bc

Bodyguard Nakal Calon Suamiku [BAHASA INDONESIA/ON GOING]

book_age18+
4.2K
FOLLOW
42.3K
READ
billionaire
love-triangle
sex
arranged marriage
CEO
drama
sweet
bxg
city
seductive
like
intro-logo
Blurb

Sebagai pewaris tunggal Damaris Group, hidup Caitlyn berjalan dengan cepat dan sibuk. Aktifitasnya yang padat membuatnya seringkali lupa akan kesehatannya sendiri, hingga tak jarang membuatnya berkali-kali jatuh pingsan di acara meeting-meeting penting perusahaannya. Marcus Damaris, ayah Caitlyn yang begitu posesif, bahkan sampai menyewa seorang bodyguard, Sagara Komarovski, untuk menjaga Caitlyn selama dua puluh empat jam per tujuh hari.

Namun di usianya yang semakin senja, Sagara terpaksa harus pensiun dan memindah tugaskan kewajibannya pada Darcio Komarovski, putra satu-satunya. Meskipun awalnya risih karena merasa setiap detik dalam hidupnya terus diawasi oleh Darcio, namun sikap Darcio yang seringkali jahil dan nakal, ditambah fisiknya yang tinggi tegap bak seorang tentara dan wajahnya yang nyaris sempurna, lambat laun membuat Caitlyn semakin tertarik pada bodyguard barunya sendiri yang ternyata adalah calon suaminya.

Tapi di saat rasa suka itu mulai tumbuh semakin lebat, hadirlah Gideon Levier, seorang pengusaha sukses nan misterius yang hendak mengajak Caitlyn untuk bekerjasama. Tak sampai di situ, kenangan dan teka-teki pahit pun kian menghiasi hubungan asmara Darcio dan Caitlyn.

Dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit, siapakah yang akan dipertahankan Caitlyn pada akhirnya?

chap-preview
Free preview
Chapter 1 - Bersenang-senanglah Bersamaku, Sayang
Waktu menunjukkan pukul delapan lewat empat puluh pagi saat Caitlyn Damaris berjalan cepat menyusuri jalanan beraspal menuju salon kecantikan yang ada di hadapannya. Raut wajahnya terlihat masam dan panik di saat yang bersamaan. “Ck, kau teledor sekali, Caitlyn. Bisa-bisanya telat di hari yang penting seperti ini?” gerutunya sambil memperhatikan jam tangan merek gucci warna hitam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Dibukanya pintu salon kecantikan itu dengan agak tergesa-gesa. Seorang hair stylist langsung menyapa Caitlyn dengan ramah, “Pagi. Dengan Nona Caitlyn yang kemarin buat janji dengan kami?” Caitlyn mengangguk. “Tolong catok dan blow rambutku. Waktuku tidak banyak,” perintahnya usai duduk di atas bangku salon dan menyesap kembali secangkir kopi americano-nya. “Baik, Nona.” Selagi rambutnya didandani oleh sang hair stylist, Caitlyn lanjut membuka tablet-nya dan membaca kembali slide-slide powerpoint yang akan dia presentasikan setelah ini. Sagara Komarovski, bodyguard pribadi Caitlyn yang hampir selalu mengawalnya ke manapun dia pergi itu, sampai-sampai dibuat prihatin saat melihat betapa sibuknya Caitlyn—yang bahkan tidak punya waktu barang lima belas menit untuk memainkan games di ponselnya. Terutama di pagi hari, di hari dan jam kerja. Kalaupun Caitlyn mengecek ponselnya, biasanya sekadar untuk melihat notifikasi e-mail ataupun untuk menjawab panggilan masuk dari kolega kerjanya, seperti sekarang ini. “Saya sudah mengirim dokumennya ke tim human resources, dan mereka bilang akan merevisi dokumen itu secepatnya. Apa ada lagi yang Miss Caitlyn butuhkan?” tanya Meghan, sekretarisnya. “Tidak,” jawab Caitlyn. “Para expat itu sudah datang ke kantor?” tanyanya. “Belum semua, baru dua orang yang asalnya dari Swedia dan Malaysia,” jawab Meghan. Setidaknya Caitlyn bisa sedikit bernafas lega. Dia pikir, dia sudah ditunggu oleh banyak investor asing yang mau mengajaknya kerjasama, tapi ternyata dugaannya meleset. “Baiklah. Aku akan segera ke kantor, dan jangan lupa memberitahu yang lainnya untuk menjamu para expat itu dengan baik, oke?” perintah Caitlyn. Panggilanpun terputus. Gantian Sagara, yang sedaritadi berdiri tidak jauh dari tempat Caitlyn duduk, yang angkat bicara. “Nona tidak mau makan? Saya bisa belikan roti dulu kalau Nona mau. Saya lihat dari tadi pagi Nona cuma minum kopi, saya takut Nona drop lagi,” ucapnya khawatir. Dia tersenyum sambil menggeleng. “Tidak usah, aku tidak lapar,” tolak Caitlyn. Ponselnya kembali berbunyi selang lima belas menit kemudian. Kali ini yang meneleponnya adalah Zaiden Malvory, kekasihnya yang juga sudah dua tahun menjalin hubungan dengannya. “Morning, babe,” sapa Zaiden lembut. “Aku baru menyelesaikan sesi gym hari ini dan lagi on the way ke kantormu. Kamu mau, kan, makan siang bersama denganku?” ajaknya sambil menyetir mobilnya. “Tentu, sayang,” ujar Caitlyn seraya tersenyum. “Hati-hati di jalan.” Zaiden tersenyum lebar. “Alright, sampai jumpa nanti,” tuturnya. “Semangat buat presentasinya, sayang.” “Thanks,” ucap Caitlyn yang senyumnya juga ikut melebar, lalu mengakhiri panggilannya tak lama kemudian. Dia lanjut memperhatikan layar tablet-nya lagi sambil menyesap secangkir kopi americano-nya yang sudah nyaris dingin. Namun karena kelalaian sang hair stylist, tangan kanannya malah tidak sengaja menyenggol tangan Caitlyn dan membuat secangkir kopi americano-nya tumpah separo ke atas rok span selutut warna hitamnya. Dengan sigap Caitlyn bangkit berdiri dan mengambil beberapa lembar tissue untuk membersihkan roknya. “Haduh, kamu ini bagaimana sih?!” bentaknya pada sang hair stylist. “Maaf, Nona, saya tidak sengaja,” lirih sang hair stylist. Dia beralih memperhatikan pantulan dirinya dan rambutnya melalui cermin besar yang ada di hadapannya. Untungnya, karena hasil riasan sang hair stylist cukup memuaskan, Caitlyn lebih memilih untuk langsung membayar dan enggan ‘menyemprot’ sang hair stylist lagi. Ditambah, noda bekas kopinya itu memang tidak terlalu ketara di rok spannya yang warnanya hitam. Kelar Caitlyn keluar dari salon itu, Sagara langsung meminta maaf pada si hair stylist. “Maaf, sepertinya Nona Caitlyn sedang tidak mood karena kurang tidur dan kurang makan akhir-akhir ini,” katanya. “Tidak apa-apa, toh memang saya yang teledor,” ujar sang hair stylist takut-takut, yang sebisa mungkin menghindari konflik dengan putri pewaris Damaris Group itu. ***** Kepala Caitlyn terasa sedikit berputar sesampainya dia di gedung kantor megah yang segera akan jadi miliknya. Begitu keluar dari mobil, tubuhnya pun tiba-tiba terasa sempoyongan, sampai-sampai dia harus bertumpu pada bodyguard-nya agar tidak jatuh. “Nona tidak apa-apa?” tanya Sagara Komarovski dengan raut wajah cemas. Caitlyn hanya menggeleng dan lanjut berjalan lagi. Omong kasarnya, dia tidak peduli walaupun kepalanya pecah sekali pun, dia tetap harus menghadiri meeting penting ini. Baginya karir tetap yang nomor satu. Kedatangan Zaiden Malvory yang tak sampai sepuluh menit kemudian setidaknya membantu menurunkan rasa pening di kepala Caitlyn sebanyak empat puluh persen. Laki-laki bertubuh tinggi dan berhidung mancung itu datang menghampiri Caitlyn ke ruang kerja pribadinya sambil menunjukkan senyum manisnya—serta membawakan Caitlyn sebuket bunga mawar merah dan anggrek ungu segar kesukaannya. Dia memeluk Caitlyn dengan erat lalu memberikan buket bunga itu untuk Caitlyn. “Ini untukmu,” kata Zaiden. Diambilnya buket bunga itu lalu dihirupnya dalam-dalam. “Wangi sekali … Kamu tahu saja kalau aku sedang ingin mencium aroma bunga. Kebetulan bunga yang kamu kasih waktu itu juga sudah mulai layu,” tutur Caitlyn. Dia mencium bibir Zaiden selama dua detik usai meletakkan buket bunga pemberiannya ke atas meja kerjanya, “Thanks, honey.” “Coba sebutkan hal apa yang tidak aku tahu darimu? Aku tahu semua hal yang kamu suka dan tidak suka. Bahkan mungkin tingkat pengetahuanku akan dirimu melebihi orangtuamu sendiri …,” ucap Zaiden sambil memegangi kedua lengan Caitlyn yang mulus. Pandangannya beralih sejenak untuk menatapi gundukan kembar nan ranum milik Caitlyn. “…. aku juga tahu dengan persis seperti apa setiap inchi bentuk tubuhmu yang sexy ini,” rayunya. Tidak diresponnya gombalan kekasih hatinya barusan. Rasa sakit itu seketika menyambar kepala Caitlyn lagi. “Kamu kenapa?” tanya Zaiden sambil mengerutkan dahinya yang mulus. Dia menangkupkan paras cantik Caitlyn dengan kedua tangannya lalu menatapinya dengan serius. “Kamu terlihat pucat, Cait. Kamu sudah sarapan?” tanyanya yang terlihat tambah khawatir. Caitlyn menggeleng sambil memijiti pelipis mulusnya sendiri. “Nanti saja, sekalian makan siang denganmu,” jawabnya. “Rasanya aku mau mengajakmu pulang dan membuatkanmu makan siang sekarang juga,” tutur Zaiden seraya mengalungkan kedua tangannya di pinggang Caitlyn yang ramping. Dia tersenyum. “Kita bisa memakannya di atas ranjang sambil nonton film kesukaanmu. Sounds good, right?” imbuhnya. “Yes,” kata Caitlyn sambil tersenyum. Dia lanjut bicara seraya memainkan jari-jari tangan kanannya yang lentik itu ke atas d**a Zaiden yang bidang. “Lalu setelah itu aku bisa membuka seluruh pakaianmu satu per satu dan ‘memainkan sosis beruratmu’ sampai dia ‘muntah’ di wajahku. Itu, kan, yang kamu mau?” godanya. “Damn,” gumam Zaiden yang nafasnya terdengar sedikit kasar. Diremasnya b****g Caitlyn yang sintal dan berbentuk nyaris bulat sempurna itu dengan kedua tangannya. “Sungguh, aku bahkan tidak kepikiran sampai ke situ. Tapi mungkin kita bisa melakukannya nanti malam?” tawarnya dengan sorot nakal. Tok .. Tok .. Tok .. Meghan, sekretaris pribadi Caitlyn, tiba-tiba mengetuk pintu ruangan kerja pribadinya dan memecah ‘obrolan mesra’ keduanya. “Miss Caitlyn? Anda diminta untuk siap-siap sekarang,” ucapnya. “Baik, aku ke sana,” jawab Caitlyn. Dilepasnya rangkulan tangan Zaiden lalu diraihnya laptop beserta charger-annya yang tergeletak di atas meja itu dengan cekatan. Dikecupnya bibir Zaiden sekilas. “Sampai bertemu di jam makan siang nanti,” katanya. “Sini, biar aku saja yang bawakan,” tutur Zaiden sambil membawakan laptop beserta charger-an milik Caitlyn. Dia menyerahkan laptop dan charger-an itu kembali pada Caitlyn sesampainya di depan ruang meeting. Diciumnya kedua pipi mulus Caitlyn yang dipulas dengan sedikit blush on warna pink itu bergantian. “Good luck, babe. Aku tunggu kamu di lobby, oke?” pamitnya. Caitlyn hanya tersenyum seraya mengangguk. Irama jantung Caitlyn bertambah cepat begitu dia masuk ke dalam ruang meeting. Semua mata sontak tertuju pada dirinya, dan semua orang seketika hening. Diletakkannya laptop-nya ke atas meja meeting lalu dibukanya dengan tangan yang terlihat agak gemetaran dan berkeringat. Caitlyn tidak menyadari kalau wajahnya bahkan terlihat lebih pucat dibanding sebelumnya. “Are you okay, Miss?” tanya seorang expat yang berasal dari India. “Yes, I’m okay,” jawab Caitlyn seraya tersenyum tipis. Peluh mengucur semakin deras, membasahi tubuhnya yang terasa melemas dan kepalanya yang mulai berputar. “Good morning every …” Tidak sempat diselesaikannya sapaan hangatnya barusan. Tubuh Caitlyn kian melemah, kakinya mulai merasa lunglai—seolah-olah tidak sedang napak di atas lantai. Kepalanya semakin berputar dan berdenyut-denyut. Pandangan matanya mulai kabur, dan perlahan berubah jadi gelap sempurna saat dirinya jatuh, ambruk ke atas lantai ruang meeting yang dingin ... ***** Suara monitor detak jantung membangunkan Caitlyn dari alam ketidaksadarannya. Dia mengedip-ngedipkan sepasang maniknya dengan pelan, dan mendapati kalau infus sudah menancap di tangan kanannya. “Nghh …,” erangnya menahan sakit. “Caitlyn? Kamu sudah sadar?” tanya Joanna, ibu kandung Caitlyn. Dia tidak menemani putri kesayangannya sendirian, melainkan ditemani pula oleh Sagara dan Zaiden. “Aku di rumah sakit?” tanya Caitlyn yang nampak sedikit kebingungan. Joanna mengangguk, “Iya, kata Sagara kamu kamu pingsan di ruang meeting.” “Saya dan Tuan Zaiden yang membawa Nona ke rumah sakit,” timpal Sagara. “Bisa tinggalkan kami berdua?” pinta Joanna pada Sagara dan Zaiden. Dia lanjut bicara pada Zaiden sambil menatapnya dengan sorot sinis nan tajam, “Ada yang mau aku sampaikan pada putriku.” “Baik, Nyonya,” ucap Sagara, lalu keluar dari kamar pasien itu bersama dengan Zaiden. “Kapan ayah kembali dari business trip-nya?” tanya Caitlyn pada Joanna dengan nada bicara agak ketus. “Pesawatnya berangkat malam ini,” jawab Joanna. “Sagara bilang kamu belum makan dari pagi? Hasil pemeriksaanmu juga menunjukkan kalau kamu sedikit dehidrasi dan kadar gula darahmu rendah. Harusnya kamu lebih memperhatikan kesehatanmu sendiri, Caitlyn!” omelnya. “Sudahlah! Ibu kan tidak merasakan bagaimana susah dan ribetnya jadi diriku!” celoteh Caitlyn. Joanna menghela nafas panjang. “Dokter menyuruhmu untuk istirahat dan berpesan agar kamu tidak lupa makan dan minum. Soal meeting itu, ibu sudah memberitahu ayahmu untuk me-reschedule-nya, sekalian menggantikanmu,” jelasnya. Caitlyn enggan merespon lagi. Siangnya, dokter sudah memperbolehkannya untuk pulang. Begitu melihat ibunya sudah masuk ke dalam mobil, buru-buru dia bicara pada Sagara, “Pulanglah bersama dengan ibuku. Biar aku balik dengan Zaiden.” “Tapi …” “Please, Sagara, mumpung ibu belum lihat,” mohon Caitlyn. Dia menoleh ke arah mobil tesla hitam milik ibunya lalu bicara pada bodyguard-nya lagi, “Kalau ibu bertanya, bilang saja aku sedang makan siang bersama dengan teman-temanku. Oke?” “Oke …,” ucap Sagara yang mau tidak mau menuruti permintaan Caitlyn. “Tolong jaga Nona Caitlyn baik-baik,” pesannya pada Zaiden sebelum akhirnya meninggalkan keduanya di parkiran rumah sakit. Zaiden hanya mengangguk dengan serius. Dia membawa Caitlyn masuk ke dalam mobilnya. “Maafkan kelakuan ibuku yang menyebalkan tadi,” tutur Caitlyn kelar memakai sabuk pengamannya. Disisirnya rambut Caitlyn yang halus itu dengan jari-jari tangannya. “Hey, no need to sorry. Ibumu juga tidak melakukan apa-apa padaku,” kata Zaiden seraya tersenyum. “Memang. Tapi cara dia melirikmu itu yang membuatku naik darah,” gerutu Caitlyn. Diciumnya dahi mulus Caitlyn selama dua detik. “It’s okay, baby,” tenang Zaiden seraya menangkupkan wajah Caitlyn dengan satu tangannya. “Antar aku pulang ke apartemenku, ya?” pinta Caitlyn manja. Dia lanjut bicara selang lima detik kemudian. “Ah, aku lupa. Kemarin bra dan panties baru pesananku sudah sampai, tapi belum aku coba karena aku mau mencobanya di depanmu,” rayunya. Zaiden menyeringai lebar. “f**k,” gumamnya seraya meremas satu gundukan ranum milik kekasihnya. Dilumatnya bibir Caitlyn dengan penuh cinta. “Kita akan segera bersenang-senang setelah ini, sayang,” bisiknya. ♥♥TO BE CONTINUED♥♥ akhirnya cerita baru up juga ♥  jangan lupa beri komen, krisar (kalau ada) dan tap love yah pembacaku tercintah semua~ muah muah

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook