bc

Mirror Mirror on The Wall

book_age18+
2.7K
FOLLOW
36.6K
READ
family
self-improved
confident
dare to love and hate
drama
tragedy
bxg
city
secrets
model
like
intro-logo
Blurb

[Spin-off Love Me Love Me Not - Renata Wijaya]

Renata Wijaya, seorang model papan atas, memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kerjanya dengan suatu agensi model di London. Renata memilih pulang kembali ke Indonesia setelah lima tahun berlalu. Patah hatinya sudah sembuh dan dia telah memaafkan masa lalu.

Baru satu hari tiba di Indonesia, sebuah kejadian tragis menimpanya. Demi menyelamatkan seorang anak kecil yang tengah menyebrang jalan, Renata tertabrak mobil dan kehilangan kesadaran. Saat terbangun dari koma seminggu kemudian, dia tidak mengingat apa pun. Anak kecil yang dia selamatkan memanggilnya Mama dan ayah dari anak itu bersikeras bahwa dirinya adalah Laura, istrinya yang hilang enam bulan lalu. Dia tidak memiliki pilihan selain pulang bersama Bamantara Wardana, pria yang mengaku suaminya. Tapi, di rumah besar mereka, semua penghuni membencinya.

Kini, setiap kali bercermin Renata selalu bertanya-tanya benarkah dia adalah Laura atau justru orang yang sama sekali berbeda?

chap-preview
Free preview
Tragedi
Blurb [Spin-off Love Me Love Me Not] Renata Wijaya, seorang model papan atas, memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kerjanya dengan suatu agensi model di London. Renata memilih pulang kembali ke Indonesia setelah lima tahun berlalu. Patah hatinya sudah sembuh dan dia telah memaafkan masa lalu. Baru satu hari tiba di Indonesia, sebuah kejadian tragis menimpanya. Demi menyelamatkan seorang anak kecil yang tengah menyebrang jalan, Renata tertabrak mobil dan kehilangan kesadaran. Saat terbangun dari koma seminggu kemudian, dia tidak mengingat apa pun. Anak kecil yang dia selamatkan memanggilnya Mama dan ayah dari anak itu bersikeras bahwa dirinya adalah Laura, istrinya yang hilang enam bulan lalu. Kini, setiap kali bercermin Renata selalu bertanya-tanya benarkah dia adalah Laura atau justru orang yang sama sekali berbeda? ###             Renata membuka kaca mata hitamnya dan menyelipkan di puncak kepala, di antara rambut panjang kecoklatannya. Begitu keluar dari bangunan bandara, terpaan udara yang panas dan lembab langsung mendera wajahnya. Renata meringis. Setelah lima tahun berlalu, kulitnya telah beradaptasi dengan iklim sub tropis. Cuaca Indonesia yang panas di siang ini segera membuatnya gerah.             “Tidak berubah, tetap saja panas.” Renata bergumam kepada dirinya sendiri, menggeret koper besar dengan satu tangan dan menghampiri sebuah mobil yang telah menunggunya tepat di depan kedatangan internasional. Dia memutuskan memesan taksi online untuk menuju apartemennya yang baru.             “Ibu Rita, saya sudah tiba di Indonesia. Apa unit saya sudah bisa ditempati hari ini?” Renata berbicara di telepon pada pengelola apartemen. Sudah lima tahun dia meninggalkan Indonesia. Gedung apartemen yang dia tempati sebelumnya sudah penuh, namun pihak pengembang rupanya punya gedung baru yang masih sedikit penghuni di kawasan yang berbeda dan Renata setuju untuk menempati salah satu unit di sana. “Oh. Terima kasih. Aku akan segera ke sana.”             Taksi online itu menurunkan Renata di pekarangn parkir apartemen. Renata segera menuju ke kantor pengelola untuk melaporkan kedatangannya. Seorang pemuda yang sedang bertugas di sana mengantarkan Renata untuk menuju unit apartemennya di lantai dua belas. Begitu tiba di depan pintu salah satu unit, pemuda itu menekan-nekan tombol pada keypad yang terdapat di pintu unit. “Nah, sudah saya riset untuk Ibu. Silakan masukkan enam digit kode pin. Jangan berikan kode pin Ibu pada pihak lain demi keamanan.”             “Oke, terima kasih ya, Pak.” Renata menyahut dan tak berapa lama kemudian petugas itu undur diri untuk kembali ke kantor.             Gadis ramping berambut coklat sepanjang punggung itu menarik napas dan mengembuskannya dengan berat sambil memijit angka berturu-turut 1-6-0-2-8-4. Dia mengulang memijit angka yang sama untuk melakukan verifikasi.             “Rena….Rena….” sudah lima tahun berlalu dan kamu belum bisa move on dari Andromeda Jocom.” Renata bergumam menertawai dirinya sendiri karena menjadikan tanggal lahir mantan kekasihnya itu sebagai kode pin akses masuk ke unit apartemennya. Dia sebenarnya bukan belum move on, tapi lebih karena tidak mau ribet. Sejak berhubungan dengan Andromeda, mantan kekasihnya itu, dia menggunakan tanggal lahir pemuda tersebut untuk hampir semua kode keamanan miliknya. Pin kartu debit, password mobile banking, hingga kode keamanan di ponselnya. Dia sudah nyaman menggunakan kombinasi angka itu dan tidak berniat menggantinya hingga saat ini. Renata mendorong pintu unit dan menarik kopernya masuk ke dalam. Satu unit apartemen full furnished sepertinya adalah pilihan yang tepat. Dia jadinya tidak perlu repot-repot membeli keperluan apartemen. Renata kemudian mengempaskan dirinya di atas sofa ruang tengah yang sekaligus juga ruang menonton. Terdapat televisi layar datar yang tersemat di sisi salah satu dindinya. “Apa kabar Jenny dan Airin ya?” Renata kembali bergumam sambil meraih ponselnya, hendak mendial sebuah nomor di sana namun urung. Dia memutuskan untuk memberi kejutankepada sepupu dan sahabatnya itu alih-alih menghubungi mereka sekarang. Dia kemudian meletakkan ponselnya kembali ke atas meja.  Tidak ada yang tahu perihal kepulangan gadis itu ke Indonesia. Kontrak kerjanya dengan salah satu agensi model di London baru berakhir dua hari yang lalu dan dia dengan sangat yakin memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja tersebut. “Aku mau menikmati liburan selama satu atau dua tahun di Indonesia tanpa memikirkan apa pun apalagi pekerjaan. Aku sudah bekerja selama lima tahun non stop untukmu, Jacqueline.” Itulah alasan yang dikemukakan Renata saat pemilik agensi model itu mempertanyakan keputusannya. Apa yang dikatakan Renata tidak berlebihan. Dia telah menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan selama lima tahun belakangan, berpikir dengan cara itu dia bisa melupakan mantan kekasihnya yang meninggalkan dirinya demi menikahi wanita lain hanya karena Renata tidak siap unrtuk memiliki anak dalam waktu dekat. Gadis itu bekerja siang dan malam tanpa mengambil cuti. Menerima semua tawaran pemotretan tanpa terkecuali. Semua tindakannya itu menjadikan dirinya kini memiliki tabungan yang jumlahnya cukup untuk menghidupi dirinya selam dua tahun di kota metropolitan, tanpa harus bekerja. Tiga puluh dua tahun, single dan punya cukup uang untuk dihabiskannya berlibur. Maka, dia memantapkan diri pulang kembali ke Indonesia meski Jacqueline, pemilik agensi model yang telah mengontraknya sebelum ini, mati-matian menahannya. Wanita tua itu jatuh cinta pada karakter wajah Asia milik Renata yang unik dan memikat. Lebih dari itu, kepercayaan diri Renata yang memancar lewat gestur dan gerak tubuhnya yang elegan, membuat Jacqueline berpikir susah untuk menemukan penggantinya dirinya. “Kau adalah model berbakat. Jangan menyia-nyiakan anugrah itu,” ucap Jacqueline saat mendengar argumen salah satu talent kesayangannya itu. “Aku hanya pergi berlibur. Menyegarkan pikiran. Tidak bermaksud untuk menyia-nyiakan apa pun.” Renata tersenyum menanggapi. “Oke, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Jangan bekerja untuk orang lain dan segeralah hubungi aku kembali saat kau sudah selesai berlibur.” Renata tidak tahu sampai kapan dia berniat tinggal di Indonesia. Dia telah menyewa unit apartemen baru ini untuk dua tahun ke depan. Apa yang akan dia lakukan di Indonesia selama itu? Dia berpikir mengajak Airin, sepupunya, untuk berwisata mengelilingi nusantara, menetap di satu kota masing-masing selama sebulan. Atau berdiam beberapa bulan di Bali. Ide seperti itu tidak buruk juga. Renata beranjak dari sofanya. Meraih dompet di tas lalu mengeluarkan beberapa lembar rupiah yang sempat dia tukarnya di salah satu money changer dekat bandara tadi. Sepertinya aku lihat kedai es krim di dekat kawasan apartemen ini. Es krim coklat di tengah hari musim panas di negara tropis adalah ide yang sangat bagus. Renata gegas keluar dari unit apartemennya, turun dengan lift hingga lantai satu dan berjalan menuju kedai es es krim yang dia lihat tadi. Rainbow Ice Bar. Pada papan nama kedai es krim itu tertulis demikian. Terdapat antrean yang cukup panjang di depan tempat pemesanan. Renata agak malas melihat antrean itu, tapi karena sudah sangat ingin makan es krim, dia akhirnya ikut mengantre di sana. Sepuluh menit waktu yang dia butuhkan sebelum akhirnya menjangkau tempat pemesanan es krim. “Coklat satu. Eh, dua saja.” Renata berujar pada karyawan kedai es krim yang cekatan memasukkan pesanan pada layar komputer di hadapannya. Renata berpikir sudah tidak perlu mengontrol asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya. Dia sedang berlibur dari segala t***k bengek dunia modeling, termasuk pola diet yang dia jaga ketat selama ini. Lagi pula dua corn es krim coklat tidak akan serta mereta membuat tubuhnya menjadi gemuk. Renata meraih dua corn es krim tersebut dengan kedua tangannya. Menjilati krim beku itu bergantian pada tangan kiri dan tangan kanan, “Hmmm…enak sekali.” Renata melihat ke sekeliling. Beberapa pengunjung kedai ada yang memilih menyantap es krim itu di dalam bangunan kedai, ada yang berdiri di pekarangan luar sambil bercengkrama dengan teman-teman. Renata melihat sebuah bangku semen di bawah pohon tak jauh dari trotoar. Dia memutuskan untuk duduk di sana menikmati es krimnya. Tidak banyak yang berubah dari kota ini sebelum dia tinggalkan lima tahun yang lalu. Jalanannya, bangunannya, bahkan mungkin pohon-pohonnya. Renata melemparkan pandangannya ke seberang jalan. Tepat berhadapan dengan kedai es krim ini tampak bangunan sekolah taman kanak-kanak. Mungkin waktu belajar sudah usai karena Renata bisa melihat kerumunan anak-anak kecil bersama orang tua mereka di sana. Renata tersenyum masam melihat pemandangan itu. Andaikan lima tahun yang lalu dia menerima lamaran Andromeda, mantan kekasihnya, dan bersedia mengandung dalam waktu dekat, anak mereka pasti sudah seusia anak-anak TK itu. Renata tidak membenci anak-anak, tapi anak adalah hal yang tidak dia inginkan lima tahun yang lalu ataupun hingga saat ini. Tunggu dulu, apakah di usia yang sekarang dia tidak mengingkan kehadiran seorang anak? Setelah hubungannya dengan Andromeda berakhir, dia tidak menjalin hubungan dengan pria mana pun lagi. Hal yang membuat kedua orang tuanya cemas. Renata adalah anak satu-satunya milik mereka. Dan sepertinya mereka harus menyingkirkan harapan menimang cucu karena Renata tidak berencana memiliki anak untuk saat ini dan entah sampai kapan. “Mama! Mama!” seorang anak kecil laki-laki berteriak sambil berlompatan di depan gerbang sekolahnya. Renata tersenyum menyaksikan tingkah anak kecil itu. “Mama! Mama!” anak itu berteriak sekali lagi ke arah Renata. Tunggu dulu. Apakah anak itu sedang memanggilnya? Renata menoleh ke kiri dan ke kanan, menduga ibu dari anak tersebut ada di sekitarnya, tapi tak ada seorang pun di sana. “Mama! Dion juga mau es krim!” Anak itu melangkahkan kaki kecilnya ke tengah jalan. Mencoba berlari menghampiri Renata. “Mama!” Renata terkejut melihat kejadian yang tiba-tiba tersebut. Tidak ada orang yang memperhatikan dan anak itu kini telah berada di tengah jalan. Sebuah mobil hitam melaju. Renata tercekat. Refleks dia beranjak. Melempar es krim di kedua tangannya. Menuju ke tengah jalan. “Hey! Awas!” Renata mendorong anak kecil itu hingga tersungkur ke pinggir jalan namun dia terlambat untuk bisa mengantisipasi kecepatan mobil hitam yang melaju ke arahnya. Kuda besi itu secepat kilat menghantam tubuhnya, melontarkannya ke udara. Detik berikutnya Renata terjatuh menghantam aspal dengan posisi kepala terlebih dahulu. “Mama!!!” Teriakan anak kecil itu adalah yang terakhir Renata dengar sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.[]                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  =+= Halo teman-teman, Mirror Mirror on The Wall ini adalah karya orisinal saya yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto/video atau ada di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB serta melanggar hak cipta (copy right). Jika kalian menemukan penyebarluasan illegal ini, saya mohon dengan sangat untuk dapat memberitahukan kepada saya melalui DM ** @sabrinalasama agar oknum penyebar novel illegal tersebut dapat saya tindaklanjuti melalui jalur hukum. Terima kasih atas pengertian teman-teman semua. (Nina Ang)                         

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Unpredictable Marriage

read
280.4K
bc

His Secret : LTP S3

read
649.3K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
112.2K
bc

Broken

read
6.2K
bc

Mas DokterKu

read
238.5K
bc

A Secret Proposal

read
376.2K
bc

Akara's Love Story

read
257.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook