bc

Stifling Marriage [INDONESIA]

book_age18+
34.8K
FOLLOW
298.1K
READ
contract marriage
love after marriage
pregnant
arrogant
dominant
CEO
drama
bxg
icy
city
like
intro-logo
Blurb

Cella tidak pernah menyangka jika hidupnya akan berantakan seperti ini. Terlebih dengan kehidupan pernikahannya, apalagi memimpikan Albert menjadi suaminya. Bukan hanya karena Albert sahabat sang kakak, melainkan laki-laki tersebut merupakan tunangan dari sepupunya sendiri, Audrey.

Selain kehadirannya diabaikan oleh Albert, Cella juga dianggap sebagai penghancur jalinan kasih sang suami dengan Audrey oleh keluarganya sendiri dan ibu mertuanya. Namun demikian, Cella harus tetap bertahan terhadap perlakuan mereka, sebab pada kenyataannya dia memang salah.

Cella menyadari penuh, jika Albert menikahinya karena tanggung jawab semata atas janin yang telanjur tumbuh di dalam rahimnya. Walau pernikahan ini terasa sangat mencekiknya, tapi sebisa mungkin Cella berusaha meluluhkan sikap apatis sang suami, meski dirinya harus mengorbankan perasaan, harga diri, dan air mata.

“Meluluhkanmu, mengajarkanku sebuah kesabaran.” Gracella Natasha Anthony.

Baca juga:

Wife or Just a Replacement? (Series)

Loveliest Gift (Sekuel Stifling Marriage)

chap-preview
Free preview
Prolog
“Mom, maafkan aku. Kali ini aku sudah sangat mengecewakan kalian, terutama Mommy.” Sambil berderai air mata Cella memeluk erat kaki Sandra. “Kurang apa kami selama ini, Cell?” tanya Sandra penuh kekecewaan. “Hampir semua keinginanmu kami penuhi,” sambungnya getir. Cella hanya bergeming sambil tiada henti meneteskan cairan bening dari pelupuk matanya. “Tapi kenapa, Cell? Kenapa kamu mempermalukan kami seperti ini, hah?!” Karena saking marahnya, Sandra sampai mengguncang-guncangkan dengan keras bahu anak perempuan satu-satunya. “Cella, Daddy sangat kecewa padamu. Tidak pernah terbesit sedikit pun dalam benak Daddy, bahwa kamu akan mempermalukan kami dengan cara menjijikkan seperti ini.” Adrian menatap tajam Cella, seolah sang anak adalah musuhnya. Mendengar kata-kata menyakitkan terlontar dari mulut sang ayah membuat Cella semakin menundukkan kepala dan terisak. Dia tidak berani menatap ibu dan kakaknya yang kini tengah terselimuti kekecewaan sekaligus kemarahan. Namun, berbeda dengan sang kakak ipar yang tengah menatapnya iba. Adrian kembali bersuara, perkataannya pun sangat mengejutkan bagi yang mendengar, “Cella, mulai hari ini kamu bukan lagi bagian dari keluarga Christopher. Itu artinya, kamu tidak berhak berada di rumah ini dan dirimu bukan lagi menjadi anakku. Aku anggap mulai detik ini, putri semata wayangku telah meninggal. Oleh karena itu, saya harap kamu tahu diri dan segera angkat kaki dari rumah ini!” Tanpa menghiraukan reaksi yang lain, Adrian langsung menuju ruang kerjanya sambil memasang ekspresi datar. Sandra dan George tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun akhirnya ikut meninggalkan Cella yang masih menangis tersedu-sedu. Cathy yang tidak tega melihat sahabat sekaligus adik iparnya mendapat penghakiman seperti ini langsung memeluk dan menenangkan Cella. *** Isak tangis Cella sudah mereda. Dengan lunglai dia bangun dari bersimpuhnya dan menuju kamar pribadinya untuk mengemasi barang-barang miliknya. Dia akan sesegera mungkin meninggalkan rumah ini sesuai perintah sang ayah yang telah mengusirnya, meski sebenarnya sangat terasa berat. Cella tidak banyak membawa barang-barang miliknya, sebab dia sendiri belum mengetahui akan tinggal di mana. Sambil menyusut air matanya, dia mengemas barang-barang yang dianggapnya penting dan sesuai dengan kebutuhannya saat ini. “Aku sangat menyayangi kalian. Sampai kapan pun itu.” Setelah menegaskan dalam hatinya dan usai mengemas barang-barangnya, Cella bergegas keluar kamar. Cella berjalan menuju gerbang mansion sambil menyeret koper kecilnya dengan gontai. Tanpa dia duga, tangannya ditarik dan dirinya langsung dibawa menuju mobil yang terparkir di halaman mansion oleh George. “Aku akan membawamu ke tempat di mana seharusnya kamu berada!” ujar George yang masih diselimuti kemarahan. Dengan sedikit kasar, dia menyuruh Cella segera memasuki mobil. *** Selama perjalanan menuju tempat tujuan, di dalam mobil hanya ada keheningan yang menemani mereka. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing yang memenuhi kepalanya. Tanpa Cella sadari, mobil yang dikendarai kakaknya telah berhenti di sebuah parkiran bangunan bertingkat. Dia yakin salah satu unit di tempat tersebut milik laki-laki yang seharusnya bertanggung jawab atas kondisinya sekarang. Cella dan George turun dari mobil dengan keadaan masih terselimuti keheningan. George sangat tergesa-gesa membawa Cella menuju salah satu unit apartemen di gedung yang menjulang tinggi tersebut. Setelah sampai, George langsung mengetuk pintu dengan sangat kasar. Tidak berapa lama, pintu pun terbuka dari dalam. Tanpa diduga, George langsung merangsek masuk. Dia mendorong dan melayangkan pukulan ke wajah tampan pemilik apartemen tersebut. Melihat tindakan anarkis sang kakak membuat Cella berteriak karena terkejut. Dia mencoba melerai dua laki-laki yang tengah saling baku hantam, tapi tindakannya tersebut percuma. Kekuatan kedua laki-laki di depannya tidak sebanding dengan yang dia miliki. Setelah melampiaskan kemarahan, kekecewaan, dan kekesalannya pada laki-laki di depannya, George pada akhirnya terduduk dengan napas terengah-engah. Dia menatap nanar laki-laki yang dihajarnya kini sudah babak belur, setelah menerima pukulan bertubi-tubi darinya. Dengan kasar George menghapus darah pada ujung bibirnya akibat pukulannya tadi yang berhasil dibalas. Berbeda dengan kondisi Cella kini. Perempuan tersebut bersimpuh sambil menangis setelah melihat dua sahabat yang terlibat baku hantam karenanya. “Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu! Secepatnya kamu harus menikahi adikku! Kalau tidak, aku sendiri yang akan membunuhmu!” ancam George tajam. “Baik. Aku akan menikahi adikmu ini dan bertanggung jawab atas kehamilannya! Akan tetapi, kamu harus ingat bahwa aku melakukan ini hanya sebatas tanggung jawab. Tidak lebih dari itu. Garis bawahi itu!” lawan bicara George menjawabnya tidak kalah tajam. Namun, matanya menatap nyalang ke arah Cella yang masih bersimpuh sambil terisak. “Sekarang pergilah dari tempatku!” usir laki-laki tersebut pada George. “Dan kamu! Mulai detik ini akan tinggal bersamaku sampai pernikahan itu terjadi!” tunjuknya kepada Cella sekaligus memerintahkan dengan dingin. George langsung pergi tanpa memedulikan panggilan lirih sang adik. Bahkan, derai air mata adik semata wayangnya pun tidak berhasil mengetuk rasa ibanya. Cella menatap nanar punggung George yang sangat cepat menghilang dari hadapannya. Hatinya pun kini sangat terluka setelah mendengar perkataan menyakitkan dari mulut calon suaminya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook