bc

BEHIND THE MARRIAGE

book_age18+
4.6K
FOLLOW
50.0K
READ
love after marriage
arrogant
powerful
boss
drama
sweet
female lead
city
first love
passionate
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana jika kisah manismu tiba-tiba berubah menjadi pahit?

Yasmin Mahliqa Tarigan, seorang wanita cantik berusia 24 tahun, terpaksa harus menelan kekecewaan karena sebuah kenyataan pahit yang berhasil memporak-porandakan hatinya. Tepat satu minggu sebelum acara pernikahannya berlangsung, tiba-tiba sang calon suami memutuskan hubungan dengannya.

Momen yang seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan, tiba-tiba berubah menjadi hari yang paling menyakitkan.

Hari itu, kafe sederhana di pusat kota menjadi saksi bisu awal dari kehancurannya. Di saat hatinya masih berbalut lara, dia justru harus menerima kenyataan lain yang membuatnya makin dirundung duka.

Perjodohan dadakan antara dirinya dengan pria bernama Ghibran Satya Mahendra, seakan-akan merenggut begitu saja sisa-sisa kebahagian di hidupnya.

Siapa pun tidak akan ada yang menginginkan berada di posisi Yasmin, menikah dan menjalani hidup berumah tangga dengan seorang pria asing yang tidak dia cintai.

Seberapa kuat Yasmin menghadapi kenyataan itu? Mampukah Ghibran mengubah kisah menyakitkan Yasmin menjadi kisah yang paling membahagiakan?

Follow IG : @pena.batik03

chap-preview
Free preview
Putus Hubungan
Air mata itu tiba-tiba saja luruh membasahi pipi seorang wanita bernama Yasmin Mahliqa Tarigan. Bukan karena perkara cinta yang membuat dia kecewa, melainkan ada sesuatu hal yang membuat perasaannya mengganjal dan bertanya-tanya. Mulut kelu dan wajah yang tertunduk lesu, menandakan bahwa dirinya sedang rapuh. Dia seolah-olah kehilangan separuh nyawanya, ketika baru saja mendengar pernyataan menyakitkan yang keluar dari mulut Arya Nugraha, kekasihnya. Tidak! Bahkan pria itu bukan hanya sekadar kekasih, melainkan calon suami yang seharusnya minggu depan melangsungkan pernikahan dengannya. Namun, hari ini Arya justru memutuskan hubungan dengan Yasmin, disaat hari pernikahan mereka sudah di depan mata. Entah apa yang membuat pria itu tiba-tiba mengambil keputusan secara sepihak, tanpa ada satu pun alasan yang bisa membuat Yasmin mengerti dan menerima akan keputusannya. Kafe sederhana di pusat kota menjadi saksi nyata akan kata-kata yang setiap detiknya menciptakan duka yang mendalam. Tanpa perlu dijelaskan secara gamblang, mungkin semua orang akan bisa menebak bagaimana rasa sakit yang tengah menghujam jantung Yasmin saat ini. "Yas, aku mohon kamu jangan nangis kayak gitu." Pria tampan berusia 27 tahun itu tampak memasang ekspresi sendu, saat mendapati Yasmin yang sedari tadi menangis tanpa memedulikan beberapa pasang mata yang tertuju kepadanya. "Kamu tahu? Dari dulu aku paling enggak suka melihatmu bersedih," lirih Arya tanpa mengalihkan pandangan dari wajah wanita yang kini tengah duduk berhadapan dengannya. "Apa kamu bilang? Kamu enggak suka melihat aku bersedih?" Yasmin menatap nanar wajah Arya. Bibirnya sedikit bergetar seolah-olah tengah berusaha menahan rasa sakit yang begitu menyesakkan. "Lalu, apa yang sekarang kamu lakukan sama aku, ha? Kamu enggak sadar, kalau kamu sendiri yang sudah bikin aku sedih?" imbuhnya geram. Arya tertunduk sejenak, lalu mendongak kembali setelah dia merenung beberapa saat. "Aku tahu. Aku memang salah, tapi aku melakukan itu bukan tanpa alasan, Yas. Aku terpaksa harus membatalkan pernikahan kita, karena memang tidak ada pilihan lain selain itu. Aku mohon, kamu mengerti dengan posisiku saat ini," jelasnya yang tentu masih membuat Yasmin tidak mengerti. Bagaimana tidak? Bahkan sampai detik ini Arya masih belum menjelaskan alasan apa yang membuatnya mengambil keputusan secara sepihak. Apakah Yasmin tidak berhak mengetahui sesuatu hal yang menyangkut hubungannya dengan Arya? "Ya sudah, Kalau memang kamu punya alasan. Bilang, alasannya apa! Biar aku enggak bertanya-tanya. Gimana aku bisa ngerti, kalau kamu sendiri enggak mau cerita sama aku?" Pernikahan kita tinggal seminggu lagi, lho, Mas. Kamu sengaja ingin mempermalukan aku dan keluargaku? Tega kamu!" ketusnya seraya menatap sinis. "Enggak bisa, Yas. Maaf untuk keputusan yang melukai hatimu. Tolong sampaikan juga permohonan maafku sama keluargamu. Aku sangat mencintai kamu, Yas, tapi kita juga enggak bisa bersama dalam waktu dekat ini. Aku pamit. Semoga kamu baik-baik saja. Kalau kita berjodoh, takdir pasti mempertemukan kita kembali." Arya bangkit dari tempat duduknya, lalu pergi begitu saja dari hadapan Yasmin. "Mas Arya, kamu enggak bisa pergi begitu saja!" teriak Yasmin sambil terus membiarkan air mata itu mengalir membanjiri pipi dengan begitu derasnya. Bahkan dia tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang saat itu tengah menatapnya iba. Sepertinya kafe sederhana itu akan menjadi saksi bisu awal dari kehancurannya. Ya, dia pasti tidak akan baik-baik saja setelah kejadian ini. Arya bukanlah pria yang baru dia kenal kemarin sore, melainkan sudah sejak dua tahun yang lalu. Tentu tidak akan mudah baginya untuk melupakan sosok yang sudah menemani hari-harinya selama itu. "Kenapa kamu tega banget sama aku, Mas? Lalu, aku harus bilang apa sama keluargaku? Bahkan kamu enggak peduli dengan apa yang akan terjadi karena ulahmu." Yasmin mulai bermonolog, meratapi nasibnya sendiri. Dia bahkan sudah memutus urat malunya sendiri dengan menangis di tengah-tengah banyak orang seperti itu. Tampak beberapa pengunjung kafe yang saling berbisik sambil menatapnya. Namun, dia tetap bergeming. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya saat ini. "Kenapa enggak dari dulu saja kamu meninggalkan aku? Kenapa harus hari ini, setelah pernikahan kita sudah di depan mata? Apa kamu enggak mikirin sedikit pun perasaan aku?" lirih Yasmin di tengah isak tangisnya. "Harusnya tadi kutolak saja permintaanmu, Mas!" Dia kemudian menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Ingin rasanya dia menahan rasa sakit itu untuk sementara waktu, setidaknya sampai dia tiba di rumah. Namun, itu sangatlah sulit. Hari ini terlalu menyakitkan baginya. Dia sungguh tidak bisa membendung itu. Menyesal. Ya, dia sangat menyesal karena telah bersedia menemui Arya di saat mereka sedang menjalankan proses pingitan sebelum acara pernikahan itu berlangsung. Andai saja dia tidak menyetujui permintaan Arya yang memintanya datang ke kafe, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Lalu, untuk apa aku pergi dari rumah secara diam-diam, kalau cuma untuk menjemput rasa sakit ini? Yasmin mengusap wajah kasar, mencoba menghentikan cairan bening yang mengalir di pipinya. Ah, andai saja dia bisa memutar waktu. Tentu dia akan kembali, lalu mencegah dan menolak ajakan Arya untuk bertemu dengannya? Entahlah, sekarang hati dan pikirannya terlampau lelah untuk sekadar berpikir. Dia memutuskan untuk meninggalkan kafe itu. Langkahnya mengayun lambat dengan tatapan kosong. Saat sadar, wanita itu sudah berada di sebuah taman. Pandangannya mengedar ke setiap sudut taman itu. Tidak ada yang berubah di sana, semuanya masih seperti dulu. Lucu. Yasmin tertawa pelan, sekilas kemudian air matanya kembali terjatuh. Bagaimana bisa langkahnya berakhir di tempat yang selalu menjadi kenangan terindah baginya. Taman yang menjadi saksi kebahagiaan saat cintanya bersatu dengan sang pujaan hati, karena di tempat itulah pertama kali Arya menyatakan perasaan kepadanya. Tubuhnya bergetar, terisak menahan sakit yang merampas kendali atas tubuh dan pikirannya. Berulang kali dia merangkai kata untuk menyampaikan hal menyakitkan itu kepada keluarganya. Namun, luka di hatinya makin menganga jika mengingat kedua orang tuanya. Jika bisa, cukuplah rasa sakit dan malu itu dia tanggung seorang diri, tanpa harus melibatkan mereka. Langit kali ini sedikit mengabu tertutup awan mendung, seolah-olah mewakili perasaan Yasmin saat ini. Dia tampak melirik jam tangan hadiah dari Arya yang selalu setia melingkar di pergelangan tangannya. Seketika dia terngiang kembali dengan ucapan Arya saat memberikan jam tangan berwarna hitam itu kepadanya. Tepatnya satu tahun yang lalu, dia mendengar bahwa Arya mengatakan ingin menghabiskan setiap waktu bersama selamanya. Ah, bullshit! Ternyata semua itu hanyalah omong kosong belaka. Buktinya hari ini Arya meninggalkan tanpa alasan. Setelah bernostalgia dengan masa lalu, dia memutuskan untuk meninggalkan taman dan segala kenangan manis maupun pahit yang sempat dia lalui bersama pria yang mengisi hatinya dua tahun belakangan ini. Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook