bc

Lihat Aku Sebentar Saja

book_age18+
11.8K
FOLLOW
71.7K
READ
goodgirl
drama
first love
like
intro-logo
Blurb

Bertahun tahun Rinjani memendam perasaannya pada Andreas yang tak lain sahabatnya sendiri tanpa sedikitpun Andreas peka atau menyadari perasaannya. Sampai pada suatu malam di bawah pengaruh alkohol Andreas tanpa sadar menodai Rinjani, tapi jangankan Andreas bertanggung jawab ia justru tak ingat sama sekali akan hal itu, dan mengatakan akan menikahi kekasihnya Realine. Membuat hati Rinjani rapuh dan terkoyak, ia mutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Australia dan pergi dari hidup Andreas.

Tak di sangka 1 bulan menetap di Australia ternyata Rinjani hamil. Bagaimana Rinjani menjalani kehidupan selanjutnya? Di tengah tengah kehamilanyw yang bahkan Andreas sendiri tak tahu tentang semua itu.

chap-preview
Free preview
Episode 1
Bab 1. Australia. Butiran kecil berwarna putih menyapa kota Sydney pagi itu, aku memandangi kaca bening disisiku perlahan menjadi buram karena hawa dingin yang menyeruak diseluruh penjuru kota. Kunikmati secangkir kopi hangat yang masih mengeluarkan asap tipis, pandangan kosongku menatap arah jendela, kota besar ini terasa sunyi untuk ku sejak satu bulan yang lalu aku memutuskan untuk menerima beasiswa dan melanjutkan kuliah ku disini. Ini memang pilihanku tapi bukan keinginanku. Langkah gontaiku berjalan keluar dari cafe, menyusuri sudut jalan yang tampak lengang, telapak tangan ini kumasukan dalam saku Hoodie yang ku kenakan, burusaha mengurangi hawa dingin yang menusuk tulang.“Asallamuaikum bu,” hawa hangat menyapa ku saat tiba diapartemen dengan aroma sup ayam yang sangat menggoda, aku yakin ibu sedang memasak. “Walaikumsalam Rinjani, kamu sudah pulang? ayo makan, kamu pasti lapar,”suara lembut itu terdengar sangat merdu, ibu selalu menyambutku dengan seulas senyum setibanya aku diapartemen. “Aku langsung makan ya bu, aku lapar,” ujarku antusias setelah mencium punggung ibu segera kuseret kursi makan mengambil nasi dan sup hangat yang sudah tersaji dimeja makan. “Enak kan?” ibu memnadangi ku yang terlihat sangat lahap menyantap masakanya. “Enak bu,”Aku tersenyum, wajah ibu terlihat berseri terlebih setelah aku mendapatkan beasiswa kuliah disini dan mengajaknya tinggal bersama, itu semua berkat pak Rahardian, pemilik yayasan disekolahku dulu dan juga Realin gadis cantik putri semata wayangnya, yang juga teman baik ku, mereka sangat berjasa untuk ku kerena sudah memfasilitasi ku untuk tinggal disini bersama ibu. Sup ayam itu semula terasa nikmat kala melewati kerongkonganku sampai beberapa detik kemudian semua terasa pahit.“Uuuuwek,” aku membekap mulutku sendiri, buru buru aku beranjak dari kursi makan menuju wastafel. “Rinjani, kamu kenapa?” ibu yang panik segera menghampiri dan memijat pelan bahuku. “Aku enggak apa apa bu, sepertinya aku masuk angin,” ucapku selesai mengelurkan kembali makanan yang baru saja ku santap. “Yasudah kamu istrahat ya,” aku mengangguk dan berjalan menuju kamar. Tubuhku terasa lemas sekali hari itu.“Minum obatnya ya,” ibu meletakan obat dan segelas air putih dinakas. “Makasih ya bu,” Aku tersenyum, ibu wanita yang paling berharga yang kumiliki satu satunya sejak ayah meninggal beberapa tahun silam. Ibu keluar kamar, aku memejamkan mataku merasakan pusing yang menjalar sore itu. *** “Rinjani bangun, sudah siang nanti kamu terlambat ke kampus,” samar terdengar ketukan dan suara ibu pagi itu. “Iya bu,” sahutku, dengan mata yang masih menyipit aku beringsut berjalan hendak menuju kamar mandi. Langkah kaki ku terhenti.“Pusing sekali,” pandanganku terasa buram, aku berjalan dengan hati hati menuju kamar mandi. “Ayo sarapan dulu,” ujar ibu melihatku yang sudah melihatku duduk dikursi makan, kulirik banyak makanan yang sudah tersaji dimeja makan tapi rasanya aku tak berselera sarapan pagi ini, tak seperti biasanya.“Ayo dimakan, kamu sudah baikan kan?” tanya ibu melihat aku yang hanya melamun memandangi masakanya. “Iya, aku sudah baikan,” aku mulai menyantap sesuap nasi tapi lagi lagi rasa pahit dan mual menghampiri ku pagi ini, buru buru aku menuju wastafel memuntakan kembali isi perutku. “Rinjani, kamu masih sakit?” ibu menghapiri, menatapku kahwatir. “Aku tidak apa apa, hanya perlu istirahat sebentar seperinya,” “Yasudah kamu istirahat, tidak usah kekampus hari ini.” ibu menuntunku kekamar, merebahkan tubuhku diranjang.“Kamu istirahat ya,” menyelimutiku dengan selimut raut wajahnya masih terlihat khawatir. Aku mengangguk dan ibu keluar dari dalam kamar. Aku termenung, tak mengerti dengan tubuhku yang kembali terasa lemas ditambah rasa mual dan pusing yang tak kunjung hilang. Aku berbaring kearah kiri masih termenung dengan fikiranku sendiri, sedetik kemudian kulirik kalender yang berada dinakas. Jantungku berdengup kala mengingat lingkaran merah yang sudah lama tak kurasakan lagi. Lingkaran merah yang menandadakan hari mens ku tiba di kalender kecil itu. Dengan rasa cemas aku segera beranjak dari ranjang, meraih kalender kecil tersebut, benar sudah hampir dua bulan ini tak lagi merasakan mens, jemariku yang gemetar meremas cemas rok yang kukenakan. Rasa sesak menyeruak didalam d**a kala menginggat sesuatu yang sampai saat ini berusaha kulupakan saat ku menyerahkan tubuhku pada Anderas pria yang kuncintai sekaligus sahabatku sendiri. Dengan bola mata yang sudah berembun aku duduk terkulai lemas ditepi ranjang.“Apa mungkin aku hamil? bagimana jika aku hamil?” gumamku lirih. Bagaimana aku menjalani ini semua jika itu semua benar benar terjadi. Jangankan Andreas mengakuinya, bahkan mengingatnya pun tidak, aku yang terlalu bodoh, sangat bodoh melakukan itu semua saat Andreas berada dibawah pengaruh alkohol, tak henti hentinya aku merutuki diriku sendiri setiap mengingat kejadian itu. “Aku harus memastikanya !” *** “Rinjani kamu mau kemana?” seru ibu melihatku yang keluar kamar sore itu. “Aku.. aku mau kemini market sebentar,” jawabku berusaha terlihat tenang. “Apa tidak bisa besok saja, kamu masih sakit.” ibu menatap wajahku yang masih terlihat pucat. “Ada yang harus kubeli, hanya sebentar,” “Yasudah, hati hati ya.” Aku mengangguk dan beregegas keluar dari apartemen. Aku melangkah masuk kedalam apotik dengan langkah ragu aku memutar pandangaku tampak beberapa pembeli disana.“Ada yang bisa saya bantu?” seorang pegawai apotik menyapaku ramah. Aku diam mematung lidah ini terasa kelu saat ingin mengatakan 'Tespek' seumur hidup aku tidak pernah membeli barang seperti itu.“Ada yang bisa saya bantu?” pegawai apotik itu kembali bertanya dengan wajah heran, memeperhatikanku yang masih terdiam dengan wajah bimbang. “Aku ingin membeli tespek,” ucapku pelan menahan rasa malu. “Apa? beli apa?” pegawai itu tak mendangar suaraku yang sangat pelan nyaris tak terdengar. “Aku ingin membeli tespek,” ucapku kembali dengan suara yang lebih kencang. “Oh tespek, tunggu sebentar saya ambilkan.” pegawai itu bergegas mengambikan barang yang kupinta. Tak lama setelahnya aku pulang. Sepanjang malam itu aku tak aku tak dapat tidur nyenyak, aku berniat akan memastikan semuanya besok menurut informasi yang kudapatkan tespek lebih akurat digunakan saat pagi hari, jadilah sepanjang malam itu aku tak bisa tidur memikirkan hal tersebut. Pukul 6 pagi aku bangun, bergegas ku ke kemar mandi, kuperhatikan benda pipih yang kemarin kubeli, k*****a perlahan cara menggunkanya, sungguh ini pengalaman pertamku ! Kupejamkan kedua mataku dengan tangan yang gemetar aku masih memegeng tespek tersebut dalam hati aku berdoa hasilnya negatif. Satu, dua, tiga kulebarkan kedua bola mataku yang semula terpejam. Jemariku semakin bergetar dengan bola mata yang sudah memerah aku duduk terkulai lemas dilantai yang lembab itu. 'Aku hamil '

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook