bc

Unexpected Wife

book_age18+
7
FOLLOW
1K
READ
arranged marriage
goodgirl
independent
drama
sweet
bxg
city
wife
model
shy
like
intro-logo
Blurb

Alexander Dornan begitu terkejut mendapati seorang wanita cantik berperawakan tinggi sedang duduk di salah satu kursi pada ruang makan keluarganya. Ia tidak mengenal siapa wanita itu, namun betapa terkejutnya dirinya ketika ibunya memperkenalkan wanita itu sebagai calon istrinya. Wanita yang ternyata berprofesi sebagai model itu, Alex yakini hanya ingin mengeruk habis hartanya. Ia sangat tahu, wanita seperti Catherine itu sangat pintar menipu daya semua orang, termasuk ibunya sendiri yang kemudian terpedaya dan memaksannya untuk menikahi wanita itu.

Catherine Fitzpatrick begitu menganggumi Alexander Dornan, bahkan sebelum ia mengetahui rencana perjodohannya dengan pria itu. Pria dengan penampilan yang penuh karisma juga penuh kewibawaan itu selalu bisa membuatnya terpanah. Catherine hanya ingin merebut hati pria itu, tidak lebih. Ia ingin menunjukkan pada Alex jika dirinya tidak seperti apa yang pria itu pikirkan. Catherine ingin membuktikan jika ia adalah istri idaman yang tidak terduga.

chap-preview
Free preview
Chapter 01
Pertemuan bisnis Alex dengan kliennya hari itu tidak berjalan begitu baik karena satu-satunya Ibu yang begitu dicintainya itu terus saja mengganggunya dengan mengirim tidak hanya satu, tetapi beberapa foto dari wanita yang tidak dikenalinya, entah itu foto wanita dengan rambut pirang, atau cokelat, baik lurus maupun bergelombang, semuanya ada pada pesan foto yang dikirimkan oleh ibunya itu. Jujur saja, sebenarnya Alex sama sekali tidak merasa keberatan dengan foto-foto wanita cantik yang dikirimkan Ibunya itu, tetapi ia hanya merasa tidak nyaman karena layar ponselnya itu terus saja menyala selama pertemuannya dengan kliennya. Alhasil, fokus mereka terpecah karena sesekali mata mereka ikut melirik ke arah ponsel Alex, dan mungkin saja secara tidak sengaja mereka juga dapat melihat pesan godaan Ibunya yang muncul dari notifikasi pada layar ponselnya. Alex benar-benar tidak habis pikir bagaimana tiga bulan belakangan ini ibunya itu selalu saja mengejar-ngejarnya dengan masalah pernikahan, dan salah satunya adalah dengan terus mengiriminya foto wanita-wanita asing itu padanya. Demi tuhan, tahun ini, usianya bahkan baru menginjak angka dua puluh tujuh tahun. Pria mana terutama pebisnis muda yang sedang berada di puncak kariernya seperti dirinya yang begitu terburu-buru untuk segera menikah dan memiliki anak yang nantinya hanya akan membuat kehidupannya menjadi kacau? Ponsel Alex kembali berdering, tanpa melihat nama si penelponnya pun, Alex tahu siapa seseorang yang sedang menghubunginya sekarang. Ya, siapa lagi jika bukan ibu tersayangnya itu? Dalam hatinya ia merasa begitu bersyukur karena sudah menyelesaikan pertemuannya dengan kliennya hari ini, sehingga ia tidak perlu lagi mengacaukan pertemuan mereka dengan pesan-pesan tidak penting dari Ibunya itu. "Alexander Dornan," angkatnya pada dering pertama ketika teleponnya itu berbunyi. "Apakah harus seformal itu dengan ibumu sendiri?” Protes suara di seberang sana. Sebenarnya Alex sangat jarang berbicara formal dengan Ibunya, tetapi ia selalu berusaha untuk profesional. Sekarang ini, ia sedang berada di kantornya, ia tidak mungkin dengan seenaknya menelpon Ibunya seperti biasanya, sekali pun ia sedang berada di ruangannya sendiri. “Ada apa Ibu?” Tanyanya tidak menghiraukan protes yang diutarakan Ibunya sebelumnya. “Seharusnya aku ingat jika kau tidak pernah menggubris akan hal itu.” Sesal Ibunya kemudian, “Oiyaa... ngomong-ngomong kenapa kau tidak membalas pesan Ibu? Ibu sudah menunggu tanggapanmu sejak tadi tetapi kau tidak kunjung memberikan jawaban.... Ugh, bagaimana menurutmu? Apakah wanita-wanita itu sesuai dengan tipe idealmu? Jika iya dan kau merasa tertarik, Ibu akan segera mengatur jadwal pertemuanmu dengan beberapa wanita itu, bagaimana?" Tanya Ibu Alex dengan cepat dan tanpa henti, membuat kepalanya berdenyut nyeri merasa kebingungan harus menjawab pertanyaan yang mana lebih dulu. Alex tentu sangat mencintai Ibunya, tetapi jika urusannya seperti ini, rasa cintanya seperti mengalami pengikisan saja. Alex menghela napasnya, merasa lelah. Setiap Ibu di dunia ini mungkin akan melakukan hal yang sama seperti apa yang Ibunya lakukan padanya untuk mendapatkan pasangan terbaik yang dapat mendampingi kehidupan putranya. Namun, ayolah... Alex masih terlalu muda untuk memikirkan hal-hal seperti itu... dan ia rasa, tindakkan Ibunya itu terlalu berlebihan. "Ibu, aku benar-benar tidak memiliki waktu untuk mengurusi hal-hal seperti itu sekarang," ya, karena waktunya hanya dihabiskannya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja, juga sesekali mencari hiburan dengan wanita... Tetapi, tentu saja tanpa adanya sesuatu yang mengikat di dalamnya. "Alex Sayang, ayolah nak...” Bujuk Ibunya. “Ibu...” Alex pun bersikeras pada keputusannya untuk menolak permintaan Ibunya. “Sekali saja Sayang, setelah itu terserah padamu akan memutuskan seperti apa. Jika kau tertarik pada wanita itu, kau bisa melanjutkan hubunganmu dengannya, tetapi jika tidak, kau bisa memutuskannya," bujuk Ibunya sekali lagi. Apakah dengan menuruti perkataan Ibunya, ia akan terbebas dari segala gangguan yang diberikan Ibunya itu? Alex tahu jika jawabannya adalah tidak, tetapi untuk beberapa waktu terakhir ini, kehidupannya mungkin akan lebih tenang jika ia menuruti keinginan Ibunya. "Satu orang saja, siang ini pukul dua belas, di kafe seberang kantor," tanpa melihat Ibunya secara langsung Alex dapat menebak jika saat ini Ibunya itu sedang tersenyum begitu lebarnya, hingga jika Ibunya melakukannya terus menerus, senyuman itu dapat menyakiti rahangnya. "Baiklah!... Baiklah Sayang, kau sungguh putra yang baik... Ku harap kau akan menikmati kencanmu nanti... dan oh... Selamat bekerja kembali.” Setelah itu, Alex memutuskan panggilannya. Ia kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena interupsi singkat dari ibunya itu.*** Bunyi alat makan yang saling bersentuhan itu terdengar sedikit mengganggu di telinga Alex. Ugh, wanita yang sedang duduk di hadapannya saat ini, entah mengapa terlihat begitu berlebihan dengan penampilannya yang glamor, dengan beberapa perhiasan yang menempel dan menghiasi tubuhnya, yang Alex duga harganya tentu tidaklah murah. Namun, yang membuat Alex heran adalah bagaimana cara wanita ini menyantap hidangannya, yang sangat berkebalikan dan sama sekali tidak mencerminkan penampilannya. Tidak seperti kebanyakan wanita kaya yang sangat memperhatikan masalah tata krama dan sopan santun, wanita ini sepertinya sama sekali tidak peduli akan hal seperti itu. "Jadi Alex, apa kau suka menghabiskan waktumu dengan berlibur ke luar negeri?" Alex meraih gelasnya, kemudian meneguk air mineral yang ada di dalamnya. Sementara wanita di hadapannya itu lebih memilih untuk meminum segelas wine dengan gelas tingginya. Hei, apa ada orang yang meminum wine di siang hari seperti ini? Ya, mungkin ada... dan mungkin hanya dilakukan oleh beberapa orang yang frustasi dengan kehidupan mereka sendiri, termasuk dengan wanita ini. Alex tidak mengerti mengapa wanita yang berada di hadapannya ini, wanita bernama Jennifer ini sedari tadi terus saja mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan tidak penting yang berhubungan dengan kesenangan dunia belaka yang membutuhkan banyak uang untuk melakukannya. Ia tentu tidak merasa keberatan dengan hal itu, tetapi perilaku seperti itu lah yang sangat-sangat dibenci Alex. Hidup tidak semata-mata hanya untuk mencari kesenangan yang sifatnya hanya sementara. Mereka perlu berbagi dan melakukan sesuatu yang lebih berguna dalam hidupnya. "Tentu saja," Alex hanya menjawab dengan singkat, yang kemudian dibalas Jeniffer dengan menampakkan senyum lebarnya. Sepertinya ia mendapatkan jawaban yang diinginkannya. "Kalau begitu, mungkin kita bisa berlibur keluar negeri di kencan kedua kita nanti? Kau tahu? Aku sangat ingin pergi ke Paris, sudah lama sejak terakhir kalinya aku ke sana," Alex lebih memilih memainkan garpu makannya dari pada membalas perkataan Jennifer, "hmm... Tetapi untuk saat ini... bagaimana jika kita pergi ke bar dekat sini saja? Ku dengar ada bar mewah nan terkenal di sekitar sini. Aku tentu tidak akan keberatan untuk menunggumu hingga nanti malam. Mungkin aku bisa berbelanja di sekitar sini sembari menunggumu? Bagaimana menurutmu?" Tawar Jennifer dengan nada riang yang entah mengapa membuat Alex merasa kesal. Well, Alex merasa sedikit muak dengan obrolannya dengan Jennifer yang membosankan dan sama sekali tidak menarik perhatiannya itu, "Well, tawaran itu terdengar sangat menyenangkan, tetapi maaf aku tidak bisa melakukannya, ada jadwal makan malam dengan rekan bisnisku malam ini dan ada beberapa hal yang harus kukerjakan setelahnya," dari tempat duduknya, Alex dapat mendengar suara degusan napas Jennifer. Apa wanita itu sedang menunjukkan jika ia merasa kesal padanya? Bila dipikir-pikir, Jennifer sebenarnya tidak begitu buruk. Wanita itu memiliki paras yang cantik dengan rambut pirangnya yang begitu indah, salah satu tipe ideal dari wanita yang disukainya, ya... tetapi berdasarkan fisiknya saja. Namun, untuk urusan perilaku, perilaku Jennifer sangat jauh dari kriteria wanita yang diinginkan Alex, dan hal itulah yang membuat Alex tidak tertarik pada Jennifer. Mungkin jika lebih diperjelas lagi, Jennifer akan sangat ideal untuk memenuhi kebutuhan ranjangnya, tetapi tidak dengan kebutuhan batinnya. "Sayang sekali ya.... tetapi, baiklah jika kau tidak bisa melakukannya." Selanjutnya mereka kembali menyantap makan siang mereka, kali ini tanpa saling bersuara. Tidak ada sesuatu yang spesial yang dilihat Alex dari Jennifer. Wanita itu bahkan sama sekali tidak terlihat menarik di matanya. Ia sejak tadi bahkan terus berpikiran untuk menyingkirkan Jennifer dari hadapannya. Setelah selesai menyantap makanan mereka, Alex mengiring Jennifer menuju mobil wanita itu. "Mungkin lain kali kita bisa pergi bersama dan menghabiskan waktu bersama lagi," Alex mengangguk asal, ia hanya ingin wanita itu segera pergi dari hadapannya. Alex kemudian membukakan pintu mobil untuk Jeniffer. Walaupun ia tidak tertarik pada Shopia, tetapi tentu saja ia tetap harus bersikap sopan pada seorang wanita yang baru saja dikenalnya itu. "Kau pria yang menyenangkan,” ucap Jennifer, kemudian mengecup lembut sisi wajah Alex, “sampai jumpa lagi, Alex." Jennifer melambaikan tangannya yang sayangnya tidak digubris sama sekali oleh Alex. Kecupan dari Jennifer itu tidak sedikit pun mengubah pandangan Alex terhadap wanita itu. Alex tidak pernah tertarik untuk terlibat dalam sebuah hubungan dengan komitmen, terutama dalam ikatan pernikahan. Hal ini bukan tanpa alasan. Semenjak sahabat karibnya- Matthew- yang menjadi gila dan bunuh diri hanya karena istrinya yang meninggalkannya dengan membawa seluruh harta bendanya, kemudian juga kejadian apa yang pernah dialaminya secara langsung yang selanjutnya membuatnya tidak tertarik untuk terjun pada hubungan itu. Bukannya Alex merasa takut jika mungkin ia akan mendapatkan seorang istri dengan peringai seperti itu, gila harta dan mungkin sewaktu-waktu akan membawa lari seluruh hartanya, bukan. Ia pebisnis muda sukses yang kaya raya, ia yakin bisa memberikan apapun yang banyak wanita inginkan. Alex hanya tidak ingin jika dirinya terjebak pada situasi seperti itu, jatuh hati pada seseorang kemudian memiliki komitmen dengannya, lalu suatu saat mungkin akan membuatnya begitu tergila-gila padanya, hingga membuatnya kehilangan dirinya sendiri. Hei! bukannya ia tidak percaya pada dirinya sendiri jika ia akan tetap kuat ketika ia jatuh hati pada seseorang, tetapi semua orang bisa menjadi gila dengan alasan apapun, dan ia tidak ingin hal itu terjadi padanya. Oleh karena itu, ia tidak ingin terjebak dengan seorang wanita yang akan membuatnya kehilangan banyak hal, termasuk dengan akal sehatnya sendiri.***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook