bc

Destiny or Mistake (Indonesia)

book_age16+
10
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
family
badboy
drama
sweet
bxg
highschool
secrets
school
passionate
like
intro-logo
Blurb

Hidup Gabriela berubah setelah kakaknya meninggal, senyum hangat yang dulu menghiasi wajahnya kini sama sekali tak terlihat apalagi saat dirinya bertemu dengan orang asing.

Gadis lugu itu kini bertekad untuk mengungkap kematian kakaknya, mengungkap alasan Sabrina meninggalkannya untuk selamanya.

Untuk itu, ia menguatkan hati menginjakkan kakinya di negara dimana torehan lukanya bersumber, kakinya menapak tanah dimana kakaknya direnggut dan disinilah Gabriela berdiri.

"Jangan suka sama gue"

Laki-laki didepannya mengangguk "Oke, gua bakal cinta sama lo"

"Lo!" Gabriela kesal,

"Lo boleh ngelarang gue suka, tapi gak dengan cinta. Karena gue bakalan cinta sama lo" jawabnya lalu berlalu pergi

"Inget itu cantik!" imbuhnya sesaat sebelum belok menaiki tangga

Gabriela menggeram, menghembuskan nafas kesal. "Gue disini buat kakak gue" gumamnya

chap-preview
Free preview
1 -| Pindah Sekolah
Gabriela Andarika, gadis yang memiliki kepribadian dingin, dia juga tidak suka mencampuri urusan orang lain dan lebih memilih hidup dalam dunia yang ia ciptakan sendiri, walau kadang di cap sebagai gadis yang pendiam dan tidak banyak memiliki teman disekolah, Gabriela tidak peduli. Ini hidupnya. Jauh dari banyak sifatnya yang misterius, Gabriela adalah gadis yang periang dan bertolak belakang dari apa yang dilihat orang lain. Namun, ia sendiri tak mengerti kenapa, Gabriela hanya tak ingin hidup tenangnya diusik, kemudian hancur. Walaupun begitu, Gabriela adalah gadis yang sangat cantik, dianugerahi paras bak putri raja, tinggi dan berat badan yang pas, kulit putih dan sangat mulus tanpa cacat, bersurai lurus panjang berwarna kecoklatan, sungguh ciptaan yang rupawan. Siapapun bahkan akan sangat iri dengan apa yang Gabriela miliki, selain paras yang mumpuni, ia yang sebenarnya adalah gadis yang memiliki sifat baik. Hanya saja semua sifat itu perlahan hilang, ah tidak.. Gabriela hanya tak menunjukkan sifat aslinya. "Lo cantik" gumamnya sembari menatap cermin didepannya, menaut diri dengan seragam sekolah yang akan masuki hari ini. Hari ini ia resmi menyandang gelar siswa baru di SMA Adi Buana, di Indonesia. Sengaja Gabriela menempuh jenjang pendidikan jauh dari negara asalnya, Jepang. Melanjutkan cita-cita kakaknya yang tak sempat diraih. Bukan tanpa alasan Gabriela memilih sekolah itu, ada tekad kuat yang mendasarinya dan jika saja ia tak memiliki tujuan untuk dapat menemukan alasan yang membuat kakaknya pergi untuk selamanya, ia tak akan sudi menginjakan kakinya disekolah ini. Brum Brum Mendengar suara motor melintas melewati gerbang sekolah, banyak siswa menatap heran pada benda besi yang tengah berjalan itu. Tidak mengherankan ada siswa yang membawa motor sport seperti itu ke sekolah, selain menggunakan mobil mewah ada beberapa siswa yang memang memiliki hobi membawa kendaraan roda dua. "Widih, siapa tuh?" "Murid baru kali, gak pernah liyat gue" "Kelihatan badboy sih ini" Banyak yang bertaruh, bahwa pengendara motor itu adalah sosok pria dengan identitas berandalan. Karena sejauh ini, tak ada satu pun siswi perempuan yang memakai kendaraan roda dua ke sekolah. Bahkan siswa dengan latar belakang baik pun lebih memilih memakai kendaraan roda empat. Tiba ditempat parkir, Gabriela menghentikan laju kendaraannya dan mematikan mesin motor. Memarkirkan motornya sembarang, lalu melepas helm hitam yang ia pakai mengendarai sedari tadi. Melihat itu, setiap pasang mata menatap terkejut. Bukannya pria dengan badan kekar atau berandalan sekolah, namun malah sosok gadis dengan paras sempurna yang turun dari motornya. Sungguh, seluruh siswa disana dibuat menganga tak percaya. "Cih.." Tak peduli dengan tatapan sekitar, Gabriela lebih memilih meletakkan helm keatas badan motor lalu melepas jaket hitam yang dipakainya, merogoh sesuatu dari dalam tas ransel dan mengenakan jas sekolahnya, setelah siap Gabriela menenteng tas ranselnya dipunggung sembari berjalan meninggalkan halaman parkir. Ia sama sekali tidak peduli, selain tatapan memuja dari lawan jenis yang mengganggu, ditambah ucapan kagum yang malah terdengar bising. Suara sindiran dari para gadis yang menyebutnya haus perhatian pun tak membuatnya menoleh takut. Malah Gabriela semakin menegakkan kepalanya, memandang angkuh kepada mereka yang terang-terangan tak suka. Sama seperti Gabriela yang biasanya, dilorong sekolah pun saat ia melintas sama sekali tak memperhatikan sekitar, seakan suara berisik mereka hanya numpang lewat ditelinga. Fokusnya sekarang hanya mencari dimana letak ruangan kepala sekolah, segera menyerahkan berkas kepindahannya lalu memasuki ruang kelas, menyelesaikan kegiatan belajar dan segera mewujudkan tujuan utamanya. Gabriela terus melanjutkan langkahnya, setelah melewati beberapa belokan, akhirnya gadis itu menemukan tempat yang ia tuju. Tok Tok "Permisi" ucapnya, "Masuk" terdengar suara dari dalam ruangan Gabriela masuk kedalam, menyerahkan map merah yang ia bawa. "Berkas kepindahan saya Pak" Pria paruh baya itu mengangguk, mengambil berkas yang Gabriela sodorkan lalu membacanya sekilas. Dahinya mengerut, merasa familiar dengan nama yang ia eja. "Ada apa Pak?" Tanya Gabriela dengan santai saat melihat dahi pria yang berada dihadapannya mengerut. Pria itu berdeham, "Tidak, hanya saja namamu seperti tidak asing" Gabriela yang mendengar itu pun hanya tersenyum simpul, tak berniat menjawab kegundahan pria yang menjabat sebagai kepala sekolah itu. Pria itu meraih gagang telepon, lalu mengucapkan sesuatu, setelah selesai pria itu menutupnya kembali. Sesaat kemudian, ada seseorang yang memasuki ruangan. "Pak" "Bimbing Gabriela dan tunjukkan kelasnya" suruhnya Wanita yang baru saja masuk itu mengangguk patuh, "Ayo Gabriela" ajaknya Setelah berjalan melewati beberapa kelas, dan menaiki tangga hingga sampai dilantai dua. Wanita yang menjabat sebagi guru itu memasuki salah satu ruangan, menyapa penghuni kelas dengan sapaan khas setiap pagi. Gabriela berhenti sejenak diambang pintu, menunggu guru memanggilnya. "Selamat pagi" Seperti sudah menjadi kebiasaan, penghuni kelas pun tak ada satupun yang menyahuti. Sangat identik dengan gelar sekolah elite tapi tak ada etika. Gabriela menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tak terkejut. Guru mengisyaratakan Gabriela agar ikut memasuki kelas. Gadis itu menurut, ia masuk dengan langkah angkuhnya. "Mohon perhatiannya!" Saat seluruh penghuni kelas mengalihkan fokus kedepan, menatap Gabriela dengan penasaran, guru kembali berucap "Ini adalah teman baru kalian. Ayo perkenalkan dirimu" "Perkenalkan aku Gabriela Andarika, mohon bantuan dan kerjasamanya" Gabriela tersenyum tipis sambil membenarkan letak ranselnya yang sedikit melorot. Menoleh kearah guru yang berdiri disampingnya, "Em.. Boleh aku duduk sekarang?" Tanyanya Guru mengangguk, "Ya, kamu boleh duduk, silahkan mencari kursi kosong. Atau.. kau duduklah disana dibangku paling belakang, bersama Adrian" Gabriela mengikuti jari telunjuk guru itu saat menunjuk bangku paling terakhir, benar memang disana ada seseorang yang tengah menumpukan kepala diatas bangku, seperti tengah tertidur. Ia mengangguk patuh, mengeratkan ranselnya lalu mulai melangkah. Sama seperti tadi, saat Gabriela melintasi tiap bangku telinganya kembali dibuat gatal mendengar gumaman lirih dari teman sekelasnya. "Astaga!" "Dia beruntung banget.." "Gue iri anjir.." "Dia duduk sama Adrian?" "Astaga beruntung banget tuh cewek.." Gabriel mengedikan bahunya tak peduli, segera berjalan menuju bangku tersebut, membiarkan burung berkicau dengan sendirinya, tak ayal mereka juga akan diam nanti. Gadis itu menghela nafas, sekarang ia resmi menjadi siswi baru dikelas ini. Kelas terakhir yang harus ia tempuh sebelum melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi. Ia segera mendudukan tubuhnya dibangku yang ditunjuk oleh gurunya tadi. Seperti biasa, Gabriela tidak memperdulikan tentang siapa yang ada disampingnya dan apa yang dilakukan. Masa bodo! Ia tidak peduli. Meletakkan ranselnya dibangku, Gabriela merogoh buku yang berada didalamnya, ia segera memulai proses belajarnya disekolah. "Ekhm.." Seseorang yang berada disamping Gabriela berdeham, tidak ada yang tak menoleh selain Gadis berambut coklat itu. Menegakkan kepala, Adrian menatap sekilas Gabriela yang berada disebelahnya. Sebelah alis laki-laki itu terangkat sambil tersenyum remeh Siapapun tahu, bahwa Adrian adalah siswa paling tampan disekolah, selain itu Adrian juga sangat dikenal dikalangan siswa siswi Adi Buana karena ayahnya adalah pemilik sekolah. Dari kebanyakan fakta tentangnya di sekolah, Adrian memiliki sifat tak jauh dari Gabriela. Dingin, tertutup, tak peduli dan yang paling sering terlihat adalah masa bodoh dengan orang lain. Jika orang lain mendengar Adrian berdeham akan menoleh kilat, memberikan tatapan penuh manja bahkan banyak dari penggemarnya disekolah akan berteriak girang, lain dengan gadis yang berada tepat disampingnya ini. Gabriela diam tidak menjawab, tetap menajamkan pendengarannya pada materi yang tengah diajarkan, sungguh tak ada untungnya jika ia menoleh kearah siswa itu. Merasa tak direspon, Adrian menoleh ke arah Gabriela. Menoel bahu gadis itu dengan jari telunjuk hingga sang empunya berdecak. "Hmm" jawabnya "Lo siapa?" tanyanya dengan nada dingin "Ngapain lo duduk disini?" tanyanya lagi Lagi, Gabriela tak mempedulikan suara bising itu. Seakan menulikan telinga, Gabriela tak menoleh ataupun melirik sebagai jawaban. "Heh budeg!" Ucap Adrian lirih namun penuh dengan penekanan. Gabriela kembali berdecak, mengganggu sekali pikirnya. Karena saking terganggu, Gabriela akhirnya menoleh kearah Adrian. Sejenak tatapan mereka terkunci, sama-sama terpaku hingga gadis itu memutus kontak mata lebih dulu. "Lo siapa sih seenaknya ngatain orang?" Gabriela memutar bola matanya jengah, kembali memfokuskan dirinya pada materi pelajaran yang masih berlangsung. "Ck, Lo gak tau siapa gue?" Adrian tertawa lirih, siapa yang tidak kenal dirinya? Bahkan seluruh siswa disekolah tau siapa Adrian Pranasaptya. Dan siswi baru ini? Ah sial, Adrian merasa sangat terhina. Ia kembali menelungkupkan kepalanya diatas bangku, menutupinya dengan jaket kulit. Gabriela berdecih dalam hati, "emangnya lo siapa, presiden?" Batinnya Waktu pulang sekolah, Gabriela segera beranjak dari bangku setelah memasukkan seluruh perlengkapan kedalam tas. Menenteng tas ranselnya lalu melangkah pergi. Bergegas menaiki motornya, melepas jas sekolah lalu memasang jaket hitam dan helm. Gabriela mulai menyalakan mesin motor, melaju dengan kecepatan sedang, melintasi jalanan kota yang begitu padat. Setelah sampai disuatu apertemen, Gadis itu melajukan motornya memasuki basemen, menempatkan motornya di area parkir khusus penghuni apartemen. Gabriela memasuki apartemennya dengan santai, setibanya didalam ia melepas sepatu dan melempar tasnya disembarang tempat. Ia merebahkan tubuhnya diranjang yang ada dikamarnya. Matanya menatap langit-langit kamar yang dihiasi bintang buatan. Tersenyum tipis, ia bangkit dari rebahannya. "Kakak tenang aja, pasti aku akan segera menemukannya" To be Continued

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook