bc

PASANGAN YANG TERTUKAR.

book_age18+
2.8K
FOLLOW
22.1K
READ
HE
forced
arranged marriage
confident
boss
heir/heiress
drama
bxg
mystery
loser
harem
wild
like
intro-logo
Blurb

Menikah dengan resepsi besar-besaran tak membuat pernikahan Nurul Azizah bahagia.

Nyatanya dihari ia menyandang status sebagai istri Lukman Hamdani, di hari itu pula Nurul mengetahui jika ia hanya istri kedua.

Lukman ternyata telah menikah siri dengan wanita lain bernama Sekar, cinta pertamanya sebulan yang lalu.

Tak mau menyerah, Nurul mencari tahu siapa Sekar. Hingga membawanya bertemu dengan lelaki bernama Prasetya Alfarizi. Seorang pengusaha muda yang diceraikan istrinya tepat sebulan mereka menikah. Mengenaskan!

"Aku penasaran, apa yang membuatmu ditinggalkan istrimu? Padahal wajahmu jauh lebih tampan dari suamiku?" desis Nurul.

"Begitu juga aku. Aku heran mengapa wanita secantik dirimu mau-maunya dimadu? Tak adakah lelaki lain diluar sana, hingga kau rela menjadi istri kedua?" balas Prasetya tak mau kalah.

Sungguh, Nurul menyesal mengagumi lelaki ini, karena seketika ia ingin sekali melempar lelaki ini dengan manekin yang berjejer dengan rapi di samping tubuhnya.

chap-preview
Free preview
PART 1 - FAKTA MENGEJUTKAN.
Pesta itu telah usai. Resepsi pernikahan sepasang pengantin bernama Lukman Hamdani dan Nurul Azizah yang digelar di salah satu hotel bintang tiga di Jakarta Pusat, sejak tiga jam yang lalu pun berakhir sudah. Senyum terus menguar dari kedua mempelai pengantin sepanjang acara sakral mereka. Yang lelaki tampan dan yang perempuan cantik. Semua tamu banyak memuji. "Selamat menjadi istri bu bos." Joya sang asisten memeluk sebelum izin pulang. Joya sudah menemani Nurul sejak pagi buta. "Are you ready?" Kembali bisik-bisik Joya membuat Nurul merona. Setelah menggoda atasannya, Joya menoleh ke arah mempelai pria yang masih asyik berbincang dengan temannya. "Hmmm Pak Lukman, saya permisi dulu pamit pulang. By the way, sama bu bos aku nanti, jangan kasar-kasar ya." Joya mengedipkan sebelah matanya. "Joya!" Nurul memberi peringatan dengan tatapan tajamnya. Tapi Joya malah tergelak. Para tamu pun sudah pulang sebagian. Tinggal beberapa kerabat yang masih asyik saling berbincang. Keluarga kedua mempelai bahkan masih tersenyum karena merasa bahagia dengan resepsi hari ini. Mereka puas, akhirnya berhasil menikahkan anak semata wayang mereka. Lukman Hamdani dan Nurul Azizah. Mereka terpaksa dijodohkan karena keduanya sama-sama sibuk bekerja.  Tidak ada kendala ketika keduanya dipertemukan dalam acara keluarga. Dalam satu bulan resepsi digelar. Nurul sudah merasa puas berdiri di atas pelaminan. "Mas, aku ganti baju dulu ya. Udahan kan acaranya." Mendengar rengekan istrinya, Lukman menoleh. "Oke." Hanya itu jawaban suaminya. Nurul paham mungkin karena asyik bicara. Padahal telinganya bosan mendengar mereka bicara tentang angka. Dibantu para tim penata rias, Nurul melepaskan semua atribut hari ini. Wajahnya pun sudah kembali normal. Ia paling tak suka dirias terlalu menor. Tapi hari ini, ia merasa menjadi wanita yang paling cantik di gedung ini. "Ayah gak menyangka putri ayah sudah dewasa." Hasan Ramadhan memandang putri semata wayangnya, hasil pernikahan dengan sang istri yang telah berpulang. Hasan memang sudah menikah lagi setelah istrinya meninggal, dan Nurul memilih untuk membuka usaha sendiri, setelah lulus kuliah. Ia tak ingin bercampur dengan keluarga dari istri ayahnya. Nurul sadar, ayahnya sudah memiliki keluarga baru. Ia tak mau mengganggu. Jadilah Nurul keluar dari rumah dan merintis usaha dengan sahabatnya Joya. Walau begitu, hubungan Nurul dan keluarga dari ayahnya baik-baik saja. Butik Azizah yang Nurul kelola lumayan maju. Nurul bagian tukang gambar model gaun, dan Joya tim pemasaran. Sehingga dalam waktu dua tahun, butik Azizah sudah dikenal dari mulut ke mulut. Mengedepankan model rancangan terbaru dan harga yang terjangkau, membuat para customer Nurul semakin banyak dan puas akan hasil gaun Nurul. Terkadang mereka menunggu mod terbaru dari gaun yang Nurul keluarkan. Sayang, rutinitas Nurul membuat ia terlalu sibuk merintis usaha hingga melupakan kodratnya untuk menikah. Wanita sepintar apapun kodratnya adalah menjadi seorang istri. Hingga Hasan khawatir ketika tak ada satupun laki-laki yang putrinya kenalkan sebagai calon suami.  Jangankan calon suami, bawa pacar saja Nurul tidak pernah. Terpaksa Hasan menjodohkan putrinya dengan putra sahabatnya. Dua bulan yang lalu pertemuan keluarga digelar. Tak sulit, karena Nurul dan Lukman cocok satu sama lain. Hasan bahagia usahanya berhasil, dan malam ini adalah malam resepsi pernikahan putrinya. Selesai sudah tugas Hasan sebagai seorang Ayah. Mengantarkan putrinya ke gerbang kebahagiaan dalam berumah tangga. "Ingat pesan Ayah, Nurul?" tanya Hasan pada putrinya. "Iya Ayah, jadi istri yang baik, berbakti pada suami. Iyakan?" "Bagus. Itu baru anak Ayah. Tapi ingat kalau sampai enam bulan kamu bercerai, maka butik kamu akan Ayah ambil alih." Bagaimanapun Hasan hanya ingin pernikahan putrinya langgeng.  Wajah Nurul merengut. "Ayah gak percaya sama Nurul?"  Hasan terkekeh. "Ayah hanya takut kamu cuma mempermainkan pernikahan ini."  Mata Nurul membola. "Ayah kok berpikir negatif sih?" Padahal Nurul sudah bertekad akan menjadi istri yang berbakti. "Iya maaf. Ayah yakin putri Ayah ini pasti gak akan mengecewakan Ayah." Nurul tersipu. "Lagipula Lukman laki-laki yang tampan. Kamu tentu mudah menerima cintanya kan?" Menahan malu, Nurul mengangguk. Walau pun lelaki itu tak pernah mengungkapkan perasaan cinta, tapi Nurul yakin perasaan mereka sama. Ya kali, gak cinta tapi kok nikah! Mereka bukan lagi anak abege yang harus mengedepankan urusan cinta-cintaan. Ah, Nurul merona. Ayahnya benar, Lukman sosok yang mudah dicintai. Dia tenang dan gak banyak bicara. Di beberapa pertemuan keluarga, Lukman juga selalu mengiyakan permintaan Nurul. Jadi tak salah jika Nurul langsung jatuh cinta. "Kenapa kalian gak bulan madu? Padahal Ayah dan Ayahnya Lukman sudah memberikan tiket bermalam di pulau dewata." Nurul juga heran. Lukman tak mau mengambil dengan alasan sibuk. "Mungkin nanti Nurul akan tanya ya Yah. Mungkin Mas Lukman sibuk." Pintu diketuk dari luar, dan tak lama pintu terbuka. Menampilkan wajah Lukman. "Nurul, kamu pulang duluan ya diantar supir, nanti aku nyusul. Masih harus ketemu teman dulu." "Kita gak bareng aja Mas. Aku gak apa kok tunggu." "Tapi aku ada keperluan sebentar keluar. Takutnya kamu bosan di sini. Jadi sebaiknya kamu langsung pulang saja ya." Walau aneh, tapi Nurul menurut. "Baik Mas." Nurul memasang wajah semanis mungkin. Nurul memang sudah berganti pakaian dan siap pulang ke rumah yang sudah menjadi tujuannya ketika menjadi istri Lukman. "Ya sudah, ayah pulang ya." Hasan memeluk untuk terakhir kalinya sebelum mereka pisah. *** Nurul memandang rumah di depannya. Rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama Lukman. Dia akan menjadi nyonya Lukman Hamdani seorang.  "Terima kasih Pak." Nurul tersenyum pada supir yang mengantarnya. Tadi ia sedikit berbasa-basi dengan kedua mertuanya sebelum pulang. Aslinya Nurul itu malas beramah tamah. Ia suka menyendiri sambil melukis sample gaun yang dia jual di butik. Ya, Nurul suka melukis dan ia tuangkan ke dalam sebuah bisnis menjual pakaian kebaya. Bahkan kebaya yang ia kenakan untuk akad nikah pun hasil rancangannya bersama sahabat sekaligus asistennya Joya. Terkadang Joya memberi saran untuk karya Nurul. Mereka tim yang hebat. Nurul membuka rumah dengan kunci yang diberikan Lukman padanya. "Selamat datang di istana, Nyonya Lukman yang terhormat." Lalu wanita itu terkekeh geli ketika kesunyian yang menerima kehadirannya. Ya, Nurul pulang sendiri sementara suaminya masih ada urusan. Sebuah ruang tamu yang didesain minimalis tapi elegan tampak menyambutnya. Tapi tujuan Nurul bukan itu, ia langsung menyeret kopernya ke arah kamar. Malam ini akan menjadi malam pertama baginya. Nurul bukan anak kecil yang belum tahu akan seperti apa malam pertama bagi pasangan suami istri yang baru saja menikah. Bergegas mandi secara cepat. Tentu saja ia sudah berendam ramuan wewangian dulu, sesuai perintah Joya. Joya sampai browsing cara-cara menghadapi malam pertama agar suami terpuaskan. Astaga! Sahabatnya itu totalitas sekali membantu.  "Hmm segar." Tak sampai sejam, Nurul keluar dari bathtub. Sepertinya sudah wangi semua tubuhnya. Ia mengenakan handuk dan keluar dari kamar mandi. Melirik ke arah jam. Sudah jam sepuluh malam. Kok Mas Lukman belum pulang ya? Apa aku telepon aja ya? Ok deh, aku telepon saja. Takutnya dia keasyikan ngobrol sama temannya. Maklum namanya laki-laki. Berjalan menuju meja rias, Nurul mengambil tas dan meraih ponselnya. Menekan nomor suaminya. Tersambung. "Hallo Mas Lukman, kamu dimana? Masih lama gak?" Jantung Nurul berdebar kencang. "Di jalan, bentar lagi sampai." Sambungan terputus. Nurul mengernyit. "Kok Mas Lukman jawabnya singkat dan langsung mati lagi ponselnya." "Hmmm mungkin karena di jalan." Senyum Nurul mengudara. "Kalau begitu aku harus cepat pakai baju. Masa begini sih." Nurul melihat tubuhnya yang masih mengenakan handuk. Ia sudah membayangkan yang tidak-tidak. Mungkin seperti yang temannya dulu suka cerita. Tentang  malam pertama. Lalu Nurul meraih baju hasil rancangannya. Sebuah lingerie berwarna pink muda bertali spaghetti. Ia bahkan memoles wajahnya secantik mungkin, dan tak lupa menyemprotkan parfum ke leher kanan dan kiri. Membayangkan suaminya akan menatap tubuh indahnya, Nurul mendadak malu. Ia mengenakan kimono satin sebagai baju luarnya. Nanti saja kalau suaminya sudah di kamar ia akan melepas kimononya ini. Wajah Nurul memerah ketika mengingat pesan sahabatnya. "Jangan lupa ya info-info malam pertama kalian. Buat pengalamanku ya bu bos." Saat itu Nurul mendelik. "Eh enak saja, itu bukan untuk konsumsi public." Ya lyalah masa pengalaman pertama harus ia siarkan pada Joya yang sedikit ember. Nanti seluruh karyawan Butik Azizah bisa tahu. Aneh kalau sampai viral nanti.  Pengusaha butik menceritakan malam pertamanya dengan suami pada karyawan butiknya. Astaga!  Nurul senyum-senyum sendiri. Tak lama telinganya mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. "Ah Mas Lukman pulang." Nurul kembali menyisir. Ia tersenyum dan memegang dadanya. Debaran itu semakin menggila. "Aduh terus aku harus apa dong? Tanya kali ya, Mas mau mandi dulu, apa makan dulu? Eh, makan kan udah. Makan aku gitu maksudnya." Ya ampun Nurul, kamu makin ngeres otaknya! Dengan berdehem demi melancarkan pernapasan dan menguar rasa gugup Nurul membuka pintu rumah. Senyum mengudara demi menyambut kedatangan sang suami. "Mas Lukman." Senyum itu surut dalam seketika. Kini dihadapannya berdiri Lukman sang suami, tapi bukan itu saja. Ada seorang wanita yang berdiri disamping suaminya. Mereka saling pandang. "Nurul, kenalkan ini Sekar." Lukman memperkenalkan. "Sekar?" Nurul sempat heran, dan lebih heran lagi melihat lengan Sekar tiba-tiba melingkar di lengan Lukman. "Sekar ini siapa Mas?" Jantung Nurul berpacu cepat. Sebuah pemikiran mampir di kepalanya. "Dia istri Mas, Nurul." "Apa?" Andai jantung bisa keluar dari tubuhnya, mungkin benda berdenyut itu sudah melompat dari sarangnya karena terkejut. Dan ia semakin shock ketika Lukman kembali bicara. "Tepatnya Sekar ini istri Mas yang pertama. Dan kamu, istri Mas yang kedua."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.1K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.0K
bc

CINTA ARJUNA

read
10.9K
bc

Istri Tuan Mafia

read
16.9K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.2K
bc

Ayah Sahabatku

read
17.7K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
21.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook