bc

Amnesia

book_age18+
602
FOLLOW
3.6K
READ
arrogant
others
boss
drama
male lead
realistic earth
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Noah Ellard adalah pria 25 tahun yang selalu hidup dalam lingkup aturan dari kedua orang tuanya. Hingga suatu hari dia sudah merasa muak oleh semua aturan dan kisah percintaannya yang tidak pernah baik-baik saja.

Suatu hari, Noah memutuskan untuk liburan ke pantai bersama teman-temannya. Dia menemukan seorang perempuan hilang ingatan. Jasmine Lansonia, Noah menamai perempuan itu. Dia tidak tahu berapa umur perempuan itu dan apa pekerjaannya. Tetapi yang jelas perempuan itu sangat cantik dan mampu memikat hati Noah dalam sekejap melihatnya.

Kisah Noah bermula ketika dia dengan sengaja memalsukan semua identitas Jasmine, menjadikannya sebagai kekasih dan membawanya pulang. Noah melupakan sesuatu yakni kehidupan Jasmine yang sebenarnya dan masalalu perempuan itu.

Bagaimana kisah mereka? Akankah Noah terus menutup kebenaran atas identitas Jasmine?

chap-preview
Free preview
EPISODE|| Penolakan Noah
    Selamat  datang di cerita baru, karakter baru dan suasana baru. Dukung cerita ini dengan tap love dan komentar ya. Terima kasih.... _____________________________________________________________________________________________ EPISODE  1 _______________________________________________________________________________________-             Noah Ellard adalah pria 25 tahun yang sukses sebagai pebisnis di bidang manufaktur dan perdaganan besar. Ilmu yang ayahnya—Ellards—wariskan tidaklah sia-sia. Tetapi, hidup dengan kesuksesan tidak membuat Noah merasa senang. Apalagi dikelilingi oleh orang-orang yang hanya melihatnya dari jumlah nilai uang yang dia punya.             Selain tampan dengan tubuh tinggi, kulit kecokelatan dan rambut sedikit panjang itu, Noah diberkati dengan sifat sederhana yang selalu berusaha dia jaga. Godaan untuk menghilangkan sifat itu selalu muncul. Dan Noah menahan diri untuk membeli apapun yang menurutnya tidak penting.              Meskipun, di zaman sekarang banyak yang mengatakan bahwa uang adalah segalanya, uang bisa menyelesaikan masalah dan orang yang tidak punya uang lah yang mengatakan sebaliknya.             Sayang sekali, sebagai orang yang memiliki UANG Noah tidak setuju dengan pemikiran seperti itu. Baginya, menyelesaikan masalah bisa  dengan cara apapun. Pergi dari masalah itupun juga salah satu caranya. Atau berpura-pura menjadi amnesia agar semua masalahmu terselesaikan dalam sekejap.             Tetapi, bukankah hanya orang pecundang yang lari dari masalah?              Noah hidup dengan kedua orang tuanya. Dia anak sematawayang. Itu berarti, dia akan mewarisi semua kekayaan ayahnya dan itu berarti Noah hidup di garis yang sudah ditentukan. Ada dua sisi dan tentu saja baik dan buruk. Semua orang senang mendengar bahwa kekayaan akan dilimpahkan padanya. Namun, semua orang pasti menolak jika harus berjalan di garis putih yang sudah ditentukan.             “Noah, berapa kali aku memberitahumu untuk berhenti meminum soda kalengan seperti ini?” omel Aselin—ibunya—yang saat itu memergokinya sedang menghabiskan berkaleng-kaleng minuman bersoda.             “Selama itu membuatku senang, mengapa aku harus berhenti?” Terkadang, Noah melawan. Itupun ketika Ellards tidak ada bersama ibunya.             “Noah!” Aselin membentak. Saat itu, dia langsung memanggil pekerja rumah untuk mengambil semua minuman di kamarnya dan menyuruhnya untuk membuang persediaan yang tersisa atau membagikannya ke siapapun yang mau.             “Rupanya Ibu tidak suka melihatku senang.” Noah tertunduk saat itu. Omong-omong itu saat Noah berusia 20 tahun. Yang mana adalah 5 tahun yang lalu.             Aselin menghela napas, duduk di sebelah anaknya yang tertunduk sedih. “Bukan begitu. Tetapi kau bisa bersenang-senang dengan banyak hal. Minuman bersoda seperti itu mengandung gula yang tinggi. Setiap hari kau meminumnya, menggantikan air putih yang seharusnya kau komsumsi. Mulai sekarang tidak ada lagi minuman seperti itu. Sesekali boleh, dan aku akan marah jika kau punya persediaan di rumah.”               Sejak hari itu, Noah tidak lagi minum minuman bersoda di rumah. Tetapi bukan berarti, saat di luar dia juga melakukan hal serupa. Semakin keras tali yang mengikatnya maka semakin memberontak pula Noah. Dia melanggar nilai-nilai itu dan melakukannya di luar rumah selama tidak ada yang melihatnya. Sesekali mengajak Elan—salah satu sahabatnya, sekaligus teman kerjanya. Itu semua memuakan dan terkadang membuat Noah berpikir untuk hidup menjauh dari keluarganya. Pertanyaan dan bayangan akan hidup sendirian selalu lalu lalang di benaknya. Bayangan kebebasan jika dia memilih hidup sendirian selalu menggodanya. Suatu ketika dia pernah  membayangkan untuk membuat rumah sederhana di hutan bersama istrinya kelak dan hidup dengan normal tanpa aturan ini dan itu. Sayangnya, keinginan itu tertutupi dengan rasa takut yang amat besar. Ketakukan akan hidup sengsara. Seperti kesulitan mencari makan, atau tiba-tiba sakit tetapi tidak punya uang untuk berobat. Lalu, orang tuanya pasti akan menertawakan pilihannya itu.              Banyak hal yang membuat Noah muak. Salah satunya adalah aturan yang Ellards dan Aselin terapkan baik di dalam rumah, luar rumah dan aturan untuk hidup Noah sendiri. Kemuakan pada hal itu sebenarnya lebih besar daripada terus menghadapi sikap karyawannya yang seolah mengerti keadannya.             Menurut Noah, apa yang orang tuanya lakukan itu terlalu berlebihan untuk pria dewasa seusiannya yang harusnya sudah boleh menentukan jalan hidupnya sendiri. Tinggal di rumah sendiri dan mencari pasangan hidup sendiri. Masalahnya, Noah sudah harus berdiri di atas sepatunya sendiri karena ketika jatuh dia tidak akan menyalahkan orang lain dan setidaknya dia bisa belajar banyak kelak.             “Jika aku menjadi dirimu, mungkin aku akan sangat bahagia. Bagaimana tidak? 10 tahun ke depan, masa depanku sudah terjamin. Tetapi, lihatlah dirimu? Kau justru ingin kabur dari rumah. Seolah rumah itu adalah tahanan.” Saat itu ketika Elan dan Noah bersantai di salah satu kafe. Pria berkumis itu menasihatinya.             “Mungkin jika umurku masih 10 tahun atau setidaknya 16 tahun, semua aturan dari mereka masih kuanggap wajar. Tetapi usiaku sudah menginjak 25 tahun. Bahkan aku tidak perlu disuapi lagi. Aku tidak perlu diingatkan untuk memakai pakaian apa hari ini. Elan, sayangnya kau hanya tahu aku punya segalanya dan hidupku terasa bahagia. Tidak seperti itu, Bung. Bahkan kau pernah melihat dengan mata kepalamu sendiri bagaimana mereka mengaturku untuk tidak pergi bersamamu padahal kita hanya akan makan malam di restoran.”             “Benar juga. Itu sudah berlebihan. Tapi, bukankah setiap apapun itu memang punya konsekuensinnya?”             Sampai kapanpun mungkin Elan tidak akan pernah mengerti keadaannya. Selalu saja pria itu ingin menjadi dirinya.             Kenyatannya, sampai sekarang Noah tinggal satu atap dengan orang tuannya di rumah bak istana namun tentu saja terasa seperti penjara. Ada beberapa rumah yang sudah dibeli Noah, bahkan dia punya beberapa rumah di beberapa negara. Kedua orang tuanya adalah penghambat Noah. Dan Noah si keras kepala ini lucunya selalu menuruti kemauan mereka.             Tidak bisa dipungkiri, kerap sekali Noah berbohong dan melanggar semua aturan. Dia sering sekali berbohong akan bertemu klien di malam hari tetapi berakhir ke kelab malam bersama Elan dan Samantha.             Samantha adalah kekasih Elan sekaligus sahabat Noah. Perempuan itu berkebalikan dengan kekasihnya. Dia selalu berada di pihk Noah. Menyetujui semua keinginannya.             Malam ini, seperti biasanya. Noah dan orang tuanya berkumpul di ruang keluarga. Mereka sering melakukan ini untuk membahas kejadian atau bisa dikatakan momen orang tuanya untuk menyidang Noah. Menanyakan apa yang sudah dia lakukan seharian atau yang lainnya.             “Ibu akan sangat senang jika kau datang ke acara pernikahan pamanmu dan mengajak Zelia.” Aselin baru saja masuk ke dalam ruang keluarga sembari membawa satu gelas wine. Perempuan itu memakai gaun hitam. Untuk menyambut tamu, Aselin selalu terlihat anggun. “Pernikahan paman Sam akan diadakan 3 bulan lagi. Selama menunggu, kau bisa menggunakan waktu untuk mendekati Zelia.”             Perempuan 50 tahun itu duduk di samping suaminya yang sejak tadi tidak berhenti memainkan ponselnya. Tampak sibuk pria dengan rambut setengah putih itu. Tetapi Noah tahu, telinganya sangat tajam. Sehingga sepelan apapun Noah bersuara pria itu pasti mendengarnya.     Noah yang duduk di seberang meja terlihat acuh tak acuh. Terus melirik jam tangannya. Dia punya janji dengan seseorang. Jika sampai terlewat, sebenarnya tidak masalah. Hanya saja, Noah selalu saja telat dan dia tidak mau melakukan kesalahan yang sama.     “Kau sudah punya janji dengan seseorang? Sehingga jam tanganmu itu lebih tampak menarik daripada apa yang Ibumu katakan?” sindir  Ellards tanpa mengalihkan matanya dari ponsel. Tetapi, kemudian pria 55 tahun itu menyimpannya ke atas meja kaca yang setiap pingirannya mengkilap karena dilapisi oleh berlian.             Noah gelagapan, menelan air liurnya dengan kasar. Untuk menetralkan kegugupannya, Noah menegakan duduknya. Berdeham kecil agar semakin tidak terlihat mencurigakan. Jika ayahnya tahu bahwa dia akan menemui seseorang yang sangat penting tetapi di luar urusan pekerjaan, semuanya akan berantakan.             “Sejak kapan telingamu tidak berfungsi, Noah?” sindiran itu kembali menohok Noah.             “Aku ….” Ellards menunggu jawabannya. Seseram apapun wajah Noah ketika marah, wajah Ellards dua kali lipat lebih menyeramkan walau hanya terdiam, apalagi ketika sedang menatap Noah dengan tatapan menyelidik. Noah menciut saat itu juga. Sorot mata dinginnya itu mampu membekukan Noah. Di saat seperti ini, tidak ada yang membantunya. Aselin selalu berpihak pada Ellards salah ataupun benar.               “Apakah Ayah pernah mengajarimu untuk tidak menjawab sebuah pertanyaan?” Tidak hilang tatapan dingin itu.               Noah buru-buru menggeleng. Serba salah. Apapun yang Noah lakukan pasti akan salah di mata orang tuanya. Daripada menjawab dengan kebohongan ataupun kejujuran. Diam sepertinya akan lebih baik dan menyelamatkan hubungannya dengan seseorang yang akan ia temui malam ini. Noah bisa memikirkan caranya nanti. Entah harus kabur atau bagaimana pun itu.               “Malam ini, jangan kemana-mana. 30 menit lagi, keluarga Zelia  akan datang. Kita sudah membicarakan ini sebelumnya. Ayah harap kau tidak pura-pura lupa.” Ellards mengatakan itu seolah sudah tahu bahwa Noah selalu pura-pura lupa. “Tetapi Ayah, aku sudah punya janji dengan temanku.” Manik mata Noah menyorotkan sebuah pengharapan. Apakah kali ini ayahnya bisa dibodohi lagi? Terlalu sering Noah membuat alasan yang tidak masuk akal. Entah Ellards tahu atau pura-pura tidak tahu. “Siapa? Samantha dan Elan? Mereka pasti akan mengerti dan mendukung apa yang Ayah katakan.” Ellards menoleh sekilas pada istrinya yang sejak tadi menyimak sembari sesekali meneguk wine.   Tentu saja mereka setuju. Ellards adalah bos mereka. Elan dan Samantha bekerja di perusahaan pengiklanan milik Ellards. Jawaban itu membuat Noah menghela napas pasrah. Susah mencari alasan untuk bisa terlepas dari pertemuan makan malam ini. Noah menolehkan wajahnya ke arah lain dengan perasaan setengah kesal, sudah terlalu malas dengan semua aturan yang ada. Malam ini, dia sudah berjanji akan datang ke apartemen Kylie—kekasihnya. Empat hari mereka tidak bertemu dan Noah merindukannya. Noah harus berbohong karena Aselin dan Ellards tidak tahu bahwa dia menjalin hubungan dengan Kylie. Mereka selalu berusaha menjodohkannya dengan anak perempuan dari rekan kerjanya. Salah satunya adalah Zelia. Wanita yang tidak Noah sukai. “Tetaplah di rumah atau kami akan menyita semua fasilitas yang sudah kami berikan untukmu.” Menurut Noah, hanya orang yang tidak punya malu mengambil kembali barang yang sudah diberikan kepada seseorang. Sepertinya Noah durhaka karena sudah mengatai orang tuanya tidak punya rasa malu. Jika itu kenyatannya, apa harus Noah berbohong? Sungguh, Noah bahkan tidak memperdulikan itu. Dia sudah punya semua fasilitas seperti yang diberikan orang tuanya atas nama pribadinya. Bahkan dia bisa membeli fasilitan baru jika orang tuanya mengusir malam ini juga. Noah sama sekali tidak mementingkan jumlah nominal dan apa yang dia punya. “Dan kami bisa saja mengeluarkanmu dari identitas keluarga kami. Ayah tidak main-main.” Terdengar tegas suara pria itu. Seakan menunjukan bahwa ancamannya memang tidak main-main. Tetapi ancaman yang satu itu selalu saja membuat Noah ketakutan. Tidak punya identitas dan tidak punya keluarga adalah salah satu yang Noah takutkan di dunia ini. Yang Noah tahu adalah manusia makhluk sosial, di mana setiap aktivitasnya pasti membutuhkan orang lain. Keluarga ada di tingkat paling atas, baginya. Dan tidak memiliki keluarga seperti tidak memiliki siapapun di dunia ini. Itulah yang Noah pikirkan. Noah mengambil napas lalu menghembuskannya perlahan. “Baiklah, setidaknya setelah pertemuan itu aku boleh menemui Elan, ‘kan?” tanya Noah dengan hati-hati. Dia tidak serius untuk memenuhi Ellards. Bahkan seharian ini, ia tidak menghubungi pria itu. Atau bahkan Samantha. “Tidak untuk pulang larut malam.” Ellards berdiri dan meninggalkan ruang  keluarga. Dia berkata dengan santai. Tidak memperdulikan lagi apakah Noah keberatan atau tidak. Bagaimana bisa Noah tidak pulang larut malam sementara keluarga Zelia baru datang beberapa menit lagi dan kepulangan mereka di jam berapa. Mata Noah sedikit melotot lantaran tidak terima. “Jadi maksud Ayah,  aku tidak boleh pergi malam ini?” Noah setengah berteriak meminta penjelasan pada Ellards.   Aselin lantas menatapnya dengan kedua bola mata sedikit melebar. Isyarat agar Noah tidak berbicara dengan nada keras seperti itu.             “Ibu!” protes Noah meminta keadilan. Sayangnya, lagi-lagi dia diabaikan. Malam itu, Noah mengalah lagi dan akhirnya tetap menuruti kemauan orang tuanya untuk yang ke ratusan ribu kali selama hidupnya. ________________________________________________________             Noah memang bukan pria yang selalu menepati janji. Dia sebenarnya juga tidak pandai berkomitmen. Hanya saja, kali ini dia berurusan dengan Kylie. Dia sangat anti membuat perempuan 25 tahun itu kecewa apalagi sampai marah. Selama ini, Kylie selalu mengerti dan memahaminya. Dia tahu bahwa Noah bukan lahir dari keluarga yang biasa. Kylie bahkan mengerti saat Noah belum bisa mengenalkannya pada orang tua Noah.             Pertemuan mereka pun jarang dan Noah menghargai pertemuan mereka. Kylie juga sibuk dengan pekerjannya tetapi Noah jauh lebih sibuk dari Kylie. Noah merasa beruntung mendapatkan Kylie yang mengerti keadaannya. Tidak protes ketika mereka harus menjalani hubungan dengan semnbunyi-sembunyi.             2 tahun menjalin hubungan, Kylie paham bahwa kehidupan mereka sangat berbeda. Kekasihnya bagai hidup seperti bangsawan sementara dia hanya perempuan yang meniti karir sendirian. Mencai pundi-pundi upiah dengan keringatnya sendiri. Kylie juga paham, Noah harus membatasi hubungan mereka karena Noah mendapatkan aturan itu dari orang tuanya. Tidak sembarangan berteman dan harus memilih lingkungan yang sama.             Sayangnya, mereka sangatlah berbeda. Kylie hanyalah seorang model lokal yang sedang ingin go international dan Noah adalah pebisnis sukses. Keluarga Kylie juga tidak jelas asal-usulnya.             Hal itu berdasar karena selama menjalin hubungan dengan perempuan itu, Noah sama sekali belum pernah bertemu dengan orang tua Kylie. Juga tidak pernah mendengar Kylie menceritakan tentang keluarganya. Noah jarang bertanya karena pernah suatu ketika dia mencoba menanyakan itu, Kylie merasa tidak nyaman. Dan saat itu, Noah tahu bahwa pembicaraan tentang keluarga itu cukup sensitif untuk Kylie.             Untuk meminta maaf karena tidak bisa datang tepat waktu atau bahkan kemungkinan besar dia tidak jadi datang, Noah menghubungi Kylie melalui panggilan vidio. Sayangnya, Kylie  mematikan panggilan itu. Noah belum menyerah. Dia menghubungi Kylie dengan panggilan suara. Tidak lama, panggilan itu dijawab oleh Kylie.             “Tidak jadi datang?” tebak Kylie membuka obrolan itu lebih dulu. Suaranya terdengar ketus. Noah menggigit bibirnya walaupun Kylie tidak melihat itu. Bentuk kegugupan yang Noah rasakan.  “Maaf Sayang, kau selalu tahu alasannya, ‘kan?”             Terdengar helaan napas kasar di seberang sana. Noah sudah panik. Dia tidak mau Kylie marah.             “Oke, oke … aku akan datang tetapi tidak tepat waktu.” Noah memutuskan untuk tidak membuat keributan dengan Kylie.  “Apa kau tidak keberatan?” Wajah Noah berubah was-was.             “Aku tidak keberatan. Tetapi jika kemudian kau berjanji lagi, lalu kau mengingkarinya. Maka aku mungkin lebih baik tidak perlu mendengarmu lagi. Ingat itu, Noah dan jangan menganggap aku akan memaafkanmu.”             Mendengar itu, Noah merasa terancam. Ancaman Kylie sangat menakutkan. Bagaimana bisa Noah hidup tanpa Kylie? Bahkan dihari-harinya pun dia selalu memikirkan Kylie dan berusaha sebisa mungkin agar kedua orang tuanya mau menyetujuinya kelak bersama Kylie.             “Aku akan datang. Setidaknya satu jam lagi. Jangan tidur dulu, ya?”             Kylie bergumam di seberang sana. “Kuperingati sekali lagi. Jika tidak bisa menepati janji jangan coba-coba mengatakannya. Bagiku, janji itu sesuatu yang sakral.”             Noah terlihat sedih. “Baiklah, maafkan aku ….” Panggilan telepon saat itu harus terputus karena pintu kamar Noah diketuk oleh seseorang. Dengan sedikit kesal Noah bangkit. Dia merapikan setelan jas hitam yang ia kenakan. Hampir bosan Noah memakai pakaian yang sama setiap harinya. Padahal, seseorang bisa terlihat rapi dan formal tanpa harus memakai jas. Kemeja polos dengan celana bahan yang pas, tubuh wangi, tatanan rambut klimis itu sudah mampu membuat penampilannya jadi lebih baik.             “Tuan Ellards serta Nyonya Aselin sudah menunggu di ruang keluarga. Dan keluarga Rovando datang bersama putrinya.”             “Sial!” umpat Noah pelan. Kemudian, dia mengangguk samar bermaksud agar asisten pria itu segera pergi.             “Maaf Tuan, tetapi Tuan Ellards segera menyuruh Anda ke sana.” “Astaga!! Lain kali jangan dengarkan dia. Kau ini asistenku, aku yang menggajimu bukan dia!” omel Noah sedikit membentak pria itu.             “Maaf Tuan, tetapi aku hanya menjalankan tugas.” Dengan sedikit kesal, Noah melangkah lebar menemui keluarga Rovando dan putrinya, Zelia.                             ____________________________________________________________________             Adalah ide Noah mengajak Zelia mengobrol berdua dengannya setelah acara makan malam baru saja selesai beberapa menit lalu. Noah malas untuk bersandiwara di depan keluarga Rovando atau bahkan sampai harus pura-pura menyetujui perjodohannya dengan Zelia.             Dalam hidup ini, Noah sebenarnya tidak suka berbohong. Sayangnya, dia harus hidup di lingkungan orang-orang yang terus menuntutnya untuk melakukan tindakan merugikan itu. Wanita yang sedang berdiri di hadapannya ini tidak terlalu buruk. Parasnya cantik, kulitnya bening sehingga pembuluh darah tampak biru terlihat di permukaan kulit. Omong-omong, dia juga keturunan bangsawan olehnya Ellards memaksa agar Noah segera menjalin hubungan dengan Zelia atau lebih bagus jika langsung menikahinya.             Tetapi satu kekurangan Zelia. Dia terlalu manja, bergantung pada kedua orang tuanya.             Perempuan itu dan Noah berdiri di koridor yang lengang. Zelia terus menarik kedua sudut bibirnya ke atas, kedua bola matanya tidak berhenti menatap Noah yang tepat berada di hadapannya. Tinggi mereka cukup berbeda jauh, memaksa Zelia harus sedikit mendongak untuk memperhatikan ketampanan Noah. Rambut Noah yang cukup panjang, hidungnya yang mancung dan rahangnya yang tegas.            Noah memegang kedua lengan tangan Zelia. Perempuan rambut blonde persis seperti Cinderella di dalam sebuah film menatap Noah dengan amat senang karena itu adalah sentuhan fisik mereka untuk pertama kalinya.             “Kuberi tahu kau satu kali lagi, Zelia. Jangan membujuk orang tuaku untuk menjodohkan kita. Aku sangat yakin kita tidak berjodoh. Makan malam ini adalah pertemuan ke 5 kita. Dan selama itu pula, aku tidak bisa tertarik padamu. Kau bisa mencari pria yang lebih baik, lebih tampan dan lebih kaya dariku. Aku tidak pantas untukmu,” jelas Noah dengan nada tegas. Sebenarnya itu bentuk halus dari teguran yang dia berikan pada perempuan yang kini menurunkan kedua sudut bibirnya.             “Maksudmu ….” Zelia menatap ke bawah. Tidak yakin dengan apa yang didengarnya.            Noah menurunkan tangannya.  “Ya, ya … maksudku adalah aku tidak mau menikah denganmu. Aku tidak mau perjodohan ini terjadi. Memangnya kau mau menikah dengan orang yang tidak mencintaimu?” Jika tidak berakhir sebagai sepasang kekasih atau pasangan. Noah bahkan bisa menganggap Zelia sebagai adiknya.             Kedua mata Zelia tampak berkaca-kaca. Noah tidak ambil pusing tentang itu. Baginya, dia harus mengatakan apa yang ada di dalam hatinya. Keterpaksaan tidak akan membuat sebuah hubungan berjalan baik-baik saja. Sungguh, coba saja jika tidak percaya.             “Bagaimana jika aku bisa membuatmu jatuh cinta? Bagaimana jika nantinya setelah kita menikah kau akan jatuh cinta padaku?” Suara Zelia terdengar bergetar. "Aku yakin bisa melakukannya, Noah. Cukup berikan aku kesempatan."              Jemari Noah memijat pelipis. “Memangnya kau pikir hidup ini adalah sebuah Novel? Itu tidak akan bisa terjadi, Zelia! Sejak awal aku sudah menyakinkan hatiku bahwa kau bukanlah seseorang yang kumau.” Sedikit kesal Noah menjelaskan itu. Noah menghela napas pelan, kembali mengarahkan tangannya ke lengan tangan Zelia. Tanpa Noah duga, perempuan itu menolak, sedikit mundur untuk menghindar.             “Apakah kau mengatakan ini karena kau sudah memiliki kekasih?” Zelia menukas, tatapannya menyelidik. "Kau membuatku berharap tetapi ternyata kau sudah punya tambatan hati." Ekspresi wajah Noah berubah. Dengan sengaja dia mengalihkan wajahnya ke arah lain.             “Siapa dia? Biarkan aku melihat seperti apa perempuan itu dan bagaimana latar belakang keluarganya.”             Kalimat yang diucapkan Zelia cukup membuat Noah tak suka. “Kurasa kau tidak perlu tahu siapa dia. Kuharap apa yang kukatakan tadi sudah cukup untuk menjelaskan bahwa aku tidak mau perjodohan ini tetap dilaksanakan. Jangan egois, jangan memaksa seseorang untuk mencintaimu sementara tidak ada cinta di hatinya dan kau tidak punya kesempatan sama sekali.”             "Maksudmu, akulah yang egois?" Zelia terkekeh tidak habis pikir. "Apakah kau sadar, bahwa kau hanya memikirkan dirimu sendiri!"              Noah tidak memikirkan apa-apa lagi. Yang jelas, malam itu dia segera pergi ke apartemen Kylie. Meninggalkan Zelia sendirian di koridor rumah yang terus berteriak memanggilnya. Entah apa yang akan perempuan itu katakan pada orang tuanya.              Jika Zelia bisa membungkam mulutnya, semua masih bisa dikatakan baik-baik saja. Tetapi jika Zelia mencari perlindungan di punggung Rovando, maka Noah sedang dalam masalah besar.            Semoga saja. Semoga saja Zelia bisa membungkamnya karena Noah tidak ingin hidup dengan wanita sepertinya.      Pernikahan tanpa cinta, hubungan tanpa keharmonisan adalah dua hal yang sama pahitnya dengan hidup Noah sekarang ini. Noah tidak ingin tenggelam dalam kolam air tuba untuk kedua kalinya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
80.7K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Sang Pewaris

read
53.0K
bc

Dilamar Janda

read
319.0K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.4K
bc

JANUARI

read
37.1K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook