bc

Driving Me Crazy [Indonesia]

book_age16+
4.5K
FOLLOW
35.1K
READ
love after marriage
friends to lovers
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Squel of "Disguise"

"Kalau kalian emang suka anak-anak, kenapa nggak kolaborasi aja bikin sana!" bentak Anna yang sukses membuatku melongo.

"Apa sih lo?! Sirik aja! Bener deh kata Anna mending lo nikah sono sama Jeje. Biar bisa rasain punya suami, nggak ngangguin yang udah nikah!" cibir Zia yang otomatis membuatku bungkam.

"Iya Ta, ya udah kita nikah aja nyok! Mama juga pasti seneng punya mantu kayak lo, lucu katanya." Kutu kupret Jeje ikutan bersuara.

Aku menutup telingaku kuat-kuat agar suara-suara itu tak lagi terdengar, namun seperti kaset rusak. Tiga kalimat itu selalu mengulang di otaku seperti sebuah program yang tak habis-habis.

"Nggakk... Gue nggak mau nikah sama kunyuk Jeje!"

Meta itu sudah kenal Jeje sejak anak itu masih ingusan. Meta itu kenal Jeje sejak bocah satu itu belum lancar bahasa Indonesia. Meta itu sayang Jeje karena mereka sahabatan. Tapi kalau tiba-tiba dilamar? Apa Meta masih bisa bilang "Sayang" Jeje?!?

chap-preview
Free preview
1. Abang Ganteng
"Kalau kalian emang suka anak-anak, kenapa nggak kolaborasi aja bikin sana!" bentak Anna yang sukses membuatku melongo. "Apa sih lo?! Sirik aja! Bener deh kata Anna mending lo nikah sono sama Jeje. Biar bisa rasain punya suami, nggak ngangguin yang udah nikah!" cibir Zia yang otomatis membuatku bungkam. "Iya Ta, ya udah kita nikah aja nyok! Mama juga pasti seneng punya mantu kaya lo, lucu katanya." Kutu kupret Jeje ikutan bersuara. Aku menutup telingaku kuat-kuat agar suara-suara itu tak lagi terdengar, namun seperti kaset rusak. Tiga kalimat itu selalu mengulang di otaku seperti sebuah program yang tak habis-habis. "Nggakk... Gue nggak mau nikah sama kunyuk Jeje!" teriakku sudah dalam posisi... duduk? Tunggu! Di mana ini?! Kuperhatikan sekeliling, seperti kamarku... Dan akhirnya aku mengelus d**a sambil mengeluarkan nafas lega. Ternyata memang kamarku, fiuhhhh. Jadi tadi cuma mimpi?! Apa coba mimpiin para kacrut yang ngomongnya nggak bisa disaring itu??? Dasar! Liat aja nanti aku mintain pajak udah nongol dimimpiku dengan seenaknya! Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, adik tengilku Citra berhambur masuk kamarku tanpa merasa perlu mengetuk terlebih dulu. "Napa Mbak? Mana pencurinya? Mana yang mau perkosa Mbak? Mana? Biar aku hajar itu orang?!" katanya histeris. Pencuri? p*******a? Dih kenapa lagi nih anak? Kesambet setan subuh kali yak?! Kuraup wajahnya yang berada tepat di depan wajahku. "Issshhh apaan sih?! Orang mau nolongin malah diperlakuin kaya gini" keluhnya mengelus wajahnya yang barusan kuraup. "Lagian kamu ngomongnya sembarangan! Kagak ada tuh pencuri sama p*******a! Ih amit-amit jabang bayi deh!" kataku bergidik. Citra menghela nafas lega, duduk di sisi ranjang masih menatapku. "Lah terus kenapa tadi Mbak teriak?" tanyanya heran. Aku memutar bola mata malas. "Mimpi buruk!" Tiba-tiba sebuah bantal mendarat di wajahku. Siapa lagi kalau bukan cicit-cicit melati ali baba pelakunya! "Ih apaan sih kamu de! Gak sopan banget tau!" "Lagian mimpi aja sampe ngerusuhnya di dunia nyata! Teriakan Mbak itu bisa bangunin saur se-RT tau gak!" "Lebay!" Citra malah meleletkan lidahnya ke arahku sambil berlalu. "Disuruh Bunda turun tuh! Cepetan sholat subuh dulu!" sambungnya sebelum menutup pintu. Kulirik alarm jamku di atas nakas. WHAT?! HAMPIR JAM 6? Aku belum sholah subuh! Tanpa banyak berpikir aku turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. *** "Itu Bun, masa Jeje ngelamar aku kaya gitu? Mana mau aku nikah sama dia 'kan?!" sungutku sebal ketika cerita pada Bunda apa yang membuatku bermimpi histeris pagi-pagi buta. "Lah.. memangnya kenapa kalau Jeje melamarmu dengan cara seperti itu? Masih untung ada yang mau melamarmu, Nak. Bunda malah khawatir anak Bunda ini nggak nikah-nikah karena sikapmu yang seperti ini" kata Bunda masih sibuk dengan adonan kuenya. Ih Bunda nyebelinnnnnn.... Masa malah ngebelain anak orang dibanding anaknya sendiri?! Jeje koplak! Ini semua salah kunyuk Anna yang ngomong sembarangan! Aku cemberut memasukan potongan kue yang baru kuangkat kedalam mulutku dengan seenaknya. Sampai aksiku dihentikan Bunda yang memukul punggung tanganku. "Auw, sakit Bunnn..." keluhku sambil mengelus-elus bekas pukulan Bunda. Padahal mah nggak sakit-sakit amat sih, tapi aku memang suka bermanja-manja sama Bunda.. hehe "Lagian, kamu tuh kue buat tamu malah kamu yang makanin!" Aku hanya nyengir lebar dipandangi geram oleh Bundaku yang masih cantik seperti anaknya ini. "Abis enak sih, Bun... Emang tamu siapa sih yang mau dateng?! Hari sabtu begini?" kataku mengambil sepotong kue lagi yang langsung dihadiahi pelototan dari Bunda. Kebetulan kuliahku libur hari ini. Dan jangan ditanya aku akan kemana. Karena sahabat-sahabatku yang somplak itu tentu saja sibuk dengan pasangan mereka masing-masing. Secara gitu malem minggu, nggak kaya aku yang nganggur karena jomblo akut ini. Jeje juga jomblo sih, biasanya aku pergi sama dia entah itu nonton, makan, atau cuma nongkrong-nongkrong nggak jelas.. tapi sekarang males ah! Takut otaknya belum parkir ke tempat yang benar. Mending di rumah bantuin Bunda bikin kue.. eh bantuin makan doang sih aku, haha. "Makannya nanti kamu harus sopan..." Kata Bunda yang baru terdengar di telingaku. "Eh? Apa Bun?" Tanyaku bingung. Bunda mendelik ke arahku yang kini sibuk nyengir sambil mengusap tekukku yang entah kenapa jadi merinding disko. "Kamu tuh Bunda ngomong dari tadi gak didengerin ya?!" Aku hanya tertawa ringan sambil mengangguk malu, malu-maluin maksudnya. Gimana enggak? Aku sok ngamatin, tapi malah nggak denger apa-apa yang barusan Bunda nasehatin ke aku. Kayaknya sih gitu denger dari kalimat akhirnya, Bunda lagi nasehatin aku, sayangnya aku gak denger. "Ulangin lagi gimana Bun?" "Siaran ulang mahal!" ketus Bunda meninggalkan adonannya dan beralih ke oven, mengangkat satu loyang kue lagi. "Dih Bunda ngambekan deh ah!" Bunda hanya diam memasukan kue-kue yang sejak tadi kumakani ke dalam toples. "Kamu tuh jangan makan doang dong. Nggak bisa bantuin bikin, masukin kuenya ke toples ke," protes Bunda. Kali ini pandanganku menyapu dapur dan pintu halaman belakang, lalu ruang tengah yang terlihat sebagian dari meja makan tempat kuberada. Kali ini pura-pura tak mendengar kata-kata Bunda barusan. "Ayah sama Cicit mana, Bun? Kok udah nggak keliatan pagi-pagi gini?" "Kalo disuruh aja pura-pura nggak denger!" gerutu Bunda, "Emangnya Ayah sama Citra kayak kamu! Hari libur bangun siang dan malah diem gangguin Bunda. Mereka sih udah berangkat olahraga dari tadi." jelas Bunda yang kubalas dengan anggukan mengerti. "Aku mah nanti aja Bun olahraganya." Bunda menatapku malas. "Nanti kapan? Kamu malesnya minta ampun kaya gitu." Aku nyengir superrrr duper lebar. "Nanti Bun kalo udah nikah, olahraga ranjang" kataku menahan tawa. Bunda sontak melotot ke arahku, mengangkat spatula yang kini dalam genggamannya. "Astagfirullah, Metaaaaa!!! Kamu ngomong apa sih? v****r gitu omongannya anak gadis! Ini mah beneran Bunda harus ngomong sama Ayah biar segera nikahin kamu! Ampun Bunda mah, kamu kok bisa ngomong kaya gitu sih? Memangnya tau apa yang kamu omongin?!" kata Bunda mencak-mencak. Aku sudah menangkupkan kedua tanganku di depan d**a memohon permohonan maaf dari Bunda sambil meringis ketakutan membayangkan kalau sampai spatula itu mendarat di tubuhku, pasti sangat menyakitkan. "Ampun Bun ampunnnnn... Aku kan cuma bercanda, Bunda. Lagian kaya Bunda baru aja punya anak aku, dari dulu kan aku emang kaya gini..." kataku memohon. "Iya, makannya Bunda bakalan bilang sama Ayah kalau kamu harus dinikahin cepet-cepet biar nggak macem-macem dan malu-maluin Bunda!" "Gak apa-apa Bun aku dinikahin, tapi sama yang cakep yah" kataku tersenyum sambil menaik turunkan alisku. Bunda masih sibuk memarahiku meski sudah kembali fokus dengan kue dan masakannya di dapur. Aku menghela nafas lega saat bel rumahku berbunyi menyelamatkanku dari amukan Bunda yang panjangnya bisa dikalikan lebar ditambah kan tinggi dan dibagi tiga, apalah ini. "Bel Bun, aku bukain dulu ya.." kataku langsung ngacir menuju pintu depan rumahku. Dan saat membuka lebar pintu, yang terlihat malah sosok yang paling malas kutemui saat ini. "Halo Neng cantik... Abang ganteng dateng nih ngejemput eneng" kata sosok itu yang otomatis membuatku mendengus sebal. "Ngapain lo kesini? Nggak ada kerjaan yah? Dateng ke rumah orang bukannya ngucapin salam malah ngerayu!" Orang rese di depanku--yang pasti sudah dapat kalian tebak siapa--malah nyengir nggak tau malu. "Elah Neng, itu kan stategi.. lo juga bukannya nyuruh tamu masuk malah bentak-bentak" keluhnya. "Tamu? He... to the Loooo sejak kapan lo merasa jadi tamu di rumah gue?! Udah ah sana pulang! Gue lagi males pergi sama lo!" Kataku hampir menutup pintu, namun tangan besar Jeje sudah menahannya. "Kok gitu? Biasanya juga lo malmingan sama gue kan? Kenapa nggak mau pergi? Lo sakit, Yang?" tanyanya sok khawatir. Tunggu, tunggu... tadi dia manggil aku apa? "Yang?!" sayang maksudnya? "Yang-yang pala lu peyang. Malmingan sih jemputnya pagi, dodol. Udah ah sana pulang! Gue sibuk! Nanti malem ada tamu penting kata Bunda." Entah karena ada angin apa atau hanya perasaanku saja tiba-tiba wajah Jeje berubah semringah, namun kembali memasang tampang sok gantengnya beberapa detik kemudian. "Gue nanti malem juga nggak bisa, ada urusan PEN-TING. Makannya gue ngajak lo sekarang, Sayang." Cengirannya lagi-lagi membuatku bergidik geli. "Sekali lagi lo bilang 'sayang' gue cubit tuh mulut!" Aku melotot. "Nggak apa-apa kok, asal cubitnya pake bibir kamu ya" ujarnya menaik turunkan sebelah alisnya sambil tersenyum m***m. Aku langsung pura-pura ingin muntah di depannya. "Najis banget sih lo! Udah gue bilang gue sibuukkkkk.." kataku gemas. Bukannya menyerah Jeje malah seenaknya nyelonong masuk disaat aku mulai lengah. Tuh kan kurang ajarnya mulai, gimana mau dianggap tamu coba? Sementara sikapnya aja kaya gitu. "Emang tamu siapa sih yang mau dateng?" tanyanya berjalan di depanku menuju dapur. "Eng.. Nggak tau sih, tapi kata Bunda penting, makannya lo pulang gih sana" usirku lagi. Jeje berbalik menatapku tajam. "Masih malem ini tamunya, sekarang lo wajib ikut gue dulu!" Jeje memaksa, lalu kembali melanjutkan langkahnya ke dapur. Aku mendengus sebal masih mengikuti langkahnya yang seolah tau Bunda sedang ada di mana. "Halo Bunda cantikkkk.." sapa Jeje menghampiri Bunda mencium punggung tangannya dan kedua pipi Bunda. "Eh anak Bunda kok udah dateng? Bukannya..." "Eh, iya Bunda mau ngajak Meta jalan dulu sebentar ya, Bun? Boleh kan? Janji deh nggak akan ngerusak acara sama tamu penting nanti malem" kata Jeje sambil menatap genit padaku. Kubalas dengan leletan lidah ke arahnya. Nggak sopan banget sih tuh anak! Bunda belum selesai ngomong kok di potong! Apa lagi itu? Bisik-bisik sama Bunda?!? "Ya udah deh sana kalian pergi, bawa yang jauh kalo bisa Je, dari pada gangguin Bunda di sini." Kata Bunda menusuk hatiku. Aku merengut, sementara Jeje tertawa puas. "Ih Bunda kok gitu sih?! Aku nggak mau pergi ah! Mending bantuin Bunda di rumah." Aku berusaha membela diri. Aku benar-benar tak ingin pergi dengan Jeje... rasanya anak itu makin aneh aja dari hari ke hari semenjak celetukan Anna yang membawa mimpi buruk itu! "Alah, Bunda nggak perlu dibantuin kamu kalo cuma bantu makan doang" cibir Bunda membuatku semakin mayun sepuluh senti. "Ih jelek gitu mukanya.. Udah sana ganti baju, gue tunggu lima belas menit di sini" perintah Jeje tak bisa dibantah, terlebih Bunda juga mengusirku. Huhuhu ini yang anaknya Bunda siapa sih? Dan apa lagi itu? Kenapa mereka bisik-bisik lagi? Aneh nih pada?! Kenapa sih? Kuhentak-hentakkan kakiku kasar agar mereka sadar kalau aku sebel banget sama mereka. Tapi seolah tak mendengar Bunda dan Jeje malah asik ngobrol sampai kepergianku menghilang dari pandangan mereka. Hiks, aku terpaksa ikut Jeje rese hari ini, nasib jomlo akut nggak bisa nyari alesan lain untuk menghindar. ---***--- Iya, iya saya tau saya labil. Bolak-balik publish-unpublish cerita ini sama kalian. Nih saya kasih lagi nih Papa Jeje buat para fans-nya. Kali ini janji deh sampe tamat. Capek juga di PHPin penerbit, kasian Papa Jeje dikekepin lama-lama, mending dibaca kan? #menghelanafas #sakilagigalau #proposalskripsidianggurin

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.5K
bc

His Secret : LTP S3

read
650.1K
bc

PEPPERMINT

read
369.6K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook