bc

Derana

book_age18+
36
FOLLOW
1K
READ
family
forced
like
intro-logo
Blurb

Semuanya berawal dari Agatha yang terkena tuduhan berupa pembunuh, semua kejadian pada masa lalu, berbuntut panjang.

Karir Agatha langsung hancur dalam waktu sekejap, dia tak bisa lagi merasakan kebahagiaan saat seseorang telah menghancurkan kehidupan nya. Wanita itu hanya bisa pasrah.

Sampai, ada sebuah cahaya yang datang dan menemuinya disaat terjebak dalam kegelapan. Seorang yang menjadi teman lamanya Jhony namanya, ikut membantu Agatha dalam menyelesaikan seluruh masalah ini.

Berusaha untuk mengungkapkan siapa sebenarnya sang penghancur.

chap-preview
Free preview
1. Konser
Ribuan manusia mengumpul pada suatu gedung. Gedung yang semulanya gelap gulita, kini mulai terang. Dengan setiap orang memakai sebuah gelang yang membawa cahaya. Cahayanya seperti titik-titik pada kertas namun dengan jumlah yang sangat banyak. Setiap bagian kelas dalam konser tersebut, memiliki sinar warna gelang yang berbeda. Bersatu padu, menghasilak suatu tulisan yang sangat jelas dibaca. Smart. Tak hanya itu saja, mereka ikut bernyanyi disaat musik dihidupkan, meski sang idola belum menempati panggung. Kompak dalam bernyanyi, menciptakan harmoni yang sangat indah. Lagu berhenti, dalam sekejap mereka ikut berhenti bernyanyi. Menatap dengan fokusnya pada panggung yang membentuk huruf T tersebut. Empat lampu hidup, menyinari empat gadis yang memegang sebuah mic. Sorak semangat diberikan pada fans untuk sang idola mereka, menyebut nama satu persatu member disaat intro lagu. Satu wanita maju, menempelkan mic yang dibawanya pada bibir. Mulai bernyanyi, suara indahnya mampu membuat fans terpukau dengannya. Mereka menyoraki nama wanita tersebut dengan kerasnya. "AGATHA LEWIS." Wanita itu langsung melambaikan tangannya pada para fans nya. Agatha membawa bagian pembukanya dengan baik. Lalu disusul dengan suara berat milik Grace, dia menyanyikan bagian Bridge. Mereka menyanyikan lagu yang dapat membuat para fans semakin semangat, mereka ikut bernyanyi seraya melambaikan tangannya, menciptakan cahaya yang bergerak. Mereka mengubah warna sinar lampu disaat chorus dimulai. Pada bagian interlude, semua member Smart berpencar, mengelilingi panggung seraya menyapa para fans. Bahkan Agatha duduk di bibir panggung seraya bernyanyi pada bagian modulasi bersama dengan suara Hana, lalu disusul suara Ara yang meneruskan. Hingga lagu selesai, menyisakan bagian outro. Seluruh member kembali berkumpul ke tengah panggung. "Hai semuanya!" Ara berucap dengan kerasnya, agar para penonton dapat mendengar. "Kami sangat senang menyapa kalian lagi setelah sekian lama. Apakah kalian senang juga?" Para penonton langsung berseru dan meneriakkan kata, "yes." Yang terdengar jelas. "Nikmati konser ini. Kami akan menyuguhkan 8 lagu untuk kalian." Musik kembali dihidupkan, mereka bernyanyi dengan sinar wajah yang bahagia. Jangka waktu konser hanya lah dua jam. Dua jam itu, Smart habiskan dengan bernyanyi dan terkadang mereka akan berinteraksi bersama fans secara dekat. Hingga waktu tak terasa berjalan cepat, dua jam habis dalam waktu sekejap. Smart memberikan lagu penutup konser ini. Konser selesai. Smart kini berada di backstage, mereka memasuki ruangannya. "Hari sudah sangat malam," ucap Hana. Agatha mengangguk. Dia sudah sangat lelah membawakan 8 lagu dalam satu malam. Dia tak dapat berpikir bagaimana lelahnya penyanyi solo yang pastinya memiliki bagian sangat banyak. Empat wanita memasuki ruangan mereka. Agatha langsung berjalan menuju meja rias, melihat wajahnya yang masih cantik meski sudah banyak beraktivitas. Mereka membersihkan make up setiap member Smart dan juga menata kembali rambut seperti semula. "Performa kalian tadi sangat sempurna," puji penata rias bernama Bella. Agatha menanggapinya dengan tersenyum kecil. "Aku rasa tak sempurna seperti apa yang kau pikirkan." Agatha mengingat bagaimana tadi dia salah dalam melakukan reff pada konser. Kesalahannya tadi sangat fatal, untungnya suara musik yang mendominasi menutupi kesalahan Agatha tadi. Agatha membuka gadgetnya. Melihat media sosialnya. Media sosial adalah tempat yang sangat dihindari oleh member Smart kecuali Agatha. Baik Grace, Ara dan Hana hampir tak pernah membuka media sosial jika tidak ada hal yang penting. Mereka hanya takut jika melihat komentar ujaran kebencian yang dapat membuat stress. Tidak dengan Agatha. Selama mereka memberikan komentar yang tak keterlaluan, maka Agatha tak mempermasalahkan. Lagian juga, menjadi publik figur memang harus kebal terhadap hinaan. Agatha hanya ingin jiwanya terlatih agar tak stress ketika melihat orang yang membencinya. Sudah dua hari lamanya Agatha tak memposting foto, banyak komentar yang dari penggemar untuk ya agar memposting foto. Agatha membuka aplikasi kamera, foto dengan sebuah senyum saja tanpa ada gaya lainya. Agatha mengedit agar foto itu menjadi gelap, agar tambah indah dan menambah nilai estetika. Dalam waktu sekejap, kolom komentar penuh dengan pujian dan hinaan. Agatha menutup gadgetnya. Melihat penampilannya kini sudah seperti semula, tanpa polesan wajah dan rambut yang terurai. Agatha mengambil dress dan menggantinya diruang ganti. Dilihat, seluruh member telah siap. "Ayo kita pulang. Mobil telah siap," ucap manajer Smart, pria yang memakai kaca mata dengan tubuh tegap dan wajah tampan adalah ciri khas nya. Pria yang memiliki nama Brian itu bahkan memiliki banyak penggemar karena ketampanannya. Mobil mereka melaju kencang. "Kau memposting foto lagi?" tanya Grace yang Agatha jawab dengan anggukan. "Kau terlalu banyak memposting foto Agatha. Lihatlah, kau bahkan memakai tagar yang menunjukkan tempat mu berada. Kau tak takut jika ada penguntit?" "Tidak. Aku sudah terbiasa memposting foto dan memakai tagar, selama ini tak ada sesuatu yang aneh padaku." Agatha membuka akun Instagramnya, tak peduli dengan ucapan Grace, dia memasang SG dengan foto yang baru diambilnya. "Penguntit memang pandai bersembunyi Agatha. Kau terlalu terbuka pada publik dan itu tak baik." Hana angkat bicara. Wanita yang memiliki pola pikir kritis dan pintar itu selalu memiliki banyak solusi yang akan diberikan pada saat mereka sedang ada masalah. "Bagaimana jika ada orang yang berniat menghancurkan hidupmu? Menghancurkan hidupmu sama dengan menghancurkan karir yang telah kita bangun dengan susah payah ini." Agatha menghela napasnya kasar. Jika dia diserang oleh ketiga temannya maka Agatha akan kalah. Dia tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan saat ini. "Baiklah. Aku akan mengurangi aktivitasku di media sosial." Agatha menaruh gadgetnya dalam tas. Dia mengambil sebuah buku non-fiksi. Tanpa Agatha ketahui, dari beribu komentar, terdapat satu komentar yang tenggelam. "I found you." •••• Mereka telah sampai di apartemen. Unit apartemen mereka memiliki empat kamar, sehingga mereka tidur secara terpisah. Berkumpul di ruang tv adalah kegiatan mereka di tengahnya malam hari. Biasanya mereka akan tidur disaat pagi mulai menjelang. Beruntung jika tak ada jadwal di pagi harinya, jika ada maka mereka akan mempercepat jam tidur. Begadang menonton sebuah film horor dengan tema psikopat. Dimana seorang psikopat yang haus akan dendam pada temannya dan berusaha menghancurkan hidup temannya. Agatha bergidik ngeri saat melihat betapa kejamnya psikopat itu, menguntit hingga meneror yang membuat pemeran utama depresi. "Tuh lihat. Wanita itu terlalu terbuka pada dunia maya dan mendapat akibatnya. Dia bahkan harus diteror gitu. Jika saja dia tak memberi tahu keberadaannya pasti dia tak akan diteror," ucap Ara. Ucapan yang Agatha pastikan sebuah sindiran untuknya. Baru saja tadi masalah mereka selesai, namun dia sudah mengungkit lagi. "Ambil pesan moralnya saja dari film ini." Hana melihat ke arah j di tembok. "Sudah jam tiga pagi. Ayo kita tidur." Agatha mengangguk. Dia beranjak menuju kamarnya. Matanya sudah cukup lelah akibat bekerja dan begadang. Dia menjatuhkan tubuhnya di ranjang, angin kencang memasuki kamarnya, membuat tubuh Agatha menggigil. Jendela ternyata belum tertutup, pantas saja suhu kamar ini sangat dingin. Dia bangun dan menutup jendela, pergerakannya terhenti disaat dia melihat seorang dengan pakaian hitam dan penutup kepala sedang bersembunyi dibalik pohon. Dari atas tentu saja tubuh dia terlihat dengan jelas, dan orang itu memperhatikan jendela kamar Agatha. "Siapa dia?" Agatha merasa merinding. Dia jadi ingat dengan film yang baru saja di saksikan ya. Adegan ini sama persis dengan adegan yang ada dalam sebuah film. Dia langsung menutup jendela beserta tirai. Berusaha berpikir positif adalah jalannya. "Mungkin hanya kebetulan saja." Menutup mata dan berusaha untuk tak memikirkan kejadian tadi, dia ingin tidur. Hingga tak berapa lama, Agatha tertidur. Terdengar dengkuran kecil darinya yang menandakan betapa nyenyak nya dia. Di lain sisi, orang yang memakai penutup kepala itu menyeringai. Dia mengambil kamera yang dibawanya. Melihat hasil jepretannya yang sangat jelas, dimana siluet seorang wanita yang tengah tertidur di ranjang ada juga satu foto yang memperlihatkan Agatha berdiri di jendela. Foto ini di ambilnya sebelum Agatha melihat keberadaan dirinya. "Selesai." Dia bersiul pelan. Menikmati hasil kerjanya malam ini. •••• Pagi ini, Smart tak memiliki jadwal bekerja. Mereka ingin berlibur, karena besok mereka harus kembali ke Inggris. Tadi malam, adalah jadwal konser terakhir untuk benua Amerika. Mereka ingin berjalan-jalan dulu, mengelilingi kota New York seraya membawa kamera yang digantung di leher mereka. Hobi mereka memang menangkap foto. "Kita akan kemana pagi ini?" Agatha membuka gadgetnya. Menunjukkan sebuah gambar, dimana patung yang berdiri tegak berada. "Kita ke Liberty island saja. Ikonik kota ini, sepertinya sangat bagus." Hana mengangguk. "Baiklah, pagi ini kita akan ke pulau berdirinya Parung itu. Nanti, aku ingin melihat pertunjukkan seni di The Egg." "Lalu sorenya kita akan Battery park. Sunset sangat indah jika dilihat dari taman itu," sahut Ara. "Ya sudah. Kalian masuk ke dalam mobil. Aku akan membawa barang kebutuhanku dulu," ucap Grace. Mereka langsung keluar. "Beruntung kita sudah izin Brian." Agatha tak dapat berpikir bagaimana kesalnya nanti jika Brian terus menelpon mereka. Pria yang memiliki jabatan sebagai manajer itu memang sangat perhatian pada Smart, bahkan mereka berempat sudah dianggap adik olehnya. Grace memasuki mobil. Wanita itu yang menjadi pengendara. Menuju ke pulau dimana patung Liberty berada berkisaran dua jam. Agatha dan Hana tidur di dalam mobil, sedangkan Ara dengan Grace secara bergantian mengendarai mobil. "Hey. Kita sudah sampai." Grace menepuk pelan wajah Agatha untuk membangunkan wanita itu. Agatha melenguh pelan. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat kedua temannya yang telah siap dan mendengar suara berisik yang berasal dari luar mobil. Dia mengalihkan pandangannya, ternyata mereka telah sampai. Agatha memakai tas nya, lalu keluar dari mobil. "Lihatlah wajahmu Agatha, penuh dengan air liur," ucap Hana membuat Agatha kesal. Dia mengambil kaca yang berukuran besar, melihat pantulan dirinya. Tak ada yang salah, wajahnya masih cantik bahkan polesan make up saja tak berantakan. Saat dia akan menurunkan cermin nya, Agatha melihat seorang pria yang memakai penutup wajah di cermin nya. Berdiri sejajar dengannya dan seperti seorang penguntit. Agatha seperti mengenali penampilan pria itu, dia berusaha mengingatnya. "Bukankah pria yang bersembunyi di pohon malam itu?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.2K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K
bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.0K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.5K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
45.7K
bc

Pengganti

read
301.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook