bc

Be My Mine

book_age18+
5.8K
FOLLOW
60.2K
READ
dare to love and hate
single mother
drama
sweet
city
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Takdir apakah ini? Haruskah Nadia bersyukur dengan takdir yang didapatnya?

Nadia seorang wanita yang beberapa kali mengalami kepahitan dalam kisah cintanya. Ia memilih pergi dari orang-orang yang mengenalnya bahkan pernah menyakitinya. Ia pun berharap bisa hidup bahagia dan tenang dengan putri kecilnya dari pernikahan kilat yang Nadia lakukan dengan pria blasteran Italy, tapi akhirnya pria itu pun menyakitinya, meninggalkan dia setelah malam pernikahan mereka tanpa meninggalkan sebuah pesan.

Di saat hidupnya mulai tenang dan jauh dari bayang-bayang pria itu. Takdir kembali menuntunnya untuk bertemu dengan Fabio Cassano Lewis, seorang pria yang pernah menikahinya sekaligus ayah dari putrinya. Sebuah pertemuan yang benar-benar tak pernah ia duga dan tak dapat dihindarinya karena ternyata Fabio adalah seorang direktur tempat di mana Nadia bekerja.

Apakah kali ini Nadia bisa menghindar? Akankah Fabio bisa bertemu dengan putri kecil yang tidak ia ketahui sebelumnya?

chap-preview
Free preview
Bab 1 ( Peran Ibu )
Seorang wanita cantik sedang sibuk dengan alat penggorengan di tangannya. Dapur dengan ukuran minimalis dan tertata rapi itu adalah tempat favoritnya tiap pagi. “Ibu, mana sarapanku?” rengek seorang gadis kecil dengan baju seragam sekolahnya, dan dia sedang duduk anteng di depan meja makan. “Sebentar, Sayang, Ibu sedang membuatkan sarapan kesukaan kamu.” Wanita cantik itu sesekali mengusap pelu di dahinya. Tidak lama wanita cantik itu membawa dua piring berisi makanan kesukaan gadis kecilnya. Dia meletakkan tepat di atas meja makan. Seketika kedua mata gadis kecil itu mendelik kaget melihat hidangan yang ada di atas meja makan. “Nasi goreng dan telur lagi?” ucapnya lirih, dan terdengar seolah ada kekecewaan. “Kenapa? Bukannya kamu sangat menyukai nasi goreng dan telur mata sapi buatan ibu?” Wanita cantik itu duduk di samping putri kecilnya. “Iya, tapi tidak tiap hari, Bu, aku kan bosan, aku mau makan lainnya, rendang, sandwich, sup jagung atau lainnya.” “Tiga hari lagi ya, Sayang. Ibu akan menerima gaji. Nanti, di hari Minggu saat kamu liburan sekolah kita akan jalan-jalan dan berbelanja kebutuhan rumah. Tidak lupa juga tas baru untuk putri cantikku ini." Wanita cantik penyuka warna salem itu mencubit lembut hidung putrinya. “Benar ya, Bu? Aku ingin sekali jalan-jalan sama Ibu.” Gadis kecil itu memeluk ibunya. “Iya, sekarang kamu makan dulu, karena ibu tidak mau kamu sampai terlambat ke sekolah. Ibu juga tidak mau terlambat ke kantor.” “Okay.” Tangannya mulai menyendok nasi goreng kesukaannya. “Bu, aku dapat tugas membuat gambar ayah dan ibu dengan menggunakan kertas lipat, tapi aku tidak pernah melihat wajah ayah.” Wajah wanita yang dipanggil ibu oleh gadis kecil itu seketika berubah sedih, dia terdiam sejenak menatap wajah gadis kecilnya yang sangat polos. “Nanti ibu akan bantu kamu mengerjakannya, sekarang kamu makan dulu.” Pikiran wanita itu seketika melayang, mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, di mana dia terbangun di sebuah kamar penginap yang sangat mewah, dan dia mencari sosok pria yang sudah memberikan cinta di rahimnya yang sekarang tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang sangat cantik. “Ibu, aku sudah selesai makannya, sekarang ayo kita berangkat ke sekolah, aku tidak mau nanti terlambat dan Ibu juga terlambat ke kantor Ibu.” “Iya, Sayang.” Wanita itu terkejut dan segera bergegas mengambil tas putrinya dan tas kerjanya, mereka berdua bergegas menuju mobil putih yang terparkir di dalam teras rumahnya. “Sayang, nanti seperti biasa kamu akan di jemput oleh bi Ima, nanti jangan nakal ya kalau di rumah dengan bi Ima, kerjakan pekerjaan rumah kamu, lalu tidur, dan malamnya ibu akan memeriksa pekerjaan rumah kamu." “Siap, Ibu.” Wanita cantik itu memasangkan sabuk pengaman pada putri kecilnya dan segera mengeluarkan mobilnya perlahan dari dalam teras rumah. Di sepanjang perjalanan, tampak wajah bahagia dari gadis kecil yang duduk di samping kursi kemudi itu. Tak hentinya dia mendendangkan lagu kesukaannya. “Sayang, sudah sampai. Ayo kita turun.” Wanita itu mengantarkan putrinya sampai ke dalam kelasnya, kemudian dia berpamitan kepada putri kecilnya dan berbicara sebentar dengan guru yang menjadi pengajar di kelas. Putri kecil wanita itu masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak kelas B. Dia melihat ke arah jam tangannya. “Aduh! Kurang sepuluh menit lagi jam masuk kantorku. Sebaiknya aku segera ke kantor, aku tidak mau mendapat masalah nantinya." Mobil berwarna putih itu sekarang melesat menuju tempat kerjanya. Setelah sampai dia segera memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju pintu utama di gedung perkantoran yang sangat besar. “Nadia!” teriak seseorang memanggil wanita cantik itu. Wanita yang dipanggil Nadia itu menoleh ke asal suara. “Kamu juga barusan datang, Sarah?” “Iya, aku barusan datang, tadi ban motor suami aku pecah di jalan, jadi terpaksa aku menunggu lagi.” “Ya sudah! Nanti saja ngobrolnya, kita ke ruangan kita dulu saja, kita belum absen, Nadia.” Tangan Sarah menarik tangan Nadia dan mereka berdua menuju lift untuk naik ke lantai atas. Sesampai di lantai atas, mereka segera mengisi absen dan akhirnya bisa bernapas lega karena mereka tidak jadi terlambat. “Kalian berdua kenapa mukanya seperti orang habis maraton begitu?” tanya salah satu teman kerja Nadia di sana. “Tadi kita mengira jika kita berdua terlambat masuk kantor, Tania, makannya, kita berdua cepat-cepat naik ke sini.” Wanita bernama Sarah itu kemudian mengambil segelas air minum di samping komputernya. “Hahaha! Kalian kenapa takut terlambat? Kalian lupa kalau hari ini adalah hari yang spesial buat kita semua.” “Hari spesial? Maksud kamu?” tanya Nadia bingung. “Hari ini, kan, adalah hari si pak tua itu terakhir bekerja di sini, dan nanti siang akan ada acara syukuran buat melepas kepergian pak tua itu dari perusahaan ini,” ucapnya santai. “Tania, jangan bicara tidak sopan begitu. Bagaimanapun juga pak Danu adalah atasan kita, dan dia juga termasuk atasan yang baik dan bijaksana, tidak sepatutnya kamu memanggilnya pak tua.” “Iya, kamu tidak boleh begitu. Bagiku dan Nadia, ini bukan hari spesial, malahan ini hari yang sangat menyedihkan, karena pak Danu akan mengundurkan diri dari perusahaan ini.” “Kenapa sedih, justru kita harus senang, karena nanti perusahaan ini akan di pimpin oleh direktur utama yang usianya lebih muda, tampan, dan juga aku dengar dia masih sendiri. Bisa buat mood kerja kita lebih semangat lagi.” Wajah Tania terlihat berseri bahagia. Nadia dan Sarah melihatnya malas. Mereka memang sudah sangat kenal sifat Tania yang seperti itu. “Pak Danu sudah datang, kan? Aku mau ke ruangannya sebentar.” “Kamu pasti mau mengucapkan selamat tinggal sama bos kesayangan kamu itu?” tanya Tania dengan nada mengolok. “Pak Danu berhak mendapat rasa hormat kita, dia memang orang yang sangat baik selama ini.” “Dia memang sangat baik, apalagi sama kamu. Aku sampai kadang berpikiran negatif melihat kamu sama pak tua itu. Hubungan kalian hanya sebatas atasan sama bawahan, atau lebih dari itu?” Seketika ekspresi wajah Nadia berubah aneh. Dia tampak kesal dengan perkataan temannya. “Jangan bicara yang tidak-tidak, Tania! Aku dari dulu menganggap pak Danu sudah seperti ayahku sendiri. Tidak lebih,” ucap Nadia tegas. “Aku kan tadi hanya mengungkapkan apa yang aku pikirkan, dan sepertinya buka aku saja yang berpikiran seperti itu.” Tania melengos pergi kembali ke mejanya. Nadia yang melihat tampak benar-benar kesal. “Sudah, Nadia. Kamu jangan memikirkan kata-kata si Tania itu. Dia memang begitu mulutnya, makannya aku tidak terlalu terbuka jika berbicara sama dia. Kamu segera ke ruangan pak Danu saja.” “Iya, Sarah.” Nadia mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya. Nadia menaruh sebuah kotak berukuran sedang berwarna hitam di antara map yang dibawanya. Nadia memang bermaksud menyembunyikan apa yang dia bawa supaya tidak ketahuan karyawan lainnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook