bc

SUAMI CEO VS MANTAN TERINDAH.

book_age18+
1.4K
FOLLOW
6.9K
READ
others
straight
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Tragedi tak terelakkan membuat Nilam Cahya harus menikahi Restu Madela Saputra calon kakak iparnya.

Murni, kakak Nilam meninggal dunia dalam kecelakaan. Nilam melupakan mimpinya bersama sang pujaan hati, Elang Perkasa. Ia memilih menjadi istri yang berbakti pada sang suami, sekalipun kelakuan Restu tak sesuai dengan wajahnya yang tampan.

Hingga, Nilam tak sengaja kembali bertemu Elang. Ia menerima segala hinaan atas keputusannya meninggalkan kekasih tercinta.

Menangis sampai air matanya kering pun percuma ia lakukan, nyatanya dia tetap menjadi si pengkhianat cinta.

Nilam bagai berjalan di sebuah persimpangan. Ia harus menguatkan hatinya, ketika takdir kembali menguji cintanya. Apalagi satu-persatu bukti tentang Restu yang sebenarnya semakin terkuak.

Nilam harus memilih, antara berbakti pada lelaki yang berstatus suaminya atau kembali merajut kasih dengan mantan kekasih.

chap-preview
Free preview
PART 1 - MENIKAH
"Saya terima nikah dan kawinnya Nilam Cahya binti Priyatna dengan mas kawin seratus gram emas dua puluh empat karat dibayar tunai." Sebaris kalimat yang diucapkan dengan lantang oleh seorang lelaki bernama lengkap Restu Mandela Subrata mengiringi berubahnya status yang disandang Nilam dari seorang gadis menjadi seorang istri. Restu Mandela Subrata, lelaki dengan kulit coklat dan memiliki sorot mata tajam menusuk tampak mengusap telapak tangan ke wajah ketika kata sah terdengar. Berbeda dengan Nilam. Air matanya jatuh tanpa bisa dicegah mengalir ke pipinya yang mulus. Hari ini adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Tapi tak ada ayah, ibu dan kakak kandungnya. Mereka semua telah tiada. Hanya paman dan bibik yang hadir hari ini. Ia sudah bukan lagi seorang gadis, sudah bukan lagi kekasih dari lelaki bernama Elang Perkasa. Kini ia sudah menjadi istri dari Restu Mandela Subrata. Lelaki yang awalnya calon kakak ipar Nilam. "Cium telapak tangan suamimu, Nilam." Elsi, ibunda dari Restu tersenyum ketika prosesi Ijab Kabul itu berlangsung. Ia bahagia, karena dengan kondisi putranya sekarang ini, Elsi tak perlu khawatir. Ada Nilam yang akan menjaga putranya sebagai seorang istri. Terpaksa Elsi memakai jalan licik, semua demi putranya. Nilam menatap wajah Restu yang tampak biasa saja. Tak ada senyum yang biasa ia lihat dari pasangan suami istri seperti yang sering ia lihat di acara pernikahan normal lainnya. Tak usah heran, karena acara hari ini adalah acara dadakan yang tentu saja sudah diatur ibunda dari Restu, Elsi Subrata. Hari ini juga Nilam akan ikut Restu ke Jakarta, demi berbakti pada suami dadakannya ini. Nilam meraih telapak tangan Restu dan menciumnya. "Cium kening istrimu, Restu." Ucapan Elsi membuat Restu melotot, pasalnya untuk bangun saja ia tak mampu. Ya, Restu yang kini menjadi suami Nilam bak orang pesakitan yang untuk berdiri pun tak mampu. Ia bahkan terbaring di sebuah ranjang rumah sakit. Hanya kedua tangannya yang bisa berfungsi, sementara kedua kakinya lumpuh. Ruang perawatan di rumah sakit kelas VVIP menjadi saksi berlangsungnya akad nikah Nilam dan Restu. Hanya kerabat inti yang menjadi saksi resminya Nilam menjadi istri Restu. "Nilam, tundukkan kepalamu, supaya Restu bisa mencium keningmu." Bak pemain sinetron, Nilam menurut. Ia menutup mata ketika menerima kecupan di keningnya. Menerima dengan ikhlas sentuhan pertama suaminya. Restu menggeram dalam hati ketika melihat air mata menetes di pipi Nilam. Pake pura-pura nangis lagi! Dasar wanita matre! Lalu Pak penghulu yang menikahkan mereka pamit pulang. Berikut saksi yang diminta Elsi, ibunda Restu. "Nah Nilam, mulai hari ini kamu adalah istri dari Restu. Kamu wajib mengurus suamimu dengan baik." Elsi mulai mengingatkan menantunya tentang statusnya sekarang. "Baik, Bu." Nilam menunduk. "Lho kok masih memanggil Ibu? Mulai sekarang kamu harus membiasakan memanggil saya, Mama." Elsi merangkul bahu Nilam. Seperti memiliki putri kandung. "Kamu bisa menganggap saya seperti ibu kandung kamu." Elsi menatap wajah polos di depannya. Aslinya Nilam ini cantik, hanya kurang polesan di wajahnya. Maklum orang kampung. "Saya tahu kamu sudah lama menjadi anak yatim piatu. Jadi sekarang kami yang akan menjadi orang tuamu." Nilam mengangguk, sementara Nining dan Gani yang selama ini membesarkan Nilam sejak kecil ikut terharu. Mereka percaya Bu Elsi, mertua Nilam akan menyayangi Nilam seperti putrinya sendiri. "Ini semua mas kawin dari suami kamu." Elsi menyerahkan kotak merah dan membukanya di hadapan Nilam. Perhiasan itu tampak berkilau di mata Nilam. Perhiasan yang terdiri dari kalung, gelang dan cincin. Pasti harganya mahal. Ia menutup matanya sesaat. Ia tak silau akan ini semua. Bukan ini yang ia mau dalam hidupnya. "Bu, eh Ma. Boleh saya berikan ini buat Paman dan Bibik?" Pertanyaan Nilam membuat Restu menahan geram luar biasa. "Itu mas kawin, harus kau kenakan, bukan diberikan pada orang lain." "Apa kau sama sekali tidak menghargai pemberian suamimu!" hardik Restu lagi. Protesan Restu di hari pertama mereka menikah. Nining dan Gani saling pandang. "Nilam, apa yang dikatakan suamimu itu benar. Mas kawin itu adalah hakmu, sayang. Untukmu, kenapa harus kamu berikan pada Paman dan Bibimu?" Elsi segera menengahi ucapan Restu. "Gak apa Nilam, kamu gak usah pikirkan paman dan bibik." Nining merasa tak enak hati. "Paman hanya ingin kamu bahagia Nilam." Gani ikut menimpali. Bahagia? Lihat saja aku akan buat hidupnya jauh dari kata bahagia! Batin Restu kesal bukan kepalang. "Tapi bik. Kak Murni sudah meninggal, siapa yang akan membiayai hidup Paman dan Bibik nanti?" Ternyata wanita ini menguji kesabaranku! Mau dia apa sih? Menyerahkan semua mas kawin pada Paman dan Bibiknya? Lalu meminta lagi perhiasan padaku gitu? Enak saja! Menutup mata demi menolak drama keluarga ini, Restu pun berucap. "Ma, aku mau istirahat." "Nilam, urusan paman dan bibikmu kamu gak usah khawatir. Sekarang kamu harus temani suamimu di kamar ya. Biar Mama bicara sama Paman dan Bibikmu di luar." Mengangguk, Elsi memberi kode pada Gani dan Nining. "Bibik dan Paman pulang dulu. Kamu baik-baik di sana ya. Berbakti pada suamimu, Nilam." Kembali memeluk sebelum berpisah. Rasa haru menyeruak di hati Nining dan Gani, harus melepas keponakannya demi menjadi istri Restu. Hanya Nilam yang mereka miliki kini, dan kini Nilam pun pergi. Tapi paling tidak, Nilam tidak seperti Murni yang pergi dari dunia ini. Nining pikir Murni yang akan menikah dengan Restu, dan Nilam akan menikah dengan sang kekasih yang bernama Elang. Sayang, kecelakaan menyebabkan Murni tewas dan menyisakan Restu yang cacat. Nilam yang harus berkorban menikah dengan Restu. Semua ia lakukan demi suaminya. Nining tak tahu apa yang harus ia katakan pada Elang jika lelaki itu datang dari kota nanti? "Titip Nilam ya nak Restu. Tolong jangan sakiti keponakan Bapak. Cintai dia seperti kamu mencintai Murni, kakaknya." Gani berusaha bicara pada Restu. Namun Restu tak bergeming. "Tenang Pak Gani, kami akan pastikan Nilam baik-baik saja bersama Restu." Subrata mencoba membuat besannya untuk tidak khawatir. Restu tak menjawab, hanya menutup mata seolah tak mendengar. Membiarkan kedua mertuanya diajak pergi oleh kedua orangtuanya. Baik-baik saja? Kita lihat nanti, seberapa tahan gadis ini menjadi istriku? Nilam memandang kepergian paman dan bibiknya, juga kedua mertuanya. "Kenapa kau diam seperti patung?" Nilam menoleh pada suaminya. Suami? Hati Nilam mengiris pilu. "Tutup pintunya sekarang juga! Tidakkah kau punya mata!" Menatap sepasang mata yang kini menghunusnya tajam, Nilam mengangguk. "Baik, aku akan menutupnya." Bergegas Nilam menutup pintu dan ketika ia berbalik, kembali tatapan setajam silet ia dapatkan. Lelaki ini, yang baru saja menikahinya kini menatapnya seolah ingin sekali mengulitinya hidup-hidup.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook