bc

Cinta Tak Pernah Salah (Indonesia)

book_age18+
2.9K
FOLLOW
21.7K
READ
love-triangle
goodgirl
boss
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

18+

(bijaklah dalam memilih bacaan)

"Ya emang enggak asyik lah, ribet urusan sama lo, enggak seru !,"

"Jadi gimana dong, bokap gue emang gitu kali dari dulu,"

Mila mengedikkan bahu, "Ya itu emang derita lo,"

"Terus apa hubunganya sama Bima?," tanya Mila penasaran, kembali ke topik pembicaraan.

Indah menghentikan langkah, memilih bersandar di dinding dekat papan pengumuman. Ia melihat beberapa siswa sudah keluar dari kelas,

"Kebetulan kemarin Bima datang, nginap ke rumah gue. Gue awalnya basa-basi aja ngajak dia liburan. Eh reaksi bokap nyokap gue oke oke aja,"

"Ya, gue terusin aja, manja-manja gitu sama dia. Sok kenal banget kan gue, padahal enggak kenal," ucap Indah sambil terkekeh

"Lo centil banget jadi cewek,"

"Mau gimana lagi, cuma dia satu-satu nya cara gue liburan dengan tenang tanpa embel-embel mang Diman sama bi Narsih,"

"Kalau enggak gitu, gue enggak bisa liburan Mil. Ngajak lo juga percuma, bokap enggak percaya sama lo, setelah lo ngajak gue dugem,"

"Sekali-sekali lah, itu juga rame-rame. Kelewat batas sih bokap lo, itu juga masih jam sembilan," timpal Mila, ia memandang ke area koridor sekolah.

"Jadi Bima masih di rumah lo?,"

"Udah balik ke Bali sih kemarin,"

"Jadi ...,"Mila menggantungkan kalimatnya.

"Ya, gue ajak dia lah,"

"Terus dia mau,"

"Dia bilang sama gue, kalau udah selesai ujian. Gue boleh kemana aja, nanti dia bakalan temenin gue,"

chap-preview
Free preview
BAB 1
"Indah ... !," Indah menoleh ke belakang, menatap Mila yang sedang berlari memdekatinya. Mila dulu kakak tingkatnya di sekolah. Berhubung akselerasi ia menjadi satu angkatan bersama Mila. Lagi pula Mila juga tetangga nya di rumah. "Hei," ucap Indah. "Habis ujian planning lo ke mana?," ucap Mila, menyeimbangi langkah Indah. "Liburan lah," "Liburan kemana?," "Gue juga bingung sih mau kemana, maunya Barcelona, Budapest, Santorini, tapi gue pengennya ke Paris," ucap Indah. "Wihh, suka dong ke Paris, sama siapa?," "Hemm ada deh," mulai deh, si Mila kepo. "Emang bokap lo ijinin," ucap Mila, karena ia tahu betul orang tua Indah seperti apa. Mau ngajak ngumpul di cafe aja mesti di tanya-tanya sampe detail. Apa lagi bawa-bawa bi Narsih, asisten pribadinya Indah. "Ijinin kok," "Tumben bener bokap lo baik, ke Paris pula," "Gue kemana aja boleh kali, asal ada Bima yang jagain gue," "Siapa tuh Bima?," Indah mulai berpikir dan memandang Mila yang tengah menanti jawabannya, "Dulu sih pacarnya kakak gue Mita," "Owh," "Yoi," "Bokap dan nyokap gue suka banget sama dia. Lo tau sendirilah bokap gue itu gimana, kalau udah suka sama orang. Pasti dia bakalan percaya gitu aja," "Owh gitu," Mila mulai paham. "Lo tau sendirilah gimana, Kalaupun liburan pasti bawa bi Narsih kemana-mana. Enggak asyik banget kan Mil," "Ya emang enggak asyik lah, ribet urusan sama lo, enggak seru !," "Jadi gimana dong, bokap gue emang gitu kali dari dulu," Mila mengedikkan bahu, "Ya itu emang derita lo," "Terus apa hubunganya sama Bima?," tanya Mila penasaran, kembali ke topik pembicaraan. Indah menghentikan langkah, memilih bersandar di dinding dekat papan pengumuman. Ia melihat beberapa siswa sudah keluar dari kelas, "Kebetulan kemarin Bima datang, nginap ke rumah gue. Gue awalnya basa-basi aja  ngajak dia liburan. Eh reaksi bokap nyokap gue oke oke aja," "Ya, gue terusin aja, manja-manja gitu sama dia. Sok kenal banget kan gue, padahal enggak kenal," ucap Indah sambil terkekeh "Lo centil banget jadi cewek," "Mau gimana lagi, cuma dia satu-satu nya cara gue liburan dengan tenang tanpa embel-embel mang Diman sama bi Narsih," "Kalau enggak gitu, gue enggak bisa liburan Mil. Ngajak lo juga percuma, bokap enggak percaya sama lo, setelah lo ngajak gue dugem," "Sekali-sekali lah, itu juga rame-rame. Kelewat batas sih bokap lo, itu juga masih jam sembilan," timpal Mila, ia memandang ke area koridor sekolah. "Jadi Bima masih di rumah lo?," "Udah balik ke Bali sih kemarin," "Jadi ...,"Mila menggantungkan kalimatnya. "Ya, gue ajak dia lah," "Terus dia mau," "Dia bilang sama gue,  kalau udah selesai ujian. Gue boleh kemana aja, nanti dia bakalan temenin gue," "Terus lo percaya gitu aja sama dia," Mila mencoba menyelidiki. "Bokap aja percaya sama dia, otomatis gue juga dong," Indah  mengambil ponsel disaku rok nya. "Owh gitu iya deh, selamat senang-senang. Kalau boleh tau Bima itu kayak apa sih," Mili semakin penasaran ia bersandar di samping Indah. "Gue enggak ada fotonya," "Kece enggak?," "Lumayan," "Umurnya berapa?," Indah kembali mengingat, percakapan papi ketika sarapan pagi, "Kalau enggak salah 33 gitu deh," "Hah, 33 !, tua bener, jadi lo ke Paris sama om om !," "Ya, dia emang om om, tapi ganteng kok, mirip Nicholas Saputra," "Ih tetap aja bahaya, lo udah mirip cabe-cabean kalau jalan sama tu orang, udah tua bangka juga. Pantesan dia mau jalan sama lo yang cantik gini," timpal Mila. "Ih, lo kok gitu sih," "Emang lo enggak ngeri ! ke luar negri berdua doang, apa lagi di Paris, di hotel pula, dia itu laki-laki dewasa. Enggak mungkinlah enggak ngerti soal gituan," "Ih lo mikirnya negatif mulu deh, gue aja enggak kepikiran ke sana," "Itu karena lo enggak pernah pacaran, makanya enggak tau," timpal Mila. Indah mengerutkan dahi, menatap Mila, "Hello ! Gue ke Paris itu jalan-jalan, bukan mau pacaran sama om om m***m di pikiran lo !," Indah tidak terima atas ucapan Mila, menganggap Bima om om m***m. Ya, Bima enggak kayak gitu lah. Kalau liat aslinya  Mila pasti kelepek-kelepek. Tau sendiri, Mila itu seperti apa, sok tau banget. Kalau liat aslinya si Bima, tu cewek pasti langsung lemes. "Ya sama aja, lo jalan berdua sama om om," "Indah ...!," Mila dan Indah lalu menoleh ke arah 45 derajat, memandang Niko yang berlari ke arahnya. Sementara Mila menyungging senyum menatap Niko. "Gila ! masih aja Niko ngejar lo, padahal udah lo tolak dua kali," bisik Mila, tepat di telinga Indah. "Biarin aja lah," "Kece kayak gini aja lo cuekin. Standar lo emang kayak siapa sih?," "Gue enggak ada standar sih soal cowok, yang penting kena di hati," "Tapi Niko udah pas di hati tau," "Itu pas di hati lo, bukan di hati gue," "Btw nyokapnya artis tau," ucap Mila. "Bodo amat, mau pejabat juga gue enggak peduli," timpal Indah. "Dasar !, sok kecantikan banget sih lo," ucap Mila menyenggol bahu Indah. "Gue emang cantik tau," Indah dan Mila memilih diam, ketika Niko sudah berada di dekatnya. Laki-laki memiliki senyum yang menawan dan membuat semua siswi di sekolah jatuh hati, tanpa terkecuali Mila. "Belum pulang?," tanya Niko memandang wanita berambut sebahu itu. Wanita itu adalah indah, adik tingkatnya dulu. "Ini mau pulang," ucap Indah, melirik Mila menatap Niko dengan tatapan memuja. "Gimana ujiannya tadi," ucap Niko. Sebenarnya Niko menanyakan pertanyaan yang salah. Indah salah satu siswi yang cerdas di sekolah. Pastilah Indah menganggap soal-soal itu tidak ada yang mesti dia permasalahkan. "Biasa aja sih," ucap Indah Mila mendengar itu nyaris menganga. Bagaimana Indah bisa berkata ujian Matrmatika tadi  biasa aja. Kepalanya tadi hampir pecah, menyelesaikannya. "Susah tau," ucap Mila tidak terima. "Ada sih beberapa yang sulit, tapi bisa lah gue atasi," Indah memandang ke arah layar ponsel, melihat beberapa notifikasi masuk. Niko melirik Indah yang tengah menekuni ponselnya, lagi-lagi wanita itu cuek atas kehadirannya. "Nanti malam gue mau ngajak lo, ke cafe Aroma, kebetulan Pablo Jazz tampil di sana," ucap Niko. Indah mengerutkan dahi lalu memasukan ponsel di saku roknya kembali, "Lo ngajak gue atau Mila?," "Ngajak lo dong," Indah melirik Mila yang hanya diam memperhatikan Niko. Siapa yang tidak kenal Niko, tim basket andalan sekolah. Ini sudah kesekian kalinya Niko mengajaknya keluar. "Yah, sayangnya gue enggak bisa. Lo taulah bokap gue gimana," Indah memberi alasan. "Gimana kalau lo ajak Mila aja, dia pasti mau," Indah memberi ide. "Ih lo apaan sih In, belum tentu Niko nya mau," ucap Mila pelan, sambil berbisik. Padahal sebenarnya ia ingin melompat-lompat, kegirangan bisa jalan berdua sama cowok kece itu. Niko melirik wanita berambut panjang itu, ia memijit kepala. Selalu saja seperti ini, padahal ujian telah selesai. Sudah seharusnya mereka liburan dan bersenang-senang. Niko menarik nafas panjang, ia mengdikkan bahu, menatap iris mata Mila yang berbinar dengan penuh harap. Di sini ia mengajak Indah, larinya malah ke Mila. Niko kembali berpikir dan mulai mempertimbangkan wanita bertubuh mungil itu. "Lo mau ke cafe Aroma sama gue?," ucap Niko, pertanyaan itu jelas aja ia di tujukan kepada Mila. Ya siapa lagi yang ada di sini. "Mau kok," ucap Mila spontan. "Oke, nanti malan gue jemput lo," ucap Niko, karena rumah Mila berada di samping rumah Indah. "Iya," "Oke," Niko lalu berlalu pergi. Setelah menatap kepergian Niko, Mila  melompat kegirangan, ia memeluk tubuh Indah. Siapa yang tidak senang di ajak keluar cowok kece seperti Niko. "Gila, gue mimpi apa semalam, Niko ngajakin gue ngedate," "Makasih ya In, lo baik banget," "Iya sama-sama, udah yuk cabut balik," ucap Indah, ia menarik tangan Mila keluar dari area sekolah. "In, gue nanti malam pakek baju apa ya," "Pakek baju biasa ajalah, jangan over nanti Niko malah illfeel lagi sama lo," "Iya, sih," "Jadi diri lo aja, jangan jadi orang yang lain," Mila yang mendengar itu lalu mengapit lengan Indah. Ternyata Indah begitu baik, memberi Niko secara cuma-cuma kepadanya. Beberapa menit kemudian mereka keluar dari area sekolah. Indah memandang mobil hitam yang sedang terparkir di tepi jalan. Ia menatap mang Diman di kemudi setir, seperti biasa selalu stand bay menantinya. Indah melirik mobil jemputan Mila tidak jauh darinya. "Nyokap lo udah jemput tuh," ucap Indah. "Yaudah, gue cabut dulu ya," "Dah ...," ucap Indah, melambaikan tangan ke arah Mila. Indah melirik Niko keluar dari area sekolah, dengan motor besar kebanggaanya. Niko membalas pandangannya, sedetik kemudian laki-laki itu tersenyum. Indah tidak punya pilihan lain, ia membalas senyuman Niko, lalu melangkah menuju mobil hitam yang tidak jauh darinya. "Jalan pak," ucap Indah, kepada mang Dimang. "Iya neng," Mobil pun meninggalkan area sekolah, Indah membuka kaca jendela. Melihat Niko yang masih menatapnya dari kejauhan. Ada perasaan tidak enak dihati, karena terlalu banyak menolak permintaan laki-laki itu.  ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Broken

read
6.3K
bc

T E A R S

read
312.7K
bc

You're Still the One

read
117.3K
bc

PLAYDATE

read
118.8K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook