bc

As If It's Your Last

book_age12+
27
FOLLOW
1K
READ
possessive
fated
friends to lovers
playboy
student
drama
tragedy
bxg
campus
small town
like
intro-logo
Blurb

Selena dan Devon.

Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan.

Namun hubungan mereka nyatanya memang hanya sebatas 'sahabat', dan selamanya akan tetap seperti itu.

chap-preview
Free preview
Kebiasaan Buruk
LINE! SEBUAH notifikasi khusus yang masuk dari aplikasi Line sempat mengembalikan nyawa seorang gadis berambut hitam legam itu secara dadakan. Rohnya yang tadi tengah berjalan-jalan, dipaksa masuk begitu suara cukup kencang itu terdengar nyaring di dekat telinganya. LINE! Dahi gadis itu berkerut tak suka karna kembali mendengar suara notifikasi yang masuk, merasa tidur berkualitasnya terganggu. Dengan mata yang masih terpejam sempurna, gadis berkulit hitam manis dengan dua buah lesung pipi sempurna di kedua pipinya nampak mengeluarkan tangannya dari dalam bedcover putihnya. Meraba-raba tubuh seseorang yang ia yakini berada di sampingnya. Dan keyakinannya bertambah begitu tangannya mengenai sebuah rambut sedikit berjambul. Membuatnya menepuk pelan kepala seseorang yang berada di sebelahnya itu dengan gerakan yang lemah. Maklumlah, nyawanya belum sepenuhnya kembali. "Von?" Panggil gadis itu dengan suara serak khas bangun tidurnya tanpa berniat untuk membuka matanya. Tak ada sautan dari orang di sebelahnya. Semakin sadar, semakin kembali pula indra pendengarannya yang malah menangkap bunyi dengkuran lumayan kencang dari arah sampingnya. LINE! LINE! "Von?" Gadis itu kembali menepuk kepala itu begitu notifikasi terdengar lagi. Dari dalam bedcover, gadis itu bisa merasakan bahwa orang di sebelahnya ini sedikit bergerak sembari menggeram kesal, mulai sadar walau masih enggan untuk bangun atau hanya sekedar merespon tepukan di kepalanya. LINE! LINE! LINE! LINE! "DEVON!?" Teriaknya malas yang kini mulai menarik rambut lebat itu sekuat mungkin, membiarkan pemiliknya tersadar dari tidur pulasnya dan mulai membuka matanya dengan kening berkerut juga kepala yang mendadak pusing karna dibangunkan dengan cara kasar. "Apaan sih, Na? Ya, Tuhan!" Cowok tampan bernama Devon itu berkata dengan kesal, walau masih ingin tidur, namun kepalanya yang nyut-nyutan membuat bule satu itu mengurungkan niatnya. "Apaan-apaan! Itu ponsel lo bunyi mulu! Berisik gue pusing!" Gantian gadis manis bernama Selena itu yang mengomel tak suka dan terlihat semakin merapatkan bedcovernya untuk menutupi seluruh tubuhnya. Devon yang sudah terlanjur segar akhirnya memutuskan untuk bangun sesudah mengibaskan bedcover tebal yang semalaman ini membalut seluruh tubuhnya. Dengan posisi duduk, Devon mulai menyadari keadaan sekitarnya kalau ini bukanlah apartementnya. Cowok itu menggeram, sudah ke berapa kalinya ia selalu salah masuk apartment? Tangannya mengacak rambutnya frustasi disertai wajah kusut dengan hiasan dahi berkerut dan rambut bekas jambakan brutal Selena yang terasa nyut-nyutan. Namun cowok tampan, tetap akan selalu tampan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Sesudah menyadarkan dirinya seratus persen, tangan kokohnya dipergunakan untuk meraih ponsel yang berada di bawah bantalnya, matanya segera dipertemukan dengan banyaknya chat Line yang masuk dari pengirim yang berbeda-beda. AnastasiaRachel Morning, babe! Balik sekolah jalan, yuk? RamonaAinta Kakak! Nanti aku mampir ke kelas, ya? Hehe, mau ngasih bekel nih. AnggiaRia Morning, Kak! Udah bangun belum? Hehe MettaRianti Selamat pagi, calon! Tanding basket nanti jadi? Mau nonton! FabioAnjaya Nyet! Kaset bokep gue bawa, ya! Lupa lagi lo gue sunat, asli! TerreMeindani Bangun! Cepet berangkat! Gasabar ketemu! Devon berdecak kesal karna ternyata dari sekian banyaknya chat Line masuk, ia tak menemukan satupun yang berfaedah. Setelah membalas semua pesan itu, mata cokelat terangnya terlihat melirik gadis yang masih nampak tenggelam dalam balutan bedcover yang juga ia kenakan semalam. Hanya rambut panjangnya saja yang terlihat menjuntai keluar. "Na?" Kaki panjang Devon yang masih setia berada di dalam bedcover menggeser ke samping, berusaha menyenggol kaki Selena walau hal itu percuma karna lawannya nampak tak merespon. Devon memundurkan badannya malas, menyenderkan punggungnya pada tumpukkan bantal sebelum kembali pada gadis di sampingnya. Ragu kalau Selena tidur, siapa tahu mati. "Nana?" Devon kembali memanggilnya dengan menggunakan cara yang sama. Gerakan tubuh singkat Selena sempat menenangkan Devon karna ternyata gadis itu masih hidup. Dengan gemas dibukanya total bedcover yang dipergunakan gadis itu untuk menutupi seluruh tubuhnya. Membuat badan mungil berbalut baju tidur motif bunga-bunga itu menggeliat kesal dengan mata sipitnya yang terbuka lebar. Menatap marah ke arah Devon di balik anak-anak rambut yang menutupi wajahnya. Namun kerutan di dahi Selena malah membuat Devon tersenyum geli. Ia selalu suka melihat wajah baru bangun tidur Selena, apalagi jika gadis itu bangun tidur dengan posisi marah. Seperti saat ini. "Bangun, udah siang." ucapnya disela-sela cengirannya. Karna terlanjur membuka mata, Selena akhirnya memutuskan untuk bangun dengan bibir manyun dan rambut panjangnya yang berantakan. "Lo kenapa setiap mabuk selalu tidur di apartment gue, sih!? Nyempit-nyempitin tau, gak!" Omelan pagi Selena terdengar, omelan yang pasti Devon dapat ketika dirinya tidur satu ranjang dengannya. Senyum geli cowok itu masih belum reda juga, kini tangan kanannya terulur, merapihkan rambut Selena agar gadis manis itu setidaknya tak terlihat menyeramkan. Mengomel dengan rambut berantakan dan wajah ditekuk sungguh horror dimata Devon. "Ya, sorry. Gue juga mana tau kalo nyasarnya malah ke apartmen lo." Alasan yang selalu Devon keluarkan. "Pintu apartmen lo tuh ada di depan pintu gue! Tapi kenapa selalu nyasar kesini!? Ponsel berisik, berasa pejabat banget bunyi mulu!" Selena menepis tangan kanan Devon yang masih berada di kepalanya, "Sampe lo gangguin gue tidur lagi, password apartmen bakal gue ganti!" Ancaman basi yang selalu Selena keluarkan jika tengah kesal, namun dari jaman bahela, nyatanya gadis itu tidak juga merubah password-nya. Jadi jangan salahkan dirinya yang sering salah masuk ke dalam apartmen miliknya jika tengah mabuk. Devon menghilangkan cengirannya walau matanya masih menatap gadis yang saat ini berada di satu ranjang dengannya, "Mau ngomel mulu apa berangkat ngampus?" "Berangkat ngampus, lah!" balas Selena kesal, "Sana balik ke apartmen lo! Gue mau mandi!" Dibukanya bedcover yang masih menutupi setengah tubuhnya itu. Kemudian tanpa dosa cowok itu berdiri, membuat Selena yang menoleh ke arahnya terlihat membulatkan matanya sebelum membuang wajahnya jauh-jauh. Kebiasaan buruk Devon selain nyasar ke apartmennya dan tidur seranjang dengannya adalah; tidak memakai pakaian apapun ketika tidur selain bedcover yang dibiarkan menyelimuti tubuhnya dari dinginnya AC. "DEVON! CELANANYA PAKE!!" Devon menundukkan kepalanya, menyadari kalau kini dirinya tengah bertelanjang total. Namun dengan santainya, cowok itu malah kembali duduk di atas ranjang. Menjahili Selena adalah kebahagian khusus menurutnya. Merasa ranjangnya yang bergoyang singkat, membuat Selena dengan kesal memasukkan kepalanya lagi ke dalam bedcover miliknya. Cowok itu memperlihatkan deretan gigi putihnya, membuat wajah tampan itu semakin nampak tampan. "Gak usah sok-sok malu, udah sering liat juga." Di luruskannya kaki milik Selena, berusaha menendang tubuh Devon agar turun dari ranjangnya dan segera pergi, "DEVON!!" Tawa cowok itu terdengar lepas, menikmati apapun yang Selena lakukan padanya, "Yakin nih gak mau liat?" "NAJIS! PERGI, GAK!?" "Semua cewek berlomba-lomba loh mau liat." godanya lagi yang kali ini mendapatkan hadiah timpukan bantal dari empunya ranjang, pukulan yang semakin menjadikan tawa Devon semakin lebar. "DEVON! JIJIK! PERGI!!" •••• "Kak, Devon!" "Pagi, Kak!" "Makin ganteng deh, Kak!" "Devon!" Selena melirik geli ke arah Devon yang sibuk menyapa para 'dedek-dedek gemasnya' sembari memperlihatkan senyum manisnya. Bahkan beberapa kali melambaikan tangannya, seakan tengah mengadakan jumpa fans. Karna malas untuk melihat sikap 'playboy tengil' cowok itu, Selena memilih mendahulukan langkahnya agar tak berada di samping cowok itu. Namun Devon ikut mempercepat langkahnya yang kembali membuat mereka berdampingan dengan tangan kiri yang bertumpu pada bahu Selena, membuat para penggemar Devon yang melihat jelas hal itu memekik kencang karna merasa cemburu. Walau mereka semua tahu, jika Selena dan Devon hanya memiliki hubungan sebatas sahabat, tak lebih. Namun nyatanya, masih banyak para cewek pdkt-an Devon yang merasa cemburu dan tak suka jika melihat Devon dan Selena terlalu dekat. "Nanti balik kelas gue mau jalan dong," Pamer cowok itu, membiarkan Selena melirik ke arahnya. "Sama?" responya malas. "Terre." Gadis itu mengerutkan kening dari balik poninya, "Yang mana lagi itu? Bukannya terakhir si Tasya?" Cengiran di wajahnya keluar, "Tasya udah enggak." "Enggak apa?" "Enggak sreg, batal dia jadi calon pacar." Selena mendengus tak mengerti, biasanya seorang playboy itu terkenal karna sering bergunta-ganti pacar. Namun Devon, dengan predikatnya sebagai playboy itu, malah belum pernah memiliki pacar. Selena yang sudah bersahabat dengannya selama 20 tahun dapat menjamin hal itu. Karna Devon hanya suka bermain dengan para gadis cantik dengan menggunakan status sebagai pdkt-annya. Sedangkan untuk sampai ke tahap 'pacar', Devon akan menyeleksi ketat. Dan sampai saat ini, semua pdkt-annya itu belum pernah ada yang berhasil masuk ke tahap pacar. "Jahat lo mah, maunya pas masa-masa pdkt-an doang. Giliran ceweknya udah minta di pacarin, langsung deh di jauhin." ucap Selena dengan tangan yang menjauhkan rangkulan Devon di bahunya, namun cowok itu tak membiarkannya, malah makin mempereratnya. "Gak gampang nyari pacar, gak mau kalo hati gue dimilikin sembarang orang." responnya cepat dengan tangan kanan yang mengacak-ngacak poni rapih Selena gemas. Gadis itu memukul-mukul punggung lebar Devon, berusaha melepaskan diri dari rangkulan ganasnya, "Rambut gue berantakan, ya! Lepas, gak?" Bukannya melepas, Devon semakin menjalankan aksi isengnya. Tak memperdulikan berbagai macam tatapan yang memandangi kedua orang itu dengan iri. Banyak yang ingin menjadi Selena karna selalu mendapatkan perlakuan manis dari Devon. "Woy! Von!" Panggilan seseorang menghentikan aksi jahil Devon, cowok itu menoleh ke belakangnya, mendapati Fabio-Sahabatnya, tengah berjalan ke arahnya sembari melambaikan tangannya. Merasa rangkulannya yang mengendur, dijadikan kesempatan Selena untuk kabur dan berlari ke kelasnya. Tak memperdulikan Devon yang berkali-kali meneriaki namanya. "Pagi-pagi udah sweet aja sama Selena, gue kapan, ya?" tanya Fabio yang kini ikut menatap punggung Selena yang menjauh, menghilang ke dalam gedung fakultas psikologi. Khalayan yang segera dihadiahi jitakan keras pada dahinya, "Cari pacar makanya!" Fabio mengusap dahinya geram, "Ogah, ribet. Gue mending ikutin cara lo." Devon kembali melangkah dengan Fabio yang masih setia berada di sampingnya, "Cara apaan?" "Gebet cewek, tapi gak di pacarin. Jadiin aja dedek gemes. Ajak nananinu, tinggalin deh." Di tepuknya belakang kepala Fabio kesal, "Gue kasih tau orang-orang nih, ya?" Ancam Devon dengan mulut yang bersiap mengambil aba-aba, berniat untuk mengeluarkan toanya di tengah lapangan. "WOY! JANGAN MAU SAMA FABIO, SOALNYA DIA--" Mulut si tampan berhasil di bekap oleh sang tersangka yang terlihat tertawa geli karna melihat ekspresi panik sobatnya. "Si setan emang bener-bener!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook