bc

Kau Tak Perlu Menikahiku

book_age18+
9.2K
FOLLOW
59.5K
READ
love-triangle
contract marriage
escape while being pregnant
love after marriage
pregnant
coming of age
sacrifice
substitute
Neglected
like
intro-logo
Blurb

"Aku tak mau menerimanya, Mas! Karena aku bukan w************n," ucap Nana ketika Bintang menyodorkan uang kepadanya. Tepat di pagi hari setelah apa yang menimpa Nana semalam karena perbuatan laki-laki tersebut.

***

Nana adalah seorang gadis miskin yang menjadi tulang punggung keluarga. Disuatu malam, kejadian naas pun menimpanya. Bintang, sang Bos ditempatnya bekerja secara tak sengaja telah merenggut kesucian gadis tersebut.

Masa depan Nana pun hancur. Apalagi setelah mengetahui, ia telah hamil.

Tak mungkin Nana meminta Bintang untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Karena Nana tahu persis, bahwa ada perempuan lain yang sangat dicintai oleh laki-laki tersebut.

Lalu, apa yang musti Nana lakukan?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Bintang duduk tenang di dalam mobil, sembari matanya terus melihat jalan di bekangnya dari pantulan spion. Sudah setengah jam-an ia dalam posisi seperti ini. Menunggu kemunculan Keyra, gadis pujaan hatinya yang berjanji akan segera datang. Sudah lima tahun lamanya mereka berpacaran. Namun hubungan mereka masih tetap sama, selalu penuh ketegangan, karena tak mengantongi restu dari orang tua Keyra. Kata Burhan, sang Ayah, Bintang bukanlah laki-laki yang baik. Ia memang lahir dari keluarga berada, namun pembawaannya akan membuat putrinya sengsara di kemudian hari. Itulah yang Burhan yakini sejak dulu, sejak ia mengenal Bintang. Memang wajar seorang Ayah akan berfikiran seperti itu jika mengetahui sifat dari laki-laki seperti bintang. Ia arogan, tak bisa diatur, hidup seakan semaunya dia. Jadi mungkin terhadap wanita pun pasti ia tak akan menjadi tempat nauangan yang sempurna. Padahal sebenarnya tidak seperti itu. Bintang terhadap Keyra tak main-main. Perasaannya tulus lebih dari laki-laki lain ketika mencintai. Karena di dalam hatinya ia hanya mengenal satu orang, yaitu Keyra, tak ada yang lainnya. Prinsipnya, ia hanya akan jatuh cinta sekali, berpacaran sekali, bahwa menikah pun tentu juga hanya sekali. Ia mengenal Keyra semasa kuliah. Tepatnya di awal-awal semester mereka menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sebelumnya Bintang tak pernah jatuh cinta pada wanita lain. Meski dengan parasnya yang rupawan seharusnya ia pun bisa memilih salah satu, atau beberapa orang di antara mereka. Tetapi nyatanya, ia baru mengenal apa itu cinta, setelah bertemu Keyra. Gadis biasa yang entah mengapa begitu luar biasa di mata bintang. *** "Ingat, Key! Cukup kau beritahu dia dengan gamblang, lalu setelah itu kau harus segera meninggalkannya. Tak perlu berlama-lama," titah Burhan ketika Keyra hampir melangkah keluar. "Baik, Ayah," jawab Keyra singkat. Hanya menunduk, tak berani menatap mata ayahnya. "Sudah beruntung kau kuberi kesempatan seperti ini. Jika orang lain mungkin mereka tak akan perduli dengan nasip ia nanti. Jadi Ayah tegaskan sekali lagi, jangan coba-coba kau melanggar apa yang sudah kita sepakati," terang Burhan seperti tak bosan-bosannya mewanti-wanti Keyra. Padahal gadis ini memang sudah pasrah. Seperti tak mengharapkan apa-apa lagi. Pikirnya, mungkin perkataan sang Ayah pasti ada maksud baik di dalamnya. Itulah yang menjadi keyakinannya saat ini. "Keyra pergi dulu ya, Yah!" pamit Keyra tanpa ada jawaban dari bibir Burhan. Laki-laki setengah baya yang begitu kolot jika itu menyangkut masa depan putri sematawayangnya. Keyra pun segera pergi, walau tanpa jawaban berarti dari sang Ayah. *** Bintang mengambil sebatang rokok lagi dari dalam dasboard mobilnya. Ia pun segera menyalakannya dengan pemetik yang ia rogoh dari dalam saku celana. Genap sudah ia menghisap tiga batang rokok sembari menunggu kedatangan Keyra. Janji yang seharusnya datang dari setengah jam yang lalu. Bintang pun menyandarkan kepalanya di jok mobil hingga berposisi setengah menengadah. Nampaknya ia sedang mengusir rasa bosannya dengan sesekali ia katupkan kelopak di kedua netranya. Tetapi nihil, perasaannya yang tak tenang mana mungkin bisa membuatnya terlelap begitu saja. Di dalam hatinya ada perasaan was-was. Jangan-jangan Keyra mengalami hal yang sama seperti beberapa waktu yang lalu. Sang Ayah memergokinya saat hendak memenuhi janji untuk bertemu Bintang. "Hah ... semoga saja bukan seperti itu!" batin Bintang sembari matanya kembali tetuju ke arah jalan. Samar-samar ia melihat wanita yang tengah berjalan semakin mendekat. Gadis berambut panjang dengan gaun merah muda yang dikenakannya. Gaun yang pernah ia lihat karena memang dia lah si pemberi tersebut. Senyuman Bintang pun mengembang ketika ia yakin betul bahwa gadis tersebut adalah Keyra. Ia bergegas turun dari mobilnya. Bermaksud memberi sapaan kepada gadis pujaan hatinya. Ia melemparkan senyum ke arah Keyra, dan gadis itu membalas dengan hal yang sama. "Kok lama, Key?" tanya Bintang ketika Keyra telah benar-benar sampai di hadapannya. "Aku sudah benar-benar terlambat ya?" "Tak apa-apa. Kamu akhirnya datang saja. Aku sudah sangat bersyukur." Keyra pun tersenyum getir. Bukan senyuman kebahagiaan yang sering ia perlihatkan kepada Bintang. "Masuklah!" Bintang membukakan pintu mobil untuk Keyra. Sedang Keyra bergegas masuk lalu tiba-tiba menyandarkan kepalanya di jok belakang punggungnya. Bintang ikut segera masuk. Tanpa berlama-lama, mesin mobil pun segera ia hidupkan. "Kau ingin ke mana?" tanya Bintang saat mobil yang ia kendarai mulai berjalan dengan kecepatan sedang. "Aku ingin ke tempat di mana kita jadian dulu, Tang!" "Memang dulu di mana? Aku lupa." Sekilas nampak Keyra pun menghela nafas karena lagi-lagi menyaksikan bagaimana sifat buruk Bintang yang tak mungkin bisa dihilangkannya. Sifat yang tak begitu perduli terhadap apa pun yang ada disekitarnya. Walaupun itu menyangkut dirinya sendiri. "Hei, ayolah, Key, jangan cemberut gitu. Sungguh aku benar-benar lupa di mana kita jadian dulu!" sahut bintang sembari mengelus puncak kepala Keyra. "Di sebuah restoran dekat kampus kita dulu." "Ya, benar, di situ. Aku baru ingat." Keyra pun hanya memalingkan muka, seakan sebal dengan tingkat Bintang yang selalu tak merasa bersalah. "Key!" panggil laki-laki tersebut. Keyra hanya melihat sekilas. Karena kemudian pandangannya kembali tertuju ke arah pemandangan yang nampak dari balik kaca mobil. "Kau cantik hari ini." Keyra pun terenyuh. Kini nampak senyuman kecil melekat di bibirnya. "Sudah sejak lama aku cantik seperti ini," tutur Keyra akhirnya. "Sungguhkah? Pantas saja laki-laki tampan seperti Bintang bisa jatuh hati padamu." "Dasar narsis!" umpat Keyra dengan sedikit tawanya yang tak bisa ia tahan. "Kau duluan kan yang narsis!" balas Bintang kali ini sembari mencubit hidung gadis di sebelahnya tersebut. Ya, sepanjang perjalanan mereka terus ketawa-ketawa, bercanda. Seakan lupa pada tujuan mereka masing-masing. *** Hari ini kau tak boleh langsung pulang!" ketus Candra saat Nana ketahuan salah melayani pelanggan. "Maksud Mas Candra apa?" "Kau harus lembur. Hafalkan semua nama macam kopi di kedai ini!" "Sampai jam berapa, Mas?" "Sampai kau benar-benar hafal!" ketus Candra karena sudah tak bisa bersabar lagi dengan kebodohan Nana. Satu-satunya karyawan Bintang yang tak pandai dalam menggeluti pekerjaan di sini, di sebuah coffee shop. Tempat satu-satunya mata pencaharian Bintang setelah sang Ayah memutuskan segala akses materi yang selama ini selalu mengucur pada anak laki-lakinya tersebut. "Tetapi saya ada pekerjaan, Mas, setelah pulang dari sini!" Nana berusaha menjelaskan. "Aku tak perduli. Kau pilih di sini, atau kau pilih pekerjaanmu yang lainnya itu!" Tentu saja pilih di sini, batin Nana. Karena di sinilah tempat langka yang memberikan honor lebih tinggi dari pekerjaan-pekerjaan lain di luarran sana. Entah sang pemilik tak bisa berbisnis, atau ia terlalu murah hati. Yang pasti Bintang memang jarang berkeinginan untuk mengembangkan bisnis kecilnya ini. "Baik, Mas, hari ini saya akan lembur," jawab Nana akhirnya meski dengan perasaan yang begitu berat. Bagaimana tak berat? Di rumah ada tiga orang adik yang harus ia biayai segala sesuatunya. Sedang sang Ibu sudah tiga tahun ini menyidap penyakit stroke yang mau tak mau harus memperkerjakan seseorang untuk menjaga Beliau ketika Nana harus sibuk mencari uang. Dan untuk sosok sang Ayah, jangan ditanya manusia tersebut. Manusia yang lebih rendah dari pada binatang. Tega menelantarkan Nana dan adik-adiknya demi w************n yang ditemuinya di sebuah karaoke pinggiran jalan. Maka untuk meninggalkan satu pekerjaan yang lain, menurutnya adalah sesuatu yang berat. Karena baginya, bukankah hal tersebut juga otomatis akan mengurangi pendapatannya. Tetapi Nana bisa apa? Mendapat pilihan yang sulit dari Candra seniornya di coffee shop ini, adalah sesuatu yang mutlak yang harus ia pilih salah satunya. *** Bintang menarik sebuah kursi untuk Keyra. Gadis cantik itu pun segera duduk dengan tenang sampai si pelayan datang menghampiri mereka. "Mau pesan apa?" tanya si pelayan sembari menyodorkan menu ke hadapan Bintang maupun Keyra. Sejenak mereka pun melihat-lihat. Dan tak butuh waktu lama, mereka pun akhirnya memilih beberapa menu ringan. Makanan yang sebetulnya tak menjadi prioritas utama mereka datang ke tempat ini. Ya, karena mereka punya tujuan masing-masing. "Kau ingin bicara sesuatu kan?" gumam Keyra setelah sang pelayan pergi membawa hasil menu yang mereka pilih. "Kau duluan saja! Kau juga ada perlu denganku, bukan?" balas Bintang. Sejenak mereka sama-sama bungkam seakan sedang sibuk mempersiapkan suatu rangkaian kalimat yang akan Bintang maupun Keyra utarakan. Sejenak Bintang merogoh sesuatu dari dalam kantong celana jins yang sedang ia kenakan. Sebuah kotak kecil merah yang begitu cantik. Masih berada di bawah meja, belum waktunya ia menyodorkan kotak berisi cincin tersebut ke hadapan Keyra. Beberapa minggu yang lalu ia memesannya. Setelah tiba-tiba saja terbersit suatu ide untuk segera meminang Keyra. Suatu keputusan yang sudah dinanti-nantikan oleh gadis pujaannya tersebut. Karena Bintang juga tak mau mendengar ucapan remeh lagi dari Burhan, ayah Keyra. Yang katanya Bintang adalah laki-laki pengecut lah, b******k lah, pokoknya semua hal keburukan laki-laki yang selalu disematkan olehnya untuk Bintang. "Baiklah, aku dulu yang akan berbicara," tutur Keyra. Ia akhirnya mengalah saja, untuk mengawalinya lebih dahulu. "Katakanlah!" timpal Bintang. "Aku ingin putus, Tang," ungkap wanita berlesung pipi di hadapan bintang ini. Mendadak dunia Bintang pun seperti berhenti saat ini juga, karena sebuah ucapan yang tak dinyana-nyana ini. Benarkah? Sungguhkah? Kenapa? Banyak pertanyaan yang bergelayut di kepala Bintang kali ini. Namun entah mengapa, pertanyaan-pertanyaan tersebut pun seperti berdesak-desakan ingin segera keluar tatapi malah hanya tertahan saja di tenggorokan. "Tepatnya besok, aku akan menikah dengan orang lain," jelas Keyra lagi lebih membuat Bintang seakan dibunuhnya dengan lebih kejam lagi. "Siapa yang akan menikahimu?" Baru hanya itu yang mampu terucap dari bibir Bintang. "Kau tak mungkin mengenalnya. Dia pilihan Ayah." "Selalu Ayah! Selalu dia yang terus kau utamakan!" lantang Bintang sedikit memaki. Mungkin akibat rasa emosi yang saat ini begitu meluap-luap. "Karena dia ayahku! Satu-satunya orang yang ingin melihatku bahagia." "Jadi kau tak menganggapku?" "Jadi kau juga ingin melihatku bahagia?" "Jelas. Siapa yang tak ingin melihat kekasih hatinya bahagia?" "Kalau begitu lepaskan aku! Mungkin itu akan membuatku bahagia!" Bintang begitu tercekat dengan ucapan Keyra. Ia tak habis pikir, gadis yang biasanya pendiam dan manis, kini menjadi gadis pemberontak yang berani. "Jadi kau berfikir aku tak akan mungkin bisa membahagiakanmu?" "Ya, kata Ayah seperti itu." "Kata Ayah, kata Ayah terus yang kau agungkan!" maki Bintang kali ini dengan suara meninggi. Hingga orang-orang yang berada di sekitaran meresa terganggu dengan pertengkaran mereka. "Kenapa kau lebih percaya Ayahmu dari padaku, hem?" "Karena sudah kubilang tadi. Hanya dialah yang menginginkan kebahagiaanku," ungkap Keyra mengulangi kata-katanya yang tadi. "Kau tak bisa menjadi masa depanku, Tang. Kau tak akan sanggup mengarungi kehidupan bersamaku. Kau tak akan mampu." "Cih ... Kau yakin sekali dengan fikiranmu itu!" "Karena memang itu yang selalu kulihat darimu setiap harinya. Kau tak bisa berkomitmen. Jikalau akhirnya kita menikah pun kita tak akan mungkin menjadi seperti orang-orang lain. Mempunyai keluarga yang sederhana dan fokus untuk membesarkan anak-anak kita kelak dengan sepenuh hati. Kau tak akan bisa, kau pasti akan merasa bosan." "Kau salah, Key!" sahut bintang yang sepertinya ingin menepis penilaian Keyra tentang dirinya. "Tak lihatkah kau aku selama ini? Aku yang berjuang untuk berubah semenjak bersamamu. Walau tak kentara hasilnya, tetapi itu nyata, bukti dari keseriusanku sama kamu!" "Keyra ... !" Bintang pun meraih jemari wanita di hadapannya tersebut, lalu segera ia genggam dengan begitu erat. "Kumohon! Pikirkan sekali lagi keputusanmu itu!" tutur Bintang. "Untuk masalah Ayahmu. Aku akan terus berusaha meyakinkannya. Aku bersumpah, aku akan membuat ia akhirnya dapat mempercayaiku. Tetapi asal kau pun berbuat hal yang sama. Mempercayaiku, bahwa aku akan bisa membahagiakanmu!" Jemari Keyra berusaha melepaskan diri dari genggaman Bintang. Seharusnya sikap ini lah yang menjadi simbol bahwa Keyra memilih tetap pada keputusannya yang semula. "Maaf, Tang. Tetapi aku tak bisa mempercayaimu!" Deg ... Kata-kata Keyra sungguh menyakitkan hati. Sebuah kejujuran yang mampu membuat perasaan Bintang runtuh seketika. "Apakah karena kau sudah tak cinta lagi sama aku, Key?" tanya Bintang kemudian. Pertanyaan yang seolah seperti senjata terakhir darinya. "Aku masih cinta sama kamu, Tang. Tetapi aku jauh lebih cinta terhadap diriku sendiri," jelas Keyra tanpa terbesit keraguan. Setelahnya, wanita itu pun segera berdiri. Ia merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Sepucuk undangan lah yang rupanya ia ambil tersebut. "Datanglah, jika kau berkenan." Keyra menyerahkannya. Melihat ia yang seperti ini, nampaknya ia memang sudah tak mempunyai belas kasih lagi terhadap Bintang. "Maaf, Tang, aku harus pergi sekarang," gumam Keyra sembari melangkah pergi tanpa menunggu pesanan makanannya datang sesaat lagi. Kini Bintang hanya duduk mematung. Seakan ia sudah tak bertenaga untuk melakukan hal yang lainnya. Di genggamannya, di bawah meja, masih terdapat cincin yang belum sempat ia berikan untuk Keyra.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook