bc

De Agustine

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
others
drama
tragedy
comedy
sweet
LGBT+ Writing Contest
YA Fiction Writing Contest
humorous
Fantasy Romance Ⅱ Writing Contest
spiritual
like
intro-logo
Blurb

kadang tak perlu banyak berucap, namun setiap kalimat yang tertulis adalah suara yang berasal dari kedalaman hati. Suara yang diwakilkan ke setiap kalimat mampu menitipkan makna yang tersembunyi dan menyiratkan pesan yang kadang tak terbayangkan.

chap-preview
Free preview
My First Kiss
Dua puluh tahun yang lalu, Selepas SMA, aku melanjutkan kuliahku jurusan kedokteran, sesuai dengan permintaan Papaku. Aku hijrah ke ibukota, kota yang terlalu besar menurutku, bising dan padat penduduknya. Aku tidak terlalu nyaman, namun karena permintaan Papaku, terpaksa aku menurutinya. Lagipula semenjak aku berpisah dengan Brian aku menjadi sedikit gamang, ketika aku bersama Brian semua perencanaan dia yang memikirkan dan aku hanya mendengarkan saja, lalu memberi sedikit saran. Tanpa dia aku sungguh merasa tidak mampu lagi berpikir apa yang terbaik untukku, hingga Papaku memberi saran aku supaya aku kuliah di Jakarta. Mamaku memintaku untuk sementara waktu tinggal bersama kakak tertuaku, Ju. Dia sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak. Namun aku hanya bertahan dua bulan saja tinggal di rumahnya. Ju tidak lagi seperti Ju yang dulu aku kenal. Yang suka bercanda, selalu siap kapan saja aku ingin berbicara, dia sudah memilki keluarga, ada istrinya, anaknya, dan aku hanyalah bagian masa lalunya yang "menjadi" tidak terlalu penting lagi. Aku bukan lagi adik kecil yang lucu dan menarik hatinya. Aku sadari itu, oleh sebab itu aku mencoba membujuk Mamaku untuk mengijinkan aku khos sendiri. Alasanku biar aku belajar mandiri. Setelah bersusah payah membujuk Mamaku akhirnya aku diijinkan untuk khos.             Aku khos di seberang kampusku. Hampir setiap hari aku menyeberangi jembatan penyeberangan untuk bisa sampai ke kampus, begitupun pulangnya. Hanya butuh 5 menit saja dari tempat khosku. Aku memiliki beberapa teman kampus, namun aku bertekad tidak terlalu akrab dengan siapapun, kesedihanku berpisah dengan Brian masih menekan jiwaku. Aku bukan merasa bersalah namun aku hanya merasa sedih dengan ketidak sanggupanku membuat keputusan penting bagi masa depanku. Di tempat khosku banyak kamar, namun hampir semua penghuninya tidak mengenal satu sama lain. Semua sibuk dengan aktivitas masing-masing. Hanya sesekali saja ketika berpapasan aku "say hello" namun tidak mengenal dekat mereka satu persatu. Kamarku bersebrangan dengan kamar seorang model, namanya Sherly. Aku tahu namanya ketika pertama kali menyapanya. Orangnya good lookinglah..layaknya seorang model. Kami jarang bertemu dan setahuku dia sering berangkat siang, pulangnya malam atau bahkan subuh. Mungkin ada event atau sesi pemotretan, atau entah apalagi istilahnya, aku kurang paham. Hingga suatu hari aku melihatnya sedang merapikan baju-bajunya di meja setrikaan, tempat biasanya Bibi pembantu khos menggosok pakaian para peghuni khos. Karena kepergok langsung melihat dia, mau tidak mau aku menyapanya. "Hai..pa kabar. Lama ga kliatan.." kataku berbasa-basi.. "Aku kan memang abis sakit" jawab Sherly dengan nada datar. "O ya? sorry..aku tidak tahu.." jawabku sambil merasa sedikit sungkan karena memang aku tidak tahu apa-apa tentang dia. " Yah..kamu kan memang gitu, mana pernah perhatiin aku.." Jawab Sherly ketus, sambil dia berjalan melewatiku. Hah?? aku tersentak mendengar nada suaranya. Aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa. Hmm..whateverlah..apa pentingnya aku tahu tentang dia. Aku berusaha tidak memikirkan perkataan Sherly dan aku masuk ke kamarku, mencoba membaringkan tubuhku sambil menikmati alunan suara intrumentalia saxophone yang dimainkan Kenny. G. Tidak berapa lama aku mendengar suara ketukkan pintu. Hmm..siapa pula ini? "Sapa ya?" sahutku.. "Bukain dong.." Haduh..aku kaga hafal suaranya. Aku beranjak membukakan pintu. Upppsss.. Sherly berdiri tepat di depanku dengan tersenyum manis kepadaku. Duh..makhluk satu ini memang aneh. Baru beberapa menit yang lalu dia jutekkin aku, sekarang tiba-tiba berdiri manis dan memasang muka ramah tamah begini? Ah..dasar perempun, moodnya mudah berubah seperti hembusan angin yang datang dan pergi berganti. "Boleh masuk kan? " "OOoo..okay..okay..silahkan" jawabku terbata-bata. Jujur aku gugup melihatnya tiba-tiba muncul di kamarku. Sherly duduk di kursi sementara aku duduk di tepian pembaringanku. Aku memandangnya dengan segenap pikiranku yang tak menentu. Mau apa sich dia nich? "Aku mau kamu dengerin lagu ini ya? aku suka. Sorry, pinjam tape kamu..Kamu tiduran aja.." Aku mengiyakan. Tak berapa lama terdengar alunan suara Whitney Houston. Hmm..lagu apa ya? terus terang aku kaga hafal lagu-lagu beginian. Aku sukanya dengar musik jazz, intrumentalia, musik klasik dan semua yang serba berbau gitar dan piano. Aku membaringkan badanku sambil memejamkan mata, mencoba mengingat-ingat judul lagu Whitney Houston. Aku biarkan Sherly duduk diam-diam di kursi, barangkali dia juga sedang menikmati lagunya.                  Entah berapa lama aku memejamkan mata, sampai aku merasakan sebuah sentuhan lembut di bibirku..begitu lembut, terasa basah, sebuah gerakan halus yang seolah berusaha menekan bibirku dan melumatnya perlahan. Sherly mencium bibirku. Aku bisa merasakan desahan nafas yang pelan-pelan menggetarkan relung hatiku, membuatku serasa melayang jauh di awan..begitu ringan dan membuatku seolah berdiri di antara alam nyata dan tidak nyata. Inikah yang dinamakan gejolak jiwa? Yang aku tahu aku sangat menikmati sebuah rasa yang tak pernah kutahu apa namanya. Getaran yang menyesakkan d**a membuat jantungku berdegup cepat tak menentu. Hangat..lembut..nyaman..aku mencoba menahan beberapa saat untuk tidak membuka kedua mataku, sungguh aku merasa nyaman menikmati sensasinya. Hingga akhirnya kubuka kedua mataku, aku menatap lekat wajah manis Sherly yang sangat dekat dengan wajahku, aku merasakan hangatnya hembusan nafasnya. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya, lalu dengan jari jemarinya dia menelusuri setiap lekuk wajahku, jari telunjuknya menyentuh ujung hidungku, lalu beranjak ke keningku, kemudian turun ke bawah ke bagian daguku,,sambil menatapku dia berbisik " You're really very nice person..Bee " Aku tersenyum, "You too.." Sherly mendekatkan kepalanya mengecup dahiku dengan sepenuh hati, aku bisa merasakan kesungguhannya untuk menyayangiku. Lalu dia merebahkan kepalanya di dadaku. Aku membiarkannya, kami sama-sama membisu mungkin sedang berusaha meredakan semua gejolak yang ada. Aku memeluknya berusaha memberikan kehangatan yang dia inginkan. "Jadi..apa yang kamu mau dari aku?" Kataku mencoba mencairkan suasana, karena memang aku tidak tahu harus berkata apalagi. Sherly tertawa terbahak-bahak.. dia mentertawakan pertanyaanku yang menurutnya terdengar konyol. "Kamu sangat polos, Bee..ha..ha" Dia menggeser tubuhnya lalu menyenderkan ke dinding, dia merengkuh kepalaku ke pangkuannya, dengan lembutnya Sherly membelai-belai kepalaku. "Kamu belum pernah berciuman?" " ga pernah..why?" "Hmm..pernah merasa tertarik dengan perempuan?" "Ehmm..maybe..I'm not sure..Kamu? " aku bertanya balik. "Kamu yang kedua.." Lalu Sherly menceritakan kisah cintanya yang kandas dengan teman baiknya dulu. Lalu hampir setahun dia tidak membuka diri lagi terhadap cinta. Hingga dia bertemu denganku lalu mencoba menarik perhatianku, namun menurutnya aku tak pernah memberikan kesempatan untuk bisa berkenalan lebih dekat, mungkin tanpa kusadari aku tak pernah menanggapi sinyal-sinyal yang Sherly tunjukkan. Menurut Sherly dia hampir menyerah mendekatiku. Hingga akhirnya aku menyapanya di siang hari itu ketika aku pulang kuliah. Lalu terjadilah ciuman itu..^__^             Semenjak itu tanpa kata-kata aku dan Sherly menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Hari-hariku selalu bersamanya, ketika dia pulang malam, aku menjemputnya, bahkan kadang Sherly suka ikutan ke kampusku, sekedar menunggu aku selesai kuliah. Dia sangat protektif dan selalu ingin tahu dengan siapa saja aku berteman. Ha..ha..aku bisa memakluminya. Harus aku akui pengalaman bersama Sherly membuatku menyadari bahwa sesungguhnya aku bisa jatuh cinta, hatiku tak sedingin yang kukira. Aku nyaman jika bersamanya, aku menikmati setiap sentuhan yang aku rasa, Sherly mengajarkan bahwa aku harus berani mengungkapkan apa yang aku rasa, harus mewujudkan apa yang aku inginkan. Menurutnya aku harus "out of the frame" untuk bisa menjadi diriku sendiri. Yeahh.. my first kiss that changed my world.             Dua puluh tahun kemudian, aku menatap sherly yang tertidur pulas di sebelahku. Sepulang kerja dia terlihat sangat lelah. Ah..percikan embun, aku selalu menggambarkan dirinya bagaikan percikan embun yang selalu mampu memberi keteduhan di batinku. Betapa aku sangat mencintainya. Cintanya tak luntur oleh waktu. Tahun-tahun kami adalah tahun-tahun yang indah dan penuh cinta. Cinta yang kami usahakan untuk selalu terasa indah. Esok, adalah hari jadi cinta kami. Dua puluh tahun bersama, dia masih terlihat cantik dan semakin matang dalam pancaran usianya. Perlahan kudekatkan wajahku, kukecup keningnya sambil kubisikan “happy anniversary, sweetheart..I always grateful to have your love”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook