. Penampilannya hari ini terlihat lebih casual dari biasanya. Jika dilihat sepintas, pasti tidak akan ada yang menyangka kalau pria dengan celana jeans ini adalah seorang pengusaha muda yang sukses dan juga kaya. Setelahnya ia duduk di salah satu kursi dengan sang pelayan yang memberikannya buku menu. “Mau pesan apa Mas?” “Saya pesannya nanti saja kalau Mbak El nya sudah datang”. “Sepertinya hari ini Mbak El tidak datang Mas.” Pelayan bernama Ika ini sadar jika ia telah salah karena berbohong. Tapi ini ia lakukan demi menyelamatkan El dari pria yang sudah menjadi penggemar beratnya ini. Sebenarnya Ika sudah memberi tahu El jika pria bernama Albian ini sering mencarinya. Sudah jelas kan jika Albian menyukainya? Kenapa malah dihindari? “Ah yang bener?” Al curiga karena bukan hanya kali ini El tidak ada saat ia mengunjunginya. Sepertinya ia berusaha keras untuk menghindari dirinya. Pelayan itu hanya bisa diam. Ia melihat ke arah lain dengan gugup. Al bisa melihat dengan jelas raut wajah si pelayan yang sangat jelas menunjukkan kalau dia sedang berbohong. “Yaudah saya mau tunggu Mbak El sampai dia datang.” Sambil lalu melihat pelayan itu lagi “Tapi itu Mas....” “Bawakan saja air mineral!” perintahnya Pelayan itu berlalu sambil menghela napas panjang. “Baik Mas.” Minggu pagi seperti ini Albian sangat ingin melihat Elnara. Tidak tidak, setiap hari juga ia sangat ingin melihat Elnara. Albian sebenarnya juga yakin jika Elnara sudah ada di sini. Tapi seperti biasanya, El pasti sedang bersembunyi untuk menghindarinya. Mari kita lihat sampai kapan El kan bersembunyi. Sekarang Albian sibuk memeriksa ponselnya. Ada beberapa pesan masuk dari nomor tidak dikenal yang memanggilnya honey padahal dia tidak punya pacar alias jomblo. Namun bukan berarti nomor asing itu adalah wanita yang belum pernah Albian kenal. Karena Albian sering sekali membayar wanita untuk sekedar menemaninya datang ke suatu acara misalnya, atau sekedar menjadi teman kencan satu malam yang kemudian ia lupakan begitu saja. “Ada apa sih? Kenapa kamu selalu cari saya? Wanita berjilbab coklat itu kini menatapnya kesal, bahkan kelewat kesal hingga kedua alisnya hampir benar-benar menyatu. Mungkin kalau Albian diibaratkan sebagai sebatang coklat terenak sedunia, wanita ini tetap tidak akan memakannya dan lebih memilih untuk meninggalkannya jauh-jauh karena takut terlena dengan rasanya. Tapi wanita yang baru saja bertanya dengan ketus ini bukanlah salah satu wanita mainan Albian. Albian lalu melihatnya sambil menyunggingkan senyum termanis yang ia miliki, “Assalamualaikum, Elnara.” Mendengar sapaan salam itu membuat El menghela napas. Sekarang dia jadi terlihat seperti orang jahat di sini. “Wa’alaikumsalam, Mas Al. Kenapa anda mencari saya?” tanyanya sesopan mungkin dan mengenyahkan sejuta kekesalannya. “Karena satu-satunya tujuan saya kesini adalah untuk melihat kamu.” Albian menjawab dengan segenap kejujurannya dan masih saja mempertahankan senyuman manis yang membuat ketampanannya menjadi berlipat ganda. Namun pria itu seperti tak berpengaruh bagi Elnara. “Astagfirullah. Kan saya udah bilang kalau Mas Al nggak boleh kayak gitu! Disini ini tempat makan. Bukan tempat untuk melihat saya.” “saya bisa melihat kamu, dan makan adalah bonusnya.” Jawaban kelewat cerdas itu membuat El ingin sekali berteriak. Albian benar-benar membuatnya sakit kepala setiap hari di pertemuan mereka yang tidak El inginkan. Banyak wanita di luar sana yang menginginkan bertemu dengan Albian. Tapi tidak dengan Elnara. “Mas Al, kita ini bukan siapa-siapa. Akan jadi lebih baik Mas Al jauh-jauh dari saya!” “Kalau begitu, kita harus menjadi siapa-siapa biar saya bisa dekat sama kamu, ya kan?” “Bukan gitu maksudnya!” El gemas. Iya kini yakin jika Al hanya berpura-pura bodoh. “Jadi gimana?” “Pokoknya Mas Al harus jauhin saya! Kita ini bukan mahram. Enggak boleh sering ketemu.” Ungkap El yang sukses membuat Al si pria bule ini mengernyitkan dahi. “Mahram itu apa?” “Astagfirullah.” Elnara menganga takjub. Baiklah, mungkin Al memang tidak mengerti. Bahkan kalau saja Al tak menunjukkan KTP-nya beberapa minggu lalu, Elnara tidak akan tahu apakah Islam atau bukan, mengingat wajah bule Al yang begitu kental. Bahkan logat bicaranya pun bule sekali. Sambil menghela nafas dengan sabar, El pun menjelaskan apa itu mahram. “Mahram itu orang-orang yang haram dinikahi, Karena sebab musabab seperti keturunan, persusuan dan pernikahan dalam syariat Islam. Sedangkan kita bukan bagian dari itu semua. Karena itulah kita ini bukan mahram. Kalo Mas Al terus nemuin saya yang notabenenya kita ini bukan siapa-siapa, nanti takut ada fitnah.” “Terus gimana biar gak jadi fitnah?” “Ya kita harus punya hubungan yang halal di mata Allah dan masyarakat” “Oke. Yaudah ayo saya halalin.” Hah? Lagi-lagi Elnara menganga tak percaya. Kemudian beristighfar sambil menghela nafas. Albian selalu begitu cepat menjawab setiap perkataannya, namun sepertinya semua jawaban pria ini tanpa dipikir terlebih dahulu. “Tau ah! Cape ngomong sama sama Mas Al”. “Kalo gitu, kamu anteng aja duduk manis di sini. Kamu boleh pesen apa aja, nanti saya yang bayar.” Elnara merengut mendengar itu. “Ini kan restoran saya!” “Tau, tapi kan tetep harus bayar kalo makan di sini. Baru namanya pebisnis.” “Bilang aja Mas lagi modus biar bisa makan bareng saya.” “Itu tau.” Rasanya Elnara ingin guling-guling saja saking gemasnya sama lelaki satu ini “Ngomong-ngomong saya serius.” “Serius apa?” Tanya El masih dengan raut kesal yang tidak disembunyikan. “Serius mau halalin Elnara,” tulus Albian meski tak dianggap serius oleh Elnara. “Saya mau kasih Mas Al satu pertanyaan, tapi mas Al harus jawab yang jujur!” Albian segera menegakkan duduknya. Layaknya sedang diintrogasi, dia sedang mempersiapkan diri untuk menjawab dengan benar dan tepat. “Kalau jawaban saya benar, kamu mau saya halalin?” tanyanya dengan mimik serius luar biasa. “Iyah. Pagi ini juga kita bisa langsung berangkat ke KUA.” bersambung.. "Innovel Writing Contest-The Next BIG Name"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook