bc

Mengejar Surgamu

book_age16+
411
FOLLOW
1.7K
READ
fated
arranged marriage
goodgirl
powerful
inspirational
doctor
tragedy
spiritual
surrender
like
intro-logo
Blurb

ini adalah tentang kisah Nazwa. Seorang Dokter cantik yang tengah berjuang menjadi garda terdepan dalam menghadapi pandemi Corona.

Ditengah getirnya kondisi dunia, ia malah dihadapkan pada pernikahan yang tak direncakan bersama Alif yang juga seorang dokter.

Dalamnya cinta Alif terhadap almarhum calon istrinya, membuat Nazwa harus berjuang demi mendapatkan cinta dari suaminya.

chap-preview
Free preview
Part 1
Ini adalah kisah Seorang dokter cantik yang terlibat dalam penanganan Covid-19. Ia adalah Nazwa Khanza Az-Zahra. Ia seorang wanita yang Sholehah, menjunjung tinggi agama nya. Namun ditengah getirnya Nazwa dalam menyelamatkan nyawa pasien covid-19, ia dihadapkan pada situasi di mana ia harus menikah dengan seorang Alif Al Ghifari. Nazwa bingung harus melakukan apa, menikah atau menyakiti? Namun Nazwa Memili menerima pernikahan itu agar tidak menyakiti hati orang yang sangat berjasa menurut nya. Namun takdir tidak memihak kepada Nazwa. Menikah agar tidak menyakiti hati orang lain, tapi malah dia yang harus tersakiti. Alif tidak pernah menginginkan pernikahan itu, karena ia masih terlalu cinta kepada almarhumah calon istrinya. Pil pahit selalu ditelan oleh Nazwa. Ia terus saja berjuang agar suatu saat ia bisa mendapatkan hati suaminya. Apakah usaha Nazwa itu akan berbuah manis? *** "maksud kedatangan saya kesini untuk melamar anak bapak yang bernama Adiba Sahara untuk menjadi istri saya." Ucapan itu keluar dari mulut Alif. Ya, Alif datang kerumah Adiba untuk meng khitbah wanita itu. Ayah Adiba terlihat memandang kearah anaknya, Adiba Sahara, wanita yang di lamar oleh seorang Alif Al Ghifari beberapa detik yang lalu. Adiba terlihat menunduk diam, menyembunyikan rasa gugupnya. "Bagaimana nak, apa kamu mau menerima lamaran nak Alif?" Tanya ayah Adiba. Adiba mengangkat kepalanya membuat orang-orang yang menunggu jawabannya menahan napas. Dengan sedikit tersenyum, Adiba mengangguk sebagai tanda bahwa ia menerima lamaran ini. Semua yang ada disana bernapas lega, bahagia mendengar jawaban Adiba. "Alhamdulillah," ujar Alif sambil tersenyum. "Jadi bagaimana, kapan kita bisa membicarakan masalah pernikahan anak-anak kita ini?" Tanya ayah Adiba Kepada orang tua Alif. "Secepatnya pak, karena ini hal baik jadi ga baik kita tunda terlalu lama," jawab pak Furqan, ayah Alif. "Saya setuju pak Furqan." Ayah Adiba melirik Alif dan Adiba secara bergantian. "Jadi kapan kira-kira kalian bisa cuti dari rumah sakit?" Tanya nya lagi. Ya, Alif dan Adiba adalah dokter yang sama-sama tugas di rumah sakit yang sama. Karena itu mereka bisa menjadi dekat. "Insyaallah, secepatnya pak," jawab Alif. "Kami akan mulai mengurus persiapan nya dari sekarang, pastikan kalian bisa secepatnya mengurus cuti kalian!" "Baik yah, pak," jawab Adiba dan Alif bersamaan. Setelah itu mereka semua yang ada disana mulai membicarakan masalah pernikahan. Alif merasa sangat bahagia, akhirnya niatnya ingin menikahi wanita yang selama ini diam-diam ia sukai sebentar lagi bisa terkabul. Hal itu juga dirasakan oleh Adiba. Dia tidak menyangka akan dilamar oleh seorang Alif. Laki-laki yang Sholeh, tampan dan juga bertanggung jawab. *** Seluruh dokter dan tim medis yang bertugas di rumah sakit tempat Alif dan Adiba bekerja hari ini d kumpulkan secara mendadak oleh kepala rumah sakit. Itu semua menimbulkan pertanyaan di otak para tim medis. Apakah ini ada kaitannya dengan pemberitaan yang akhir-akhir ini sedang hangat di perbincangkan? Atau malah ada hal lain. Setelah semua dokter dan tim medis sudah berkumpul, kepala rumah sakit pun memulai pembicaraan nya. "Selamat pagi semuanya." "Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya tiba-tiba mengumpulkan kalian semua disini?" Semua orang mengangguk. "Baiklah, saya akan mengatakan alasannya. Akhir-akhir ini, dunia sedang dihebohkan dengan kemunculan sebuah penyakit baru. Kalian semua pasti sudah mendengar tentang Corona Virus Disease atau covid-19." Lagi-lagi semuanya mengangguk. Siapa yang tidak tau dengan berita munculnya virus tersebut. Akibat kemunculannya, semua orang di berbagai belahan dunia sudah mulai waspada dan mengantisipasi penularan virus tersebut. "Kita semua tahu, bahwa resiko penularan virus Corona ini sangat besar. Orang bisa tertular kapan saja dan dimana saja. Dan sampai sekarang ini, belum ada yang bisa menemukan vaksin untuk penyakit tersebut." "Disini saya ingin menyampaikan sebuah kabar yang sangat tidak mengenakkan. Virus Corona sudah menular di berbagai negara, dan sekarang termasuk juga negara kita." Semuanya masih diam mendengar ucapan kepala rumah sakit tersebut. "Menurut informasi dari gugus tugas percepatan penanganan covid-19, sudah terkonfirmasi satu warga Indonesia yang terinfeksi virus Corona." "Dan kita sebagai tim medis yang akan menangani kasus ini, hendaknya selalu bekerja sama untuk memerangi penyakit ini." *** Setelah pertemuan itu selesai, semua yang ada diruang tersebut pun langsung membubarkan diri. Mereka sama-sama mempersiapkan diri untuk bertempur melawan penjajah kecil namun berdampak besar itu. "Mas Alif!" Panggil Adiba setelah keluar dari ruangan tersebut. Alif menoleh dan tersenyum kepada Adiba. "Ada apa Dib?" Tanya Alif. "Mas Alif udah dengarkan apa yang sudah disampaikan oleh pak kepala tadi?" Alif mengangkat. "Apa sebaiknya kita urus masalah cuti kita undur dulu mas? Bukan bermaksud apa-apa, tapi gak mungkin kan kita meninggalkan tugas-tugas kita dalam kondisi seperti ini." Alif pun tersenyum. "Aku setuju sama kamu, ini pekerjaan mulia jadi kita tidak boleh meninggalkan nya. Baiklah, biar nanti kita bicarakan ini sama orang tua kita." Adiba pun mengangguk. Alif begitu bertanggung jawab, lebih memilih mengabdi kepada negara dari pada mengutamakan kepentingan pribadi nya. Hari berjalan begitu cepat. Hal yang sangat ditakuti pun sudah terjadi. Setiap hari, pasien yang terinfeksi virus Corona semakin bertambah. Para tim medis yang menjadi garda terdepan pun tengah berjuang untuk menyelamatkan nyawa para pasiennya, begitu pula dengan upaya pemerintah. *** Hiruk pikuk rumah sakit begitu berdesakan. Para dokter dan tim medis yang lengkap dengan pakaian APD nya terlihat berlalu lalang kesana kemari untuk memantau para pasien. Rumah sakit tempat Alif bekerja di putuskan untuk menjadi rumah sakit rujukan pasien covid-19. Dan mau tak mau Alif dan Adiba pun harus menunda pernikahan mereka karena mereka terlibat dalam menangani penyakit ini. "Dokter Alif!" Panggil salah seorang perawat. "Iya?" "Ada pasien yang baru saja dirujuk kesini dok, dan kondisi nya terlihat kritis," ujar perawat tersebut memberi tahu. "Di kamar mana pasiennya?" "Di kamar anggrek no 45 dok." "Baik, sebentar lagi saya akan kesana, siapakan semua yang kita perlukan!" "Baik dok." Perawat yang memakai APD lengkap itu pun pergi menuju kamar pasien tersebut. Alif yang sudah lengkap memakai APD pun langsung pergi menuju kamar pasien yang dibilang oleh perawat tadi. Benar saja, pasien tersebut terlihat kesulitan bernapas, ia terus saja terbatuk-batuk. Alif dengan cepat langsung memberikan pertolongan pertama kepada pasien tersebut. Setelah dirasa sudah mulai membaik, Alif pun memasang kan alat bantu pernapasan atau ventilator kepada pasien tersebut. "Pantau terus keadaan pasien! Pastikan pasien baik-baik saja!" Ujar Alif kepada para perawat yang ada disana. "Baik dok." Alif berjalan keluar dari ruangan tersebut. Dari kejauhan, ia melihat Adiba yang berjalan lesu. Ya, walaupun pakai APD, Alif dapat mengetahui setiap tim medis lewat nama yang ditulis di APD tersebut. "Adiba!" Panggil Alif. Alif berjalan menghampiri wanita itu. Dari balik masker dan alat pelindung wajah terlihat begitu jelas mata sayu milik Adiba. Seperti nya wanita itu tidak baik-baik saja. "Kamu kenapa Diba?" tanya Alif khawatir. "Aku gak papa kok," jawab Adiba. Suara Adiba terdengar serak ditelinga Alif. "Kamu beneran gak papa? Itu suara kamu serak loh?" Alif semakin terlihat khawatir. Bagaimana tidak, sudah beberapa minggu ini mereka selalu berhadapan langsung dengan para pasien covid-19, jadi kemungkinan tertular itu besar. Walaupun sudah memakai APD sekalipun, itu tidak bisa menjamin. Belum sempat menjawab, Adiba sudah ambruk dan tak sadarkan diri membuat Alif jadi semakin panik.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MOVE ON

read
94.9K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.6K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook