bc

Berselingkuh dengan Suamiku

book_age18+
12
FOLLOW
1K
READ
revenge
love-triangle
possessive
sex
family
brave
drama
bxg
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Harap bijak dalam membaca, terdapat unsur dewasa dalam bacaan!

Aku adalah Kinanti Putri Meganum, seorang wanita berusia 25 tahun yang mengenal pria ini sudah lama. Pria berumur 27 tahun dengan bentuk wajah yang tegas dan cara berpikirnya yang luas. Bekerja di salah satu perusahan membuat aku semakin dekat hingga menjalin hubungan yang lebih mengikat dengannya yaitu pernikahan.

Awalnya pria ini, Leon Atmajaya yang berstatus suamiku sekarang memiliki sifat sangat manis dan pengertian. Sifat suami yang diinginkan semua wanita ada di dirinya, pernikahan kami pada awalnya baik-baik saja. Tahun pertama, kedua dan ketiga terlewati dengan mudah bahkan cukup bahagia.

Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama saat di tahun pernikahan ke empat kami. Sahabat dekatku sedari kecil yaitu Irumi, datang membawa kabar buruk ke rumahku. Ia bercerita jika keluarganya mengusirnya dari rumah dan tidak tahu harus berteduh dimana sekarang.

Semenjak kedatangannya, tiba-tiba semuanya berubah. Hal yang aku sesali adalah menerima sahabatku masuk ke dalam keluargaku yang kecil dan bahagia, karena dengan adanya ia, kebahagiaanku direnggut paksa dan saat itu aku harus menghadapi rasa sakit yang luar biasa karena mengetahui jika suamiku berselingkuh dengan Sahabatku.

Tapi aku tidak akan diam. Aku tidak akan membiarkan hidupku hancur berantakan, setidaknya bukan aku saja, mereka juga akan merasakannya.

Note :

Tutup pintu kalian rapat-rapat, jangan biarkan seseorang masuk ke dalam keluarga kalian. Perselingkuhan bisa terjadi tanpa kalian sadari, oleh karena itu jangan biarkan terjadi. Rebut kembali dan jatuhkan mereka, hal yang tidak seharusnya punya mereka tidak akan pernah menjadi milik mereka.

chap-preview
Free preview
Chapter 1. 3 Tahun Pernikahan
Aku memandang Leon dengan seksama, gurat wajahnya terlihat khas, tidak berubah sejak 3 tahun yang lalu. Aku tersenyum mengingat pertemuan pertama kami yang menggelikan, orang biasa menyebutnya romansa perkantoran. "Kau ingin minum?" Tawar Leon kepadaku saat ia mendapatkan diriku terus menatapnya. Aku menggeleng sembari mengulum senyumku. Dia adalah pria yang manis, aku sangat beruntung memilikinya. "Bagaimana dengan kantormu?" Tanyaku sembari menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutku, sarapan kami pagi ini. Leon menggeleng. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semenjak kau resign aku tidak memikirkan hal buruk lagi seperti kau yang selalu di goda para pria buaya," balasnya yang terdengar kesal. Aku tertawa kecil. "Ya, dari semua buaya itu, aku jatuh hati padamu. Aku cukup heran." Leon langsung saja menampilkan wajah sombongnya. "Tentu saja, hanya Leon Atmajaya yang bisa mendapatkan hati seorang Kinanti," balasnya yang membuatku tertawa. Keadaan mulai hening, hanya suara peralatan makan yang berdentang saat ini. Aku mulai mengambil napas, ingin mengatakan suatu hal yang telah lama kupikirkan tapi terus ragu untuk membicarakannya. "Leon," panggilku lebih terdengar seperti berbisik. Leon menatapku sembari menaikkan sebelah alisnya. "Sudah 3 tahun berlalu semenjak pernikahan kita, aku hanya berpikir bagaimana jika kita meramaikan rumah hangat kita." "Apa maksudmu, Kinan? Aku tidak mengerti." Aku melepaskan sendok dan garpu yang kupegang dan memilih menyimpan tangan di atas pahaku, tak pelak aku juga kembali menarik napas dalam. "Aku ingin mempunyai anak," jawabku. Leon terlihat terdiam. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang tapi itu terlihat seperti dia bukan berada di sini saat ini, setelahnya ia menunduk. "Aku rasa, aku belum sanggup untuk memiliki hal itu," jawabnya lirih. Aku terdiam. Alasan yang sama setiap kali aku meminta hal ini, apakah aku terlalu egois? Hanya saja, sendirian di rumah benar-benar membuatku hampa, belum lagi cercaan dari orang lain yang terus bertanya tentang anak kepadaku yang pernikahannya sudah berjalan 3 tahun. "Maafkan aku," lanjut Leon. Aku menampiskan rasa sedihku dan berusaha tersenyum. Bagaimanapun, aku tahu ini semuanya sebab masa lalu Leon, ia tidak ingin menjadi ayah yang buruk nantinya oleh karena itu ia memilih untuk menyiapkan dirinya dulu, setidaknya hal ini lah yang bisa kupikirkan sekarang. "Tidak apa, kita bisa menundanya sampai kau siap. Aku tidak mau ada paksaan disini karena hal ini kita berdua yang menjalaninya," ucapku. Leon langsung mengambil tanganku dan membawanya ke bibirnya untuk ia cium. Leon yang manis. "Terima kasih telah bersedia menungguku untuk siap, Kinan. Terima kasih telah mau bersabar untuk hal egois seperti ini. Aku hanya tidak mau jika keputusan yang kubuat sekarang akan membuat kekacauan kedepannya." Aku menggeleng. "Tidak perlu berterima kasih, sejak awal bukankah ini kesepakatan kita dan aku menyanggupinya." Leon mengelus rambutku dan tatapannya benar-benar tulus. Kurasa aku masih bisa menahan keinginanku untuk 1 atau 2 tahun lagi sampai Leon siap dengan dirinya. "Baiklah, kalau begitu aku bersiap untuk bekerja. Kumohon jangan memikirkan hal tadi, aku akan mencoba untuk menyiapkan diriku untuk menjadi seorang Ayah yang baik nantinya." Aku mengangguk, lalu berdiri untuk membantunya menyiapkan jas dan tasnya. "Selamat bekerja, suamiku." Leon memelukku lalu mencium puncak kepalaku sambil mengatakan, "Aku pergi dahulu, Sayang." Aku tersenyum, kemudian melepaskan kepergiannya yang menaiki mobil untuk sampai di kantor. *** Malam ini aku merencanakan untuk menonton film kesukaanku bersama Leon, hal yang kami lakukan ketika weekend karena dengan begitu Leon akan bisa menemaniku untuk marathon film. "Aku sudah menyiapkan popcorn dan beberapa makanan ringan lainnya!" Seruku dengan membawa beberapa piring dengan dua tangan. Leon bangkit dari sofa untuk membantuku dan menata makanan juga minuman di atas meja. Kemudian kami memulai mematikan lampu untuk menambah kesan nyaman dalam menonton. Film horror kali ini menjadi tujuan kami, dan aku menyukai hal itu jika ditonton berdua dan tidak sendiri karena jujur saja aku cukup penakut. Bersandar di d**a Leon cukup membuatku nyaman. Tubuhnya yang hangat juga membuatku merasa tenang, setidaknya aku senang karena memiliki seseorang yang kuandalkan ketika takut. "Kau ingin nugget?" Tawar Leon yang sedari tadi terus mengunyah makanan. Aku menggeleng. Suasana berdarah dalam film membuatku mual untuk sekedar makan makanan ringan, belum lagi musik intens yang membuat suasana mencekam. Duar! Terdengar petir dari luar, aku menegak liurku dengan susah. Entah mengapa seolah cuaca pun mendukung suasana mencekam yang ada di film ini dan membuatku semakin merinding. "Oh sebentar lagi, hantunya pasti muncul," sahut Leon yang terus menebak sedari tadi dan terlihat tidak terpengaruh dengan kengerian film saat ini. Aku menutup wajahku kala hantu tersebut mengejutkanku dan membuat Leon tertawa puas. Namun, Leon tiba-tiba berdiri dari duduknya membuatku mengernyit. "Aku ke kamar mandi sebentar," jelasnya. "Cepat kembali, kumohon." Leon tertawa. "Selamat menikmati suasana mencekam ini, Sayangku," jahilnya. "Cepat kembali atau aku menyusulmu!" "Hahaha, baiklah." Sembari menunggu Leon, aku tetap melanjutkan tontonanku meskipun aku cukup takut tapi hal ini aku menyukainya. Rasa takut dan cemas juga menerka-nerka apa yang akan terjadi nantinya, membuatku merasa fokus. Saat film ini hening begitu juga dengan sekitar, jantungku berdetak kencang. Pasti, hantu dalam film itu akan muncul secara mengejutkan dan mengapa Leon lama sekali? "Leon!" Teriakku. "Leon!" Tidak ada tanggapan sedangkan scene yang aku takutkan akan segera terjadi. Oh tidak, aku tidak berani membuka mataku. Aku mengintip sedikit dari sela jariku dan melihat jika hantu dalam film tersebut terpampang di screen tv dan seketika seluruh lampu padam beserta tv. Aku mulai gemetar ketakutan. "Leon! Dimana kau?! Aku takut!" Tidak ada balasan. Aku mulai berdiri dari dudukku meski saat ini lututku bergetar cukup hebat, bagaimana pun aku harus menemukan Leon. Aku berjalan sembari memegang dinding sebagai penuntunku. Sesekali aku berteriak memanggil nama Leon dan pria itu tidak menjawab sama sekali. Tanpa sengaja aku menabrak meja ruang keluarga dan aku langsung saja membuka laci meja tersebut untuk mendapatkan senter yang kurasa kuletakkan di sana terakhir kali. Dapat! Aku mulai menghidupkan senter dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Tapi tidak mendapatkan Leon di sana. Tiba-tiba dari arah dapur berbunyi dentangan piring. "Leon." Aku berjalan pelan dan saat sampai tidak menemukan siapa pun. Namun, entah mengapa aku merasakan hal aneh. Dari balik punggung, kurasakan hal panas. Aku menahan napasku, hendak membalikkan badanku, dan ... "HUA!" Aku terjungkal ke belakang dan Leon menahanku. Pria ini sengaja menakutkanku dan lihat wajah tertawanya saat ini. "Kau Jahat! Sungguh jahat Leon!" Pekikku. "Kau harus melihat wajah terkejutmu, Sayang. Cukup menggemaskan." Aku memukulnya hingga ia berhenti tertawa dan memelukku. "Maafkan aku, aku hanya ingin menjahilimu. Kau terlihat sangat serius sekali haha." "Kau tidak seharusnya melakukan itu, aku sangat takut Leon," merajukku tanpa sadar sudut mataku berair. Leon langsung menghapus tangisku dan memelukku erat. Ia langsung membawaku ke ruang keluarga dan menjatuhkan ku di sofa, lalu ia pergi untuk menghidupkan lampu. Ternyata itu ulahnya. "Maafkan aku, aku tidak akan melakukannya lagi," bujuknya dan aku masih dengan kesalku. Leon langsung saja menghujaniku dengan ciuman kecilnya hingga aku tidak sanggup lagi mempertahankan rasa kesalku dan berakhir memaafkannya. "Aku akan memberikanmu banyak makanan esok, aku janji." Aku mengangguk akan tawaran Leon. Cukup menggiurkan. Hingga kami bertatapan cukup lama dan wajah Leon mulai mendekatiku dengan perlahan. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan yang cukup kuat dan cepat mengalihkan perhatian kami. Aku menatap Leon dan langsung saja ia bangkit dan berjalan menuju pintu depan, sedangkan aku mengikutinya dari belakang. Leon mengintip dari lobang kecil agar dapat melihat luar, dan setelahnya ia membuka pintu. Saat pintu terbuka, seorang wanita terjatuh di depan pintu kami dengan penuh darah. Aku mendekatinya dan terkejut. "Irumi!!!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook