bc

Daddy, Jangan Ganggu Mommy!

book_age18+
23.5K
FOLLOW
169.0K
READ
contract marriage
second chance
dominant
kickass heroine
powerful
heir/heiress
bxg
genius
first love
like
intro-logo
Blurb

Kontes Menulis Innovel II: Girl Power

Menjalani pernikahan kontrak karena perjodohan adalah hal yang sangat menyakitkan bagi Sandra. Sandra Lee Farhan adalah perempuan berusia 26 tahun, anak sulung dari Roni Hendra Farhan, pengusaha roti sukses yang sudah membuka cabang di seluruh Indonesia. Abdul Ghani Alan Wijaya adalah pria matang berusia 32 tahun, seorang CEO perusahaan tambang terkenal di Asia.

Keduanya menjalani pernikahan karena dijodohkan oleh orang tua mereka.

Ghani yang tidak mempercayai pernikahan, perlahan mulai ragu akan pemikirannya ketika bertemu dengan si kembar. Dan ketika Ghani menyadari bahwa si kembar adalah buah dari kegiatan panasnya dengan Sandra tujuh tahun lalu, membuat Ghani ingin mendapatkan lagi sosok Sandra.

Perjalanan Ghani tidak akan mudah. Dia harus berusaha keras untuk menaklukkan hati Sandra dan melewati penjagaan dua ksatria kecil dan imut. Bisakah dia melalui itu semua? Ataukah Sandra hanya berambisi membalas sakit hatinya saja?

Baca juga "Sekretarisku Jutek" untuk cerita Sean Putra Ghani

Gambar: pexels-pixabay-532220.jpg

Edit: Canva

chap-preview
Free preview
Daddy 1: Makan Siang
Ghani memasuki rumah makan itu dengan penuh percaya diri. Balutan kemeja putih serta blazer biru gelap dan celana senada membuat tampilannya terlihat memukau. Wajahnya putih bersih seperti lampu yang menerangi hati para wanita. Jambangnya dibiarkan tumbuh pendek menambah kesan maskulin dalam dirinya. Ghani melirik jam di tangannya. Sepertinya dia sudah terlambat 20 menit dari janji temunya. Sebenarnya dia tidak menyukai keterlambatan tapi rapatnya dengan para manajer tadi benar-benar menguras waktu. Dia nanti harus meminta maaf. Secepatnya menghabiskan makan dan kembali ke kantor. Bekerja sebagai CEO di perusahaan ayahnya benar-benar menguras tenaga, waktu, dan pikiran. Tapi Ghani menyukai semua tantangannya. Setelah tiba di depan pintu ruang VIP yang sudah dipesannya tadi, dia merapikan jasnya sebentar lalu mengetuk pintu. Tanpa menunggu persetujuan yang di dalam, dia membuka pintu dan masuk. Seorang wanita cantik dengan blus polos tanpa lengan berwarna biru terang tengah duduk menunggunya. Ghani harus mengakui Sandra memang cantik. Tidak salah ayahnya begitu memaksanya untuk menikahi wanita ini. Apalagi Sandra juga terkenal karena kecerdasannya sebagai pewaris dari perusahaan roti terkenal yang sudah membuka banyak cabang toko roti di seluruh Indonesia. "Maaf aku terlambat." Ghani berkata dengan sopan dan mengambil tempat duduk di depan Sandra. Sandra sempat mematung menatap pria yang dijodohkan dengannya ini. Dua kata yang terucap di hati Sandra, super tampan. "Tidak masalah." Sandra tersenyum manis pada Ghani. Dia harus segera menghilangkan rasa gugup dan canggungnya. "Kau sudah memesan makan?" Tanya Ghani. "Belum. Aku menunggumu." "Kenapa menungguku? Lain kali pesan saja dulu. Jangan menungguku." Ghani terlihat gusar saat mengatakan itu. Seandainya Sandra tadi memesan lebih dulu, dia bisa keluar dari rumah makan lebih cepat. Jika begini, dia takut terlambat kembali ke kantor. Sandra menyadari perubahan raut wajah Ghani. "Baik, lain kali jika aku tahu kau akan terlambat, aku akan memesan lebih dulu." Sandra tetap mengatakannya dengan tenang dan tersenyum meski sebenarnya hatinya sedikit tercubit dengan gesture dan kalimat Ghani barusan. “Jadi kapan kau punya waktu untuk fitting baju?” tanya Sandra. Saat ini mereka sedang menikmati makan siang mereka. Mereka sama-sama memesan pasta dan tiramisu cake. Sebenarnya Ghani yang menyamakan pesanan karena dia tidak ingin berlama-lama di restoran ini. Ghani menaruh sendoknya dan mengelap mulutnya. Dia menatap Sandra dengan tajam lalu mulai berbicara dengan suara dalam. “Sandra, kamu tahu betapa aku tidak menyukai pernikahan. Kamu juga tahu sebenarnya aku menentang perjodohan ini. Tapi demi ayahku, aku menerimanya. Aku berharap kau juga tidak melupakan fakta bawa kita hanya akan menikah selama satu tahun. Jadi semua terserah padamu. Aku tidak peduli. Bahkan kalau bisa, aku akan memakai jas yang biasa aku pakai kerja.” Ghani mengucapkan kalimat terakhir dengan lirih, tapi tetap saja Sandra bisa mendengarnya. Sandra meneguk ludahnya dengan berat. Seharusnya Sandra bisa menahan diri untuk tidak membicarakan pernikahan dengan Ghani karena dia membenci pernikahan. Entah mulai kapan Ghani begitu membenci pernikahan. Jauh di lubuk hatinya, dia menyukai atmosfer di sekitar dua orang yang saling mencintai. Tapi kepergian mamanya karena memilih pria lain dan meninggalkan ayahnya sendiri membuat Ghani mempertanyakan esensi menikah, mencintai, dan menyayangi. Ghani melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kacau ayahnya saat itu. Perusahaan yang baru 7 tahun berdiri terancam bangkrut. Untung ayahnya segera sadar sehingga semua bisa diatasi. Ghani tidak ingin dia mengalami hal yang sama. Jadi lebih baik hidupnya didedikasikan pada perusahaan dan merawat ribuan karyawannya. Apalagi banyaknya kasus perceraian di kalangan masyarakat dan teman-temannya membuat Ghani semakin mempertanyakan arti pernikahan. Jika karena alasan memiliki anak adalah tujuan menikah, maka dia bisa mengadopsi seorang anak. Itu mudah. “Mm, aku minta maaf. Bagaimana jika hari minggu besok? Kau bisa menjemputku di rumah pukul 10?” Sandra berusaha tenang dan tetap tersenyum. “Hm, sebaiknya kita berangkat sendiri-sendiri karena siangnya aku masih harus mengecek pembangunan kantor cabang di Batam.” Ghani kembali melanjutkan makan siangnya. Dia harus cepat menyelesaikan ini dan kembali ke kantor. “Baiklah. Kita bertemu di butik jam 10.” Ghani sudah selesai makan siang. Dia melirik piring Sandra yang masih separuh. Sandra menyadari arti lirikan Ghani hingga dia memutuskan untuk menyudahi makan siangnya. “Kamu sudah?” tanya Ghani keheranan. “Iya, sudah. Kamu langsung ke kantor?” “Iya. Aku harus segera kembali.” “Oke.” Mereka pun keluar ruangan dan berjalan beriringan menuju pintu keluar. Saat hendak berpisah di tempat parkir, Sandra menyempatkan diri berkata, “Hati-hati di jalan. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Ghani.” Ghani terpaku mendengar perkataan Sandra. Dia memang sering merasakan perhatian kecil dari Sandra. Tapi tetap saja, dia merasa aneh dengan semua perhatian itu. “Kamu juga ke kantor?” tanya Ghani. “Tidak. Aku akan mengurus undangan dan suvenir kita.” “Baiklah. Kau juga hati-hati.” Ghani bukanlah pria dengan temperamen yang kejam. Sebagai CEO, dia cukup bermain fair dalam bisnisnya. Dia hanya tidak mempercayai pernikahan hingga membuatnya menjadi pribadi yang dingin di mata perempuan. Itulah mengapa hingga usianya sudah mencapai 32 tahun, dia tidak pernah dikabarkan dekat dengan seorang wanita. Ayahnya tentu saja kebingungan dengan keadaan anaknya ini. Dan saat dia mengetahui kalau anak dari rekan bisnisnya adalah seorang gadis cantik dan pintar berusia 26 tahun, dia berinisiatif menjodohkan mereka. Gayung bersambut. Karena ternyata Sandra, anak gadis rekan bisnisnya, diam-diam menaruh hati pada Ghani. Mereka pernah bertemu di pesta pernikahan sepupu Ghani tahun lalu dan wajah Ghani sudah terpatri sempurna di hati Sandra. Pernikahan itu terjadi dua tahun yang lalu. Saat itu Sandra yang sedang memakai gaun sifon dan renda sedang menikmati sajian. Dia mendekati meja rolade dan mengantre. Saat di depan meja, dia mengambil satu piring dan menyendok saus. Naas bagi Sandra, sendok yang berisi saus itu tersenggol dan sausnya tumpah mengenai sisi bajunya. Sandra berjangkit kaget. “Maaf. Maaf, kak.” Seorang gadis kecil dengan wajah kuatir dan takut meminta maaf padanya. Sandra menatap wajah innocent itu dan menghembuskan nafas. Dia ingin marah, tapi tidak bisa. Jadi dia menunduk dan berkata, “Tidak apa-apa.” Sandra mengelus puncak kepala gadis itu. Dia mengembalikan piring yang tadi diambilnya lalu berbalik hendak berjalan menuju toilet. Sebuah tangan memegang tisu dan sapu tangan berada di depannya. Sandra mendongak. Sebuah wajah bersih, maskulin dengan sedikit jambang berada di depannya. “Gunakan ini saja. Tisu untuk membersihkan sausmu. Lalu beri sapu tangan sedikit air dan bersihkan sisa sausnya. Jangan hanya memakai tisu karena akan meninggalkan sisa di rendamu.” “Terima kasih.” “Sama-sama.” Pria tampan itu pun pergi. Sandra tersenyum dan menggeleng membayangkan wajah itu masih di depannya. Sandra sudah di dalam toilet. Usahanya untuk menghilangkan saus berhasil tapi tidak dengan nodanya. Noda itu masih setia menempel di bajunya. Lelah dengan usahanya, dia memutuskan keluar dari toilet. Siapa sangka di luar toilet Sandra kembali bertemu dengan pria itu lagi. “Aku lihat bajumu masih.......” “Ya begitulah.” Tiba-tiba pria itu membuka jasnya dan menyampirkan di bahu Sandra. “Pakai ini! Sedikit menutupi nodanya.” Sandra tertawa. “Ini menutup semua nodanya, Tuan......” “Ghani.” “Sandra.” Dan mereka pun berjabat tangan. Sandra merasakan hangat menyelimuti hatinya. Sungguh pria tampan yang baik. “Aku akan mencuci dan mengembalikannya padamu, Tuan.” “Tidak usah dipikirkan.” “Tapi aku tidak mungkin menyimpan jas seorang pria di lemariku.” Ghani tampak berpikir. Sepertinya yang dikatakan nona ini ada benarnya. “Ya, baiklah. Biar asistenku nanti yang mengambilnya, Nona Sandra.” “Baiklah. Ini kartu namaku, Tuan Ghani.” “Tuan Roni adalah ayah anda?” “Iya. Bagaimana Anda tahu?” “Nama belakang dan alamat.” “Ya, Anda benar.” Sekali lagi Sandra tersenyum. “Saya bekerja di perusahaan ayah saya.” “Senang berkenalan dengan Anda, Nona. Maaf saya harus pamit.” “Silakan, Tuan Ghani.” Sandra sangat berharap mereka bisa lebih saling mengenal tapi sepertinya Ghani sedang ada keperluan lain hingga meninggalkan pesta lebih dulu. Sandra membaui jas Ghani. Wangi musk yang lembut. Sepertinya ini akan menjadi salah satu daftar favoritnya. Sejak saat itu, Sandra diam-diam mengagumi Ghani. Dia sering membuka dan menutup insta***m milik Ghani. Dia bahkan mengambil beberapa foto Ghani yang menurutnya bagus. Meskipun dia tahu kalau isi insta***m Ghani adalah untuk bisnis. Bahkan Ghani terakhir post insta***m tujuh bulan lalu! Sandra juga semakin sering datang ke acara pesta atau amal atau apa pun yang berhubungan dengan bisnis demi bisa bertemu lagi dengan Ghani. Sayang, sejak saat itu, Ghani tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Hanya ada sekretaris atau sang chairman terlihat beberapa kali mendatangi pesta. Tapi itu tidak menyurutkan Sandra untuk terus berdoa agar kembali bertemu dengan pria tampan dan baik hati itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook