bc

Rose of May

book_age16+
1.1K
FOLLOW
5.0K
READ
love-triangle
reincarnation/transmigration
powerful
independent
drama
tragedy
comedy
sweet
bxg
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya? Sialan! Sialan! Setelah kewarasanku kembali, rasanya lebih masuk akal tidak jatuh cinta kepada Alfred. Sungguh luar biasa. Betapa cepat cinta mengering setelah ingatan masa lalu inkarnasi mencium keningku.

“Yang Mulia, saya berjanji tidak akan menemui Anda.” Dalam hati aku menambahkan, “Selamanya.”

“Tapi, aku ingin kau menemuiku.”

Tiba-tiba lelaki yang menolak cintaku berbalik mengharap perhatian yang selama ini tidak dia inginkan.

“Sir Noyes, bukankah hubungan di antara kita tidak baik?”

“Oh ya? Sepertinya hubungan kita tidak seburuk itu.”

Kiel Noyes, kakak lelaki musuh bebuyutanku, menampilkan perangai tidak masuk akal.

“Menikahlah denganku. Bukankah itu pilihan yang paling masuk akal?”

Lelaki yang terobsesi dengan ayahku melontarkan ide paling mengerikan yang pernah aku dengar seumur hidup.

Tidak. Tidak. Tidak.

Aku hanya ingin menjalani hidup sebagai pengangguran kaya raya. Jadi, tolong kalian abaikan aku. Abaikan aku.

“Ophelia, aku menginginkanmu.”

Akankah rencana hidup sebagai pengangguran kaya raya akan berjalan sesuai rencanaku?

chap-preview
Free preview
1
Kebencian menderum; tidak bisa ditahan, terasa membakar, menuntut balas. Ophelia tidak menyukai sensasi mengerikan yang bergolak dalam jiwanya. Bahkan pohon ceri yang tengah memekarkan kumpulan bunga berwarna merah muda pun tidak sanggup mengalihkan amarah dalam diri Ophelia. Jantung berdentum seirama denyut kemarahan yang meradang.  Semua orang diam, tidak berani mendekat. “Fiona,” Ophelia mendesiskan nama gadis yang berhasil merebut perhatian Alfred, putra mahkota, yang begitu didambakan olehnya. Bahkan sekadar menyebut nama Fiona bisa membuat kemarahan dalam diri Ophelia berubah menjadi monster haus darah. Dia ingin mencengkeram rambut pirang milik Fiona, mencengkeram dan menjambak seluruh rambut beserta kepalanya.  Ophelia dan Fiona berdiri di jembatan. Keduanya saling tatap, tetapi hanya Ophelia seorang yang menampakkan ketidaksenangan. “Lady Valentine!” Ophelia mengabaikan peringatan, menerjang langsung ke sasaran. “Kenapa harus dirimu?” Air mata mengaburkan pandangan Ophelia. Tangan mencengkeram bahu Fiona yang kini meringis menahan tikaman. “Apa yang dilihatnya darimu?” “Tenanglah, Lady Valentine.” Fiona berusaha membujuk. “Kita bisa bicara—” “Aku muak denganmu!” Ophelia tidak bisa mengendalikan monster kebencian dalam dirinya. Dengan segenap kekuatan, dia mencoba menyakiti Fiona.  “Lady Valentine, hati-hati.” “Tutup mulutmu! Dasar kau—Ah!” Segalanya terjadi terlalu cepat. Ophelia tidak bisa mempertahankan keseimbangan, gravitasi menariknya jatuh ke dalam sungai. Air melingkupi Ophelia, memaksa udara tersentak ke luar dari paru-paru. Perlahan kesadaran menghilang, berganti tikaman kesedihan. Rambut Ophelia yang berwarna merah muda pun melayang di sekitarnya—seakan bunga-bunga ceri tengah mekar dalam duka. Tidak ada keinginan melawan. Kehampaan menyergap, menampakkan ingatan menyedihkan; putra mahkota yang menolaknya dan Fiona bersanding bersama putra mahkota. Lebih baik seperti ini.... Ophelia memejamkan mata, membiarkan hawa dingin merengkuh. Bila tidak ada manusia yang bisa mencintainya, maka sebaiknya dia menghilang.  Lenyap.  ***  Sesak.  Paru-paru seolah terbakar hingga membuatku kesulitan bernapas. Air melingkupiku. Susah payah berjuang mendorong tubuh menuju permukaan, tetapi kedua kaki terjebak jerat—tidak bisa bergerak. Perlahan gelembung udara keluar dari hidung dan mulut.  Hanya ada kegelapan.  Kegelapan dan air. “Lady!” Jantung berdentum, memompa darah ke seluruh tubuh, memaksaku mempertahankan diri. “Ophelia!” Cerita menyedihkan. Aku tidak suka karakter seperti ini. Seharusnya Ophelia bisa hidup bahagia walau tanpa lelaki sekalipun. Bukan begitu?  Susah payah melawan serangan dingin. Seakan tidak ada kesempatan.  Kenapa penulis mengakhiri Ophelia sebagai penjahat? Dia hanya bocah kesepian yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya.  “Lady Valentine!” Seseorang meraih, menggenggam erat tanganku. “Ophelia!” Ophelia? Namaku. Aku Ophelia. Seharusnya aku membaca cerita yang berakhir bahagia.  Kesadaran berhasil menarikku dari naungan kegelapan. Udara terembus keluar, memaksa seluruh indra agar kembali berfungsi seperti sedia kala. Aku mengerjap, berusaha menyesuaikan diri. Cahaya menyeruak masuk, terasa menusuk pengelihatan.  “Lady, akhirnya!” Tersengal-sengal, aku menyeka keringat di dahi. Segalanya jelas. Terlalu gamblang. Aku tidak ingin mengakui kebenaran. Jelas tidak bisa diterima! Aku tidak sanggup. “Lady, istirahatlah. Anda tidak sadarkan diri selama tiga hari semenjak terjatuh di sungai.” Jatuh. Ophelia. Fiona. Bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya? Sialan! Sialan! “Duke akan segera pulang.” Donna, pelayan yang selama ini melayaniku, berusaha menenangkanku. Seolah aku bisa ditenangkan! “Sekarang Anda lebih baik istirahat. Saya akan membawakan sup agar perut Anda tidak kosong.” Donna meninggalkanku seorang diri. Bagus. Aku tidak membutuhkan siapa pun. Percuma. Tidak ada yang bisa menyelamatkanku! Bahkan ayahku. Bagaimana bisa aku mengingat hal SEPENTING ITU di saat yang paling buruk?  Satu, aku pernah hidup di dunia berbeda sebagai mahasiswa yang berpikir bisa melewati skripsi dengan aman. Oh ya, harapan kosong. Ternyata aku tidak bisa melewati skripsi karena tubuhku dipaksa bekerja hingga akhirnya aku mati kelelahan. (Sialan! Aku bahkan tidak sempat menghantui dosen pembimbing yang membuatku merasa seperti tengah melakukan romusa. Setidaknya aku ingin muncul di depan beliau dan berkata, “Kembalikan masa mudaku!”)  Dua, Ophelia merupakan tokoh fiksi dalam w******l berjudul Prince’s Lover. Jangan tanya penokohan Ophelia. Aku ingin menangis. Lebih baik hidup sebagai rakyat jelata daripada Ophelia.  Cantik, tentu saja dia menawan bukan main. Rambut merah muda yang mengingatkanmu pada permen kapas. Mata berwarna biru muda. Sosok indah bagai boneka porselen. Sebab dia anak hasil hubungan antara peri dan manusia. Armel, ayah Ophelia, jatuh cinta kepada peri. Mereka saling berkasih tapi tidak bisa bersama. Setelah melahirkan Ophelia, peri tersebut menyerahkan bayinya kepada Armel. (Menyedihkan? Begitulah hukum peri. Mereka terikat norma dan harus bersyukur dengan hadirnya Ophelia.)  Status sosial, Ophelia pemegang sendok berlian. Tahu artinya? Dia kaya. Sangat kaya. Rasanya amat menyebalkan dengan segala kelebihan, Ophelia memilih mengejar cinta lelaki yang tidak pernah menganggap dirinya ada. Sial!  Tiga, aku baru menyadari kehidupan keduaku setelah insiden jatuh ke sungai. Itu artinya, aku terlambat menghindari bendera kematian. Seharusnya bila inkarnasi sebagai antagonis, setidaknya tolong biarkan aku ingat siapa diriku saat terlahir.  Terlahir, bukan setelah rentetan peristiwa memalukan yang sejauh ini kutimpakan kepada Fiona.  Berarti segala poin hampir terpenuhi.  Menyukai putra mahkota, cek. Ditolak putra mahkota, cek. Percobaan pembuhan terhadap Fiona, belum terjadi. As. Ta. Ga.  Saat itu aku terlalu dibutakan cinta terhadap Alfred. Dia melarangku mengikuti seluruh pesta dan kegiatan yang diadakan kerajaan. (Aku tidak bisa menyalahkan Alfred. Jelas kecemburuanku tidak bisa ditoleransi. Namun, beda cerita bila aku tahu akhir hidupku!) Kemudian melampiaskan kemarahan kepada Fiona dan berakhir menyedihkan. Andai aku terlahir dengan ingatan masa lalu. Maksudku dari bayi menuju dewasa, bukan di tengah cerita menuju akhir! Maka aku bisa menghindari peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan. Hatiku remuk. Sakit. (Sekali lagi aku tekankan betapa tertekan diriku. Aku berada di ujung tanduk dan harus melakukan sesuatu sebelum akhir buruk terjadi!) “Lady, silakan nikmati sup Anda.” Perlahan aku berusaha bangun, bersandar di kepala ranjang. Donna memasang meja lipat di pangkuanku sebelum meletakkan semangkuk sup.  “Pelan-pelan, Lady.” Bahkan lidahku terasa kebas, tidak bisa merasakan apa pun. Seberapa jauh cerita berjalan dan masihkah ada harapan bagiku? Sekarang pasti nona-nona besar itu tengah bergunjing mengenai betapa mengerikan Putri Valentine. Gadis yang ditolak cintanya oleh Putra Mahkota melampiaskan kemarahan kepada Nona Noyes lalu berakhir mendapat karma: Tercebur ke sungai bersama ikan-ikan, amoba, beserta ganggang. “Donna, siapa yang menyelamatkanku?” “Sir Noyes.” Sontak makanan seakan tersangkut di tenggorokkan. “Noyes? Maksudmu Kiel? Kakak Fiona?” Donna mengangguk. “Syukurlah Sir Noyes bergegas menyelamatkan Anda.” Astaga. Astaga. Astaga. Astaga. “Oh.” Oh tidak! *** Terima kasih, Alfred. Berkat dirimu aku memiliki waktu berpikir mengenai cara menyelamatkan diri. Larangan menghadiri acara kerajaan ditambah insiden p*********n terhadap Fiona, kini aku resmi berdiam diri di rumah. Mendekam seperti keong. Satu-satunya harapanku ialah Armel, ayahku. Semoga dia tidak melemparku ke kerajaan tetangga sebagai sesajen penghormatan. Tapi, tidak ada buruknya bila dia mengembalikanku kepada Ibu. Mungkin bersama kaum peri lebih sehat daripada berada di antara manusia. Apa pun itu, aku akan menghormati keputusan Armel. Bahkan meskipun dia memilih memenjarakanku sekalipun. Nasi telah menjadi bubur.  Untungnya kemungkinan terburuk tidak, belum, terjadi. Di luar dugaan, Armel menemuiku.  “Ophelia.” Pria berambut hitam dengan mata sebiru langit menatapku. Bahkan dalam usia menginjak 39 tahun, dia masih terlihat menarik. Tipikal pria yang sulit dilupakan karena begitu menawan. Andai tidak ingat masa laluku, mungkin aku akan melontarkan amarah kepada Armel. Namun, setelah segala hal yang kulihat dari sisi mahasiswa-nelangsa-tanpa-masa-depan, aku pun berkata, “Maaf.” Sup di pangkuanku masih belum tandas. Tanganku mencengkeram sendok dan berharap bisa mengatakan sesuatu yang jauh lebih baik daripada sekadar kata maaf. Tentu saja permasalahan yang telanjur aku ciptakan tidak bisa selesai hanya dengan kata maaf, tetapi saat ini hanya itulah yang bisa kutawarkan. Permohonan maaf. Mungkin karena aku bertindak tidak seperti putri-manja-tukang-rundung, Armel terdiam sejenak.  “Ayah, maafkan aku.” Jelas Armel bergegas menemuiku setelah berhasil menyelesaikan tugas dari Kaisar. Sebagai salah satu kesatria terkuat, mungkin yang paling kuat, Armel memiliki pasukan dan pengaruh bukan main. Seragam hijau berlambang serigala perak bersayap tersulam indah di punggung. Serigala perak bersayap, lambang kejayaan keluarga Valentine. Menghela napas, Armel berkata, “Aku akan berusaha membujuk Kaisar agar menarik perintah Putra Mahkota.” Ranjang berderit saat dia duduk di dekat kakiku. Ternyata dia tidak ingin mengirimku ke luar rumah. Terima kasih.  “Jangan,” kataku melarang. “Maksudku ... tidak apa-apa. Biarkan saja.” Salah satu alis Armel terangkat, sangsi. “Kau tidak ingin menemui Pangeran Alfred?” Setelah kewarasanku kembali rasanya lebih masuk akal tidak jatuh cinta kepada Alfred. Sungguh luar biasa. Betapa cepat cinta mengering setelah ingatan masa lalu mencium keningku. “Tidak,” jawabku, tegas. “Aku menyadari kesalahanku. Ayah, sebaiknya izinkan aku mengistirahatkan diri dari pertemuan apa pun.” Armel tidak mengatakan apa pun terkait keputusanku. Dia hanya mengangguk, paham. “Jaga dirimu, Feli.” Feli. Nama panggilan yang dulu sering diucapkan Armel kepadaku.  “Terima kasih, Ayah.” *** Armel menyayangi Ophelia dengan sepenuh hati. Pertama kali Aislinn menyerahkan Ophelia kepadanya, dia tahu bahwa wanita itu tidak bisa menjanjikan kebersamaan. Titania, ratu peri, tidak mengizinkan kaumnya ke luar dari hutan suci. Atas dasar keberuntungan serta takdir sajalah yang mampu mempertemukan Armel dan Aislinn. Namun, kedunya hanya bisa menghabiskan waktu sesuai ketentuan Ratu Peri. Lantas saat Ophelia lahir, sang ratu menghendaki bayi campuran itu kembali bersama ayah manusianya. Gadis cilik itu mewarisi rambut merah muda Aislinn dan mata Armel. Putri kecil yang selalu dia bawa ketika menemui Kaisar. Lantas Kaisar pada saat itu menggoda Armel, berkata bahwa wanita mana yang berhasil melumpuhkan kesatria terkuat sepanjang sejarah. Setelahnya, Kaisar akan meminta izin menggendong Ophelia yang tentu saja selalu ditolak Armel. “Buat saja putrimu sendiri,” katanya, sarkatis. “Tapi, putriku tidak akan semanis putrimu,” balas Kaisar. Keduanya saling sindir seperti sahabat karib pada umumnya. Mungkin karena Armel sering dikirim ke perbatasan selatan, melawan makhluk-makhluk yang mencoba ke luar dari Jurang Kegelapan, hubungan di antara dia dan Ophelia pun semakin berjarak. Hingga akhirnya Ophelia jatuh cinta kepada Alfred dan demi kebahagiaan anaknya, Armel rela membiarkan Ophelia melakukan apa pun, termasuk menyakiti Fiona. Dalam hati Armel tidak rela apabila Ophelia memilih Alfred. Lelaki itu tidak bisa menghargai perhatian Ophelia dan hanya peduli terhadap Fiona, adik teman karibnya yang bernama Kiel.  Aku tidak ingin menemui Pangeran Alfred. Senyum terpeta di bibir Armel. Akhirnya dia bisa menjauhkan putrinya dari putra lelaki itu. ***  Diterbitkan di Dreame pada 15 Mei 2021.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook