bc

Terjerat Cinta Terlarang Sang Author

book_age18+
108
FOLLOW
1K
READ
possessive
second chance
dominant
brave
drama
sweet
city
affair
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

“Kamu adalah seorang istri. Yang harusnya nurut apa kata suami. Melayani suami memang tugasmu.”

Bagaimana jika bayanganmu akan rumah tangga yang kamu perkiraan tidak sesuatu ekpetasi? Segala hal tidak ada timbal balik dalam kesenangan yang kamu rasakan. Bahkan sebuah kenikmatan akan hubungan ranjang tidak pernah kamu terima karena sebuah kata egois yang melekat dalam diri seorang pria.

Di sinilah kamu seolah diharuskan menyadari suatu hal, bahwa kodratmu adalah sebagai seorang istri, tanpa bisa menuntut sesuatu dan lebih. Kamu, hanya harus melayani suamimu dalam segala hal.

chap-preview
Free preview
Prolog
Pria bertubuh kekar itu menumpu tangan di atas kasur, mengungkung tubuh tanpa sehelai benang pun di bawahnya. Bergerak seirama, maju dan mundur, pelan dan cepat, panas dan semakin panas saat gesekan dinding-dinding ketetatan melingkupi miliknya. "Sebentar lagi," ucap pria yang kini tengah mengejar pelepasannya. Udara dingin dari pendingin ruangan, juga bantuan hujan lebat di luar ruangan. Tak mampu mengalahkan aura panas yang melingkupi dua tubuh. Saling menahan dan mengejar. Kilat yang menyambar bagaikan cambuk yang menghukum bumi di malam hari. Pancaran cahaya singkat yang menyilaukan membentuk siluet tubuh pria yang kini tengah bergerak dia atas seorang wanita. "Aku hampir sampai." Pergerakan itu semakin cepat. Miliknya semakin tegang. Wanita di bawah yang sedang menutup mata kini membukanya dengan melotot. Terkejut dengan ucapan pria di hadapannya. "No. Jangan dulu. Please tahan dulu, Mas," ucapnya. Tangan semakin mencengkeram, menutup antara berharap bisa merasakan iramanya kembali. "Tidak bisa," desis pria itu. Pria bernama Dani itu menunduk, melihat miliknya yang keluar dan terbenam dalam inti sang istri. Semua tak dapat lagi ditahan. Kepalanya mendongak dengan mata terpejam. Bibirnya mendesis saat dia mengentak sekali dengan cukup kasar diiringi getaran pada tubuhnya. "Akhirnya." Pria itu mulai melepaskan semuanya ke dalam inti perempuan di bawahnya. Dani melepaskan diri dari tubuh sang istri, penyatuan telah terputus. Berpindah posisi ke sisi tubuh yang sebelumnya berada di bawah kungkungannya. Tubuh penuh keringat itu terlentang dengan napas yang tersengal. Matanya terpejam menikmati sisa-sia pelepasan yang mampu melemaskan otot-otot dalam tubuh. Bibir itu melengkung membentuk senyuman. Sayangnya, itu tak sebanding dengan ekspresi perempuan yang kini hanya diam terlentang. Pandangan kosong menghadap ke langit-langit kamar. Dia tahu inilah yang akan terjadi. Namun, dia pun tak memiliki kuasa untuk menolak karena dia pun juga ingin. Sayangnya, hanya kekecewaan yang dia dapat. Pria itu membuka mata, menoleh ke arah sang istri yang masih dalam posisi yang sama. "Terima kasih, ya," ucap Dani pada sang istri. Setelahnya, dia membalikkan tubuh untuk membelakangi sosok wanita berambut panjang sepunggung itu. Grizealla. Wanita yang biasa dipanggil Zea itu menoleh, menatap punggung polos sang suami. Bintik-bintik keringat masih terlihat jelas. Tampak menggoda. Dia menggigit bibir bawah. Ragu untuk mengatakan. Namun, hasrat ini sudah menggebu. Dea mengangkat tubuh setengah berbaring, tangan kiri terulur memegang pundak Dani. "Mas," panggilnya pelan. Dani menjawab dengan gumaman saja, membuat Zea semakin ragu. "Apakah ... apakah kita bisa melakukannya lagi?" "Aku baru saja terlepas, Sayang. Aku lelah," jawab Dani. "Tapi ... aku belum mendapat Pelepasan," ucapnya dengan rasa kesal. Dani sedikit menggeram, juga menggerakkan pundaknya. "Aku sudah lelah, Sayang. Besok lagi, ya." Tatapan Zea nanar. Dia memejamkan mata menarik napas dalam. Sudah. Dia tidak tahan lagi. Ini yang selalu Zea dapatkan saat dia menjalankan kewajiban sebagai seorang istri. "Jangan egois seperti ini dong, Mas," ucapnya keras. Dia kini dalam keadaan duduk menatap tajam Dani. Dadanya naik turun menandakan kemarahan besar dalam diri seorang Zea. Dani yang mendengar teriakan sang istri pun bangkit dari tidurnya. Memandang Zea tak kalah tajam. "Kamu ini apa-apaan, sih? Malam-malam teriak-teriak. Apa kata tetangga?" Emosi Zea semakin memuncak. Bukan dirinya yang dipikirkan, tetapi malah tetangganya. Wanita itu bangkit tak peduli tubuhnya yang telanjang akan terlihat oleh suaminya. Toh pria itu tak lagi mau menjamahnya. "Kamu yang apa-apaan. Aku tidak akan berteriak jika kamu tidak seperti ini. Setiap kita bercinta selalu seperti ini. Setelah kamu mendapatkan kenikmatan, kamu melupakan aku. Membiarkan aku yang belum mendapatkan pelepasan. Tidak peduli apa yang aku inginkan. Kamu pergi tidur begitu saja tanpa memikirkan aku." Malam ini, untuk pertama kalinya dia mencurahkan kegundahan yang dia rasakan selama masa pernikahan dengan Dani yang sudah berjalan dua tahun ini. "Itu, kan memang tugasmu sebagai istri, yaitu memuaskan suami." Dani melotot pada Zea. Zea menganga mendengar ucapan suaminya. "Mas. Kita ini suami istri. Urusan ranjang kita harus saling memberi. Bukan salah satu." "Banyak omong kamu. Kalau aku lelah kamu mau apa?" tanya Dani menantang. Bola mata Zea memanas. Dia menunjuk wajah Dani dengan jarinya. "Kamu tahu? Aku merasa kalau aku ini pelacurmu. Bukan istrimu." Zea meraih ponsel dari meja nakal, berjalan ke arah kamar mandi dan menutup pintunya kencang. Dia menitikkan air mata sembari menyandar pada pintu. Zea meletakkan ponsel di atas rak berisi berbagai peralatan mandi. Dia berjalan ke bawah shower dan mulai menyalahkan air. Tak lama, siraman dingin mulai membasahi tubuh. Wanita bertubuh langsing itu menjatuhkan diri ke lantai, duduk menekuk kaki dan menenggelamkan wajah pada lipatannya. Bahu mulai bergetar. Ya. Zea menangis. Inilah yang akan terjadi pada Zea setiap malam saat dirinya baru saja Bercinta dengan suaminya. Kenikmatan yang dia dengar dari teman-teman, artikel yang dibaca juga video yang ditonton tidak pernah dia rasakan. Zea selalu senang saat suaminya mulai mencumbu tubuhnya dan mengajaknya untuk bercinta. Namun, di saat dirinya berada di ambang batas, semua itu tidak pernah terselesaikan karena Dani lebih dulu sampai. Setelahnya. Suaminya itu akan meninggalkan dirinya tidur tanpa memikirkan dirinya yang belum mendapatkan apa-apa. Awalnya dia merasa dirinya yang salah. Hingga akhirnya dia mencari tahu. Jika kurang dari lima menit seorang pria sudah mencapai puncak, maka pria itu mengalami ejakulasi dini. Dan itulah yang terjadi pada Dani. Pria itu, bercinta tidak lebih dari lima menit. Pernah ada yang menyarankan untuk melakukan pemanasan. Sama saja. Karena beberapa menit pemanasan, Dani sudah tidak bisa menahan diri untuk memasuki dirinya. Dan berakhir sama. Dia tidak mendapatkan pelepasan itu. Wajah basah yang entah air mata atau air shower itu mendongak, menatap rak di mana ponselnya berada. Zea bangkit, tanpa mematikan shower dia mendekati rak meraih benda pipih miliknya lalu duduk di atas kloset. suaminya pasti sudah keluar dari kamar karena pertengkaran mereka tadi. Inilah saatnya dia melakukannya. Zea menyalahkan keran air untuk mendapatkan suara bising di kamar mandi. Dia memasang headset dan mula memutar sebuah video dari ponselnya. Suara teriakan seorang wanita dan deru napas pria mulai terdengar di telinga. Volume tinggi dia pasang. Zea mulai membuka lebar kakinya, perlahan tangan merambat ke arah inti tubuhnya. Mata hazle itu mulai terpejam saat jari-jarinya mulai menari di atas miliknya. Bibirnya mendesis menikmati apa yang dia rasakan di bawah sana. Suara yang mengaung di telinga sebagai pemacu dalam diri. Ya. Inilah yang akan Zea lakukan saat tidak mendapatkan pelepasan dari suaminya. Rasa panas diujung tanduk karena ditinggalkan Dani, Zea tuntaskan dengan sebuah permainan jari di dalam miliknya. Sepuluh menit berlalu. Pergerakan tangannya semakin intens di dalam sana. Mulut Zea mulai membuka, kerutan di kening mulai tercipta. Napas wanita itu mulai menderu tak karuan. Hingga beberapa saat kemudian, Zea berteriak dengan kencang di dalam kamar mandi. Kenikmatan itu dia dapatkan. Ya. Dengan jarinya sendiri, bukan dengan sesuatu yang harusnya berada di dalam sana. Zea menyandarkan punggung pada dinding. Terasa lemah, dia mengangkat tangannya, melihat sesuatu yang lengket di antara jari-jarinya. Senyuman terbit di bibir manis tanpa lipstik itu. Sebuah senyum miris yang sesaat kemudian mengantarkan tangis kembali dari matanya. "Miris sekali hidupku ini." Setelahnya. Teriakan keputusasaan yang terdengar di kamar mandi itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook