bc

Mempelai Pengganti Untuk CEO

book_age18+
17.9K
FOLLOW
155.7K
READ
HE
drama
bxg
campus
city
enimies to lovers
polygamy
wild
like
intro-logo
Blurb

SELESAI || "Saya tidak mau tau. Kamu harus mencari pengganti Ardita. Pernikahan ini tetap harus berlangsung. Saya tidak mau mencoreng nama baik saya dan keluarga saya dengan kejadian ini." Fahry berkata dengan menunjuk-nunjukkan jari di depan wajah Alea.

.

"Kalau bicara itu kira-kira, dong, Pak. Gimana caranya saya dapat mempelai pengganti dalam waktu satu jam?" teriak Alea mendekat pada Fahry dan menatap tajam sang atasan.

.

"Saya tidak peduli. Terserah kamu bagaimana caranya. Jika tidak, kamu yang harus menikah dengan saya." Fahry membalas tatapan Alea tak kalah tajam.

.

-

Alea, terpaksa harus menikah dengan atasannya sendiri, Fahry, seorang pria angkuh, kekanakan dan menyebalkan di mata Alea.

.

Fahry memaksa Alea menjadi mempelai wanita, menggantikan posisi Ardita, sang kekasih yang kabur di hari pernikahannya, demi menjaga nama baik keluarga besar Fahry.

.

Tanpa peduli perasaan Alea, Fahry selalu saja membandingkannya dengan Ardita, hingga rumah tangga dadakan mereka selalu diisi dengan pertengkaran dan saling balas menjahili.

.

Bagaimana nasib pernikahan mereka? Sedangkan Ardita mungkin saja akan kembali menemui Fahry. Dan Alea pun menyimpan rasa untuk pria lain.

chap-preview
Free preview
Bab 1 : Huru Hara
Seorang gadis duduk di tepi tempat tidur seraya memijat kepalanya yang berdenyut. Hampir satu bulan dia sibuk tak terkira, mengurus segala persiapan untuk pernikahan atasan yang menurutnya menyebalkan itu. Dia merebahkan diri di atas tempat tidur sebuah kamar hotel, tempat di mana akad nikah akan diadakan. Di sampingnya, ada seorang pria yang sedang duduk di salah satu kursi, di depan meja rias, sambil mempercantik kuku tangannya sendiri. "Hei, Cin. Ini kenapa, ya, calon mempelai wanitanya belum sampai? Eike takut gak maksimal merias pengantin kalau waktu yang eike punya hanya sedikit. Bos yey yang galak itu bisa maki-maki eike habis-habisan." Seorang make-up artist yang disewa untuk merias pengantin wanita berbicara pada gadis itu dengan gaya sedikit melambai. "Aku juga gak tau, Mas. Dia gak bisa dihubungi sekarang. Aku juga pusing," jawab sang gadis, masih merebahkan diri dengan sebelah tangan terangkat untuk menutupi kedua mata. "APA? MAS?" pekik sang perias, tak terima gadis cantik itu memanggilnya dengan sebutan untuk pria. "Sekali lagi yey panggil eike mas, eike acak-acakan kamar ini," lanjut pria melambai itu sambil membuang wajah dari gadis yang tengah berbaring itu. "Memang berani?" tanya gadis itu lagi. "Enggak, sih," cicit pria setengah jadi. Sang gadis terkekeh tanpa merubah posisi. "Al, itu ponsel yey kelap-kelip, tuh, mana tau calon istri bos yang kirim pesan," ujar si pria setengah matang yang tak digubris oleh gadis itu. "Alea. Denger gak sih?" Pria melambai itu menaikkan volume suara. Dengan malas, gadis bernama Alea itu meraih ponsel pintar dan membuka sebuah aplikasi bertukaran pesan, ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Gadis itu melonjak seketika, bangkit dari posisi tidur lalu duduk di atas kasur empuk itu dengan wajah pucat pasi. Si pria setengah matang sampai ikut terperanjat karena terkejut melihat reaksi Alea. "Ya Tuhan, Al. Ngagetin orang aja, sih. Ada apa sampai muka yey pucat begitu?" tanya si pria setengah jadi. "Ya Tuhan, habislah aku kena semprot bos gadungan itu. Gimana dong?" Alea meracau dengan wajah panik. "Ada apa, Al?" tanya pria setengah matang dengan raut wajah bingung melihat tingkah sang gadis. "Aku harus hubungi dia. Ya, biar aku telepon dulu." Alea terus bicara pada dirinya sendiri, tanpa peduli pada pria jadi-jadian yang sedang menatap aneh padanya. "Ah, pake mati lagi nomornya. Ayo, dong, Ardita jangan bikin masalah," gumam Alea, seraya turun dari tempat tidur dan berjalan bulak-balik di depan pria yang masih menatapnya heran. "Al, bisa kali, yey diem. Pusing eike lihat yey mondar-mandir kayak setrikaan," ejek sang pria dengan gaya melambai itu. "Alea, Sayang, gimana udah beres? Lho? Ardita mana, Sayang?" Seorang wanita paruh baya masuk ke kamar tanpa Alea sadari. Wanita itu kini sudah berdiri di samping sang gadis yang sejak tadi fokus pada ponsel, hingga tidak menyadari keadaan sekitar. "Eh, Bu Ranti? A-anu, Bu ...." Alea tergagap menjawab pertanyaan wanita bernama Ranti itu. "Anu apa, Sayang?" tanya Ranti, menatap Alea dengan sorot mata bingung. "A-anu ...." Sang gadis masih tak sanggup melanjutkan ucapannya. "Kenapa, sih, kamu, Al? Muka pucat gitu? Ardita mana?" Suara seorang pria terdengar dari arah pintu. Pria tampan dengan jas biru tua masuk ke kamar kemudian menghampiri mereka dan bertanya pada Alea. "A-anu, Pak ...." Alea masih bingung memilah kata yang tepat agar pria yang berdiri di hadapannya itu tidak murka. "Anu apa, sih?" tanya pria itu, lalu menoleh pada Ranti. Wanita paruh baya yang terlihat anggun dengan kebaya itu hanya mengangkat bahu. Ia pun tak mengerti apa yang terjadi. "Seno, kamu tau? Dia kenapa?" tanya pria itu, dengan nada dingin. Beralih menatap pria setengah matang yang sejak tadi duduk di kursi rias. "Senita, Bos Fahry. Senita. Bukan Seno," protes pria setengah matang bernama asli Seno, yang selalu ingin dipanggil Senita. "Ah, sama saja. Jadi, kenapa dia?" tanya pria bernama Fahry lagi. Menatap Seno dan Alea bergantian. "Eike juga gak tau, Pak Bos. Tadi Alea terima pesan di ponselnya, pas baca langsung kaya mayat hidup begitu ekspresinya." Seno bicara sesuai apa yang dia lihat. "Berikan ponsel kamu pada saya!" perintah Fahry. Alea yang sejak tadi menunduk, seketika mendongak, menatap Fahry sesaat, lalu kembali menunduk. "Ayo, berikan!" Fahry mengulurkan tangan di hadapan sang gadis, dengan posisi tangan siap menerima ponsel yang harus Alea berikan, sementara gadis itu masih mematung. "Alea, berikan ponsel kamu pada saya, sekarang juga, atau saya ambil paksa?" ucap Fahry, dengan penekanan di setiap kalimatnya. Dengan ragu-ragu, Alea mengangkat tangan, menyodorkan ponsel pada Fahry. Secepat kilat pria itu menyambar benda pipih itu dari tangan Alea. Pria berusia dua puluh delapan tahun pun membeku, dengan wajah pucat dan mata membola, saat menatap layar ponsel milik Alea. Ranti yang penasaran melihat ekspresi Fahry, akhirnya mengambil ponsel dari tangan pria itu. Wanita cantik paruh baya itu menutup mulut yang menganga dengan sebelah tangan, saat melihat isi pesan yang masuk ke ponsel Alea. Seno menatap tiga orang dewasa yang ada di hadapannya dengan bingung. Alea yang masih setia menunduk. Fahry yang sedang menatap kosong ke arah Alea. Dan Ranti yang terkejut dengan mata membulat dan mulut menganga yang tertutup tangan. "Ini kenapa, sih? Jadi pada aneh semua," ujar Seno seraya berjalan mendekati Ranti. "Eike pinjem ponselnya dulu ya, Tan?!" ujar Seno, mengambil ponsel dari tangan Ranti. "HAH? APA-APAN INI?" teriak Seno dengan suara melengking khas laki-laki, yang membuat tiga orang lainnya terperanjat, kembali pada kesadaran masing-masing, setelah beberapa saat sibuk dengan pikiran sendiri. "Semua gara-gara kamu, Alea." Fahry menatap Alea dengan tajam. "Maksud Bapak apa? Kenapa jadi saya yang disalahkan?" tanya Alea, membalas tatapan Fahry tanpa takut. "Gara-gara kamu gak becus kerja, Ardita jadi kabur dari pernikahan ini," jawab Fahry dengan ketus. "Eh? Apa hubungannya pekerjaan saya dengan kepergian Ardita? Itu semua salah Anda. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya," elak sang gadis. Alea yang terpancing emosi pun melawan. Dia sudah lelah. Bukan hanya tubuh, tapi juga batin. Dia lelah terus mengalah pada bos yang egois. "Berani kamu, melawan saya sekarang? Saya ini atasan kamu. Saya gaji kamu untuk menuruti semua perintah saya," sengit Fahry. "Kalau saya melawan memangnya kenapa, hah?" tantang Alea. Mendongak menatap Fahry. "KAMU—" "SUDAH! SUDAH!" teriak Ranti. Mencoba melerai keributan di antara Fahry dan Alea. "Alea benar, Fahry. Kamu yang salah. Jangan malah cari kambing hitam dalam masalah ini." "Mama menyalahkan aku?" tanya Fahry, tak percaya ibunya malah ikut menyalahkannya. "Memang kenyataannya begitu. Bukan salah Alea, tapi salah kamu," kilah Ranti. "Mama lebih membela gadis kurang pintar ini dari pada aku, anak Mama sendiri?" tanya Fahry sekali lagi, ingin memastikan pendengarannya. "Kalau kamu memang salah, kenapa mama harus membela kamu?" jawab Ranti seraya merangkul bahu Alea. "Ya Tuhan ...." Fahry mengusap wajah dengan frustrasi. Pria itu kembali berbalik menatap Alea. "Saya tidak mau tau. Kamu harus mencari pengganti Ardita. Pernikahan ini tetap harus berlangsung. Saya tidak mau mencoreng nama baik saya dan keluarga saya dengan kejadian ini." Fahry berkata dengan menunjuk-nunjukkan jari di depan wajah Alea. "Kalau bicara itu kira-kira, dong, Pak. Gimana caranya saya dapat mempelai pengganti dalam waktu satu jam?" teriak Alea mendekat pada Fahry dan menatap tajam sang atasan. "Saya tidak peduli. Terserah kamu bagaimana caranya. Jika tidak, kamu yang harus menikah dengan saya." Fahry membalas tatapan Alea tak kalah tajam. "APA?" Ketiga orang yang ada di kamar itu memekik bersamaan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook