bc

Sweet Holiday

book_age16+
304
FOLLOW
1.3K
READ
billionaire
second chance
goodgirl
dare to love and hate
CEO
drama
sweet
bxg
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Ketika kesalahpahaman menghadirkan kisah cinta yang baru..

***

Bukan mantan tapi mengaku mantan? Apa tujuannya?

Di saat Tiara galau segalau-galaunya, seorang pria asing datang dengan berbagai kebetulan tak masuk akal. Kebetulan beruntun yang jelas tidak bisa dianggap hanya kebetulan semata.

Sementara itu, Dipta tidak menyerah meski ditolak oleh Tiara. Pria ini bersikeukuh memperjuangkan hati seorang mantan ratu buaya darat yang sudah mengundurkan diri dari label tersebut.

Liburan yang semula hanya sebagai penghibur diri, siapa sangka malah jadi lebih mendebarkan.

Ada yang aneh dengan hubungan keduanya. Di satu sisi, Tiara tak merasa punya masalah pelik dengan Dipta. Di sisi lain, Dipta merasa ada hal rumit yang harus ia tegaskan pada Tiara. Sampai tanpa sadar, kesalahpahaman pun membawa mereka pada titik membingungkan.

Apa bisa keduanya bersatu meski jelas ada yang tidak sejalan? Atau hanya akan sekadar jadi cerita yang kelak didongengkan sebagai sebuah kenangan belaka?

Simak kisah serunya di sini..

========== Sweet Holiday ==========

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Mantan Penuh Misteri
Aku pernah terpaku dengan perasaan yang membisu Membiarkan rasaku berharap tentang balasmu Dan akhirnya aku mengerti yang kutahu Bahwa kamu tercipta bukanlah untuk diriku.. - Tiara - *** Gadis itu terduduk lesu sembari bertopang dagu di ruang kerjanya. Berulang kali menghela napas pendek, seolah berharap penatnya lekas sirna. Semakin ia menyibukkan diri, malah makin kentara ada retakan di hatinya. Ditinggal nikah pas sayang-sayangnya memang bukan hal mudah bagi setiap orang. Sama halnya dengan Tiara. Walau sudah berbulan-bulan berlalu, tetap saja jiwanya diliputi gundah gulana tak menentu. Di luar ia bisa terlihat tegar dan cerita. Menunjukkan ekspresi seolah baik-baik saja, tapi dalam batinnya jelas menganga sebuah lubang yang belum kunjung bisa ditutup rapat. Seseorang mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk ke ruangan. Tiara hanya mempersilahkan dengan datar. Lani menghampiri dengan membawa sebuah amplop berwarna putih. Teman baik sekaligus sepupu yang juga merupakan rekan di kantor ini pun menyodorkan amplop tersebut pada Tiara. "Nih, buat lo. Biar nggak galau mulu. Udah saatnya move on, Bu Bos!" ujar Lani menggebu-gebu. Tiara menerima dan membuka isi amplop. Ada tiket perjalanan pulang pergi beserta brosur dan akomodasi liburan selama dua pekan ke Magelang dan Jogjakarta. Gadis itu menautkan alis, bingung. "Apaan nih?" tanyanya ingin memastikan. "Itu tiket liburan dan lain-lain. Udah kusiapin semua. Kita tinggal berangkat aja." "Tiket liburan? Kita? Berangkat? Maksudnya?" "Aduh, Ra, gue tuh dah pusing lihat muka lo masam banget. Ya, walaupun bibir lo kadang masih bisa senyum. Tetep aja, gue bisa ngerti apa yang lo rasain sebenernya. Gue tuh temen yang peka tahu." "Gue nggak paham lo ngomong apa, Lan." Lani duduk di kursi seberang meja kerja teman sekaligus atasannya ini. Ia melipat dua tangan di d**a, mengamati dengan seksama wajah cantik temannya. "Sayang banget ya, cewek secantik lo harus dilematis cuma gara-gara cinta nggak kesampean," katanya setengah mencibir. "Nggak ada hubungannya muka cantik sama nasib asmara!" keluh Tiara memprotes. "Lagian gue masih banyak kerjaan. Nggak bisa ambil sembarangan cuti." "Kata siapa? Orang gue udah bantu minta izin langsung kok ke Pak Gibran." "What? Kapan?! Kok nggak konfirmasi ke gue dulu?" "Buat apa? Yang ada paling lo bakal nolak lagi dengan seribu satu alasan. Nih ya, gue kasih tahu ke elo. Kalau lo masih keukuh nggak mau berangkat liburan sama gue, gue pastiin perasaan lo bakal terbongkar sampai ke telinga Pak Abrar! Gimana? Mau?" Kedua mata Tiara spontan mendelik kesal. Ia melotot pada Lani, mengindikasikan rasa sebal yang menggunung. Harusnya sejak awal Lani menggunakan ancaman termanjur ini. Tiara menyukai Abrar sudah lama. Sangat lama. Tapi ia hanya bisa memendam dalam perasaannya. Berkelana ke satu hati ke hati yang lain demi memuaskan jiwanya yang merana, tak cukup berhasil untuk mengenyahkan sosok sang pujaan hati dalam angannya. Dan sekarang, segala harapannya telah pupus. Pria yang diam-diam ia cintai telah memilih bersama gadis lain. Dan Tiara tahu konsekuensi atas cinta terpendamnya selama ini. Bertepuk sebelah tangan mungkin sudah menjadi takdirnya. Hukum alam atas kebiasaan Tiara mempermainkan hati para lelaki selama ini. "Awas kalau lo berani nyebar gosip aneh-aneh!" Tiara emosi. "Yaudah, berarti kita berangkat akhir pekan ini juga." Lani tersenyum penuh kemenangan. Ia memainkan kuku-kuku jarinya dan meiniupnya perlahan. Mengamati kecantikan kutek merah muda yang baru ia poles kemarin. Tak peduli kawannya sudah menghembuskan napas kesal berulang kali. Tiara meniup poni sekilas, ia mengurut kening sejenak. Suara ketukan pintu terdengar. Seseorang menyembul masuk. "Permisi, Bu. Ini dokumen yang Ibu Tiara pinta." Seseorang menyerahkan sebuah map berwarna biru pada Tiara. "Tolong taruh di meja saja. Sudah kamu email data yang saya minta siapkan kemarin?" "Sudah, Bu, barusan saya email. Ibu Tiara bisa cek segera." "Oke. Terimakasih, Tary." "Baik, Bu. Saya permisi dulu." Tiara hanya mengangguk. Ekor matanya beralih ke arah temannya yang masih duduk santai. "Lo lihat kan? Kerjaan gue masih numpuk banget. Mana bisa gue kelarin dalam waktu dua hari doang? Mustahil banget, kecuali gue robot yang nggak butuh rehat." "Nah itu tahu. Lo kan bukan robot. Artinya, butuh refreshing juga dong. Lagian Pak Gibran udah acc dan siapin pengganti sementara lo libur." "Gue nggak ngerti ya, kok bisa lo sampai berani minta izin ke Gibran segala?" Lani hanya mengangkat bahu cuek. Ia pun berdiri dan berlalu pergi. Meninggalkan Tiara yang kebingungan. Sementara Tiara yang masih penasaran pun langsung bergegas menuju lantai atas untuk bertemu Gibran. Ia harus mencari tahu sampai ke akar-akarnya, khawatir kalau Lani bicara macam-macam pada Gibran. Ketika memasuki lift, seseorang ikut masuk. Jantung Tiara rasanya kembang kempis tak karuan. Sudah lama ia menghindar dan harus diam-diam kabur dari perjumpaan dengan pria ini. Namun, agaknya waktunya tak mendukung sekarang. Pintu lift terlanjur tertutup. Hanya ada dirinya, pria itu, dan dua orang lainnya. "Sibuk banget lo ya? Sampe nggak sempet ngumpul bareng lagi," sapa Abrar. "Iyalah. Gara-gara lo nggak mau pegang jabatan, jadi gue yang kena imbasnya. Tapi bagus sih buat gue, nggak perlu jadi bawahan lo." Abrar tertawa. "Nggak mungkinlah. Gue tahu, otak gue nggak sepinter lo." "Sejak kapan nih orang mengalah sama gue?" cibir Tiara terheran. Sembari berusaha menata kepingan hatinya yang retak. Bertemu Abrar sama saja menambah luka. Cinta yang tak kesampaian ibarat jarum yang terus menusuk tanpa mau berhenti. Sakitnya terasa, bekasnya menganga, tapi bentuknya tak nyata. Abrar hanya mengangkat bahu sekilas. "Oh ya, gue denger lo ajuin cuti buat liburan. Tumben banget." Tiara memutar otak. Ia yang belakangan gila kerja sampai tak ada waktu untuk nongkrong dengan sahabat-sahabatnya harus membuat alibi sebaik mungkin, setidaknya agar masuk akal terdengar. Apalagi, ia tak mau sampai pria ini tahu. Bahwa ialah alasan Tiara menyibukkan diri. "Nggak pa-pa sih, cuma lagi pengen aja, sekalian jengukin saudara ibuku di sana," ujarnya asal. "Oh, semoga menyenangkan liburannya." "Lo ngapain ke sini?" "Ketemu bos besarlah, mau ngapain lagi?" Pertanyaan yang bodoh. Tiara jelas tahu alasan Abrar ke sini. Hampir seminggu sekali pria itu mengunjungi kantor Gibran untuk mendiskusikan sesuatu. Gara-gara debaran jantung tak beraturan, ia malah terlihat seperti orang bodoh yang sedang berbasa-basi sekarang. Tiara merutuk dalam batin, menyesali pertanyaan absurdnya. Pintu lift terbuka, Tiata bergegas ke luar. Ia langsung mendatangi ruangan Gibran, disusul oleh Abrar. "Ada apaan nih?" Gibran geleng kepala melihat dua sahabatnya datang bersamaan pagi-pagi begini. Tiara melirik Abrar sekilas. Kemudian kembali menatap ke arah Gibran. Tak mungkin ia menanyakan masalah liburan sekarang. Akhirnya ia pun berdalih ingin membahas mengenai pekerjaan. "Lo kan mau cuti. Nggak usah mikirin kerjaan dulu. Sementara waktu, kerjaan lo biar dipegang sama orang lain." "Siapa?" "Adalah, nggak usah khawatir. Nikmatin aja me time lo." "Yaudah deh, gue balik ke ruangan dulu." Tiara berlalu tanpa mengatakan apa-apa pada Abrar. Gibran hanya mesem melihat tingkah Abrar yang sok polos dan tak tahu apa-apa. "Parah lo!" serunya. "Jangan nyalahin gue mulu dong, Bos," protes Abrar. "Lagian lo juga, kenapa bisa diem-diem atur liburan buat Tiara? Itu kalau si Disya tahu apa nggak ngamuk dia?" "Ya jangan sampai tahu. Gue ngerasa nggak enak, kasian sama dia. Sebagai temen ya nggak tega lah." "Yakin cuma nggak tega?" "Iya, Bos. Sumpah!" Abrar mengangkat dua jarinya membentuk huruf V ke udara. "Lagian, sebetulnya bukan gue juga sih yang ngerencanain liburan ini. Gue cuma perantara doang." "Terus siapa?" "Adalah, yang bersangkutan minta dirahasiain. Yang jelas ada hubungannya dengan salah satu mantannya Tiara, Bos." Jadi, sebenarnya Abrar sudah tahu perasaan Tiara padanya. Itu pun setelah istrinya memberitahu. Disya mengetahui Tiara menyukai Abrar setelah pernan salah membaca buku agenda milik Tiara. Ia pikir itu buku agenda jadwal kerja. Ternyata agenda buku harian. Dan karena status Tiara dan Abrar adalah sahabat karib sejak lama, ia pun tak bisa lepas tangan begitu saja. Membiarkan seseorang yang mencintainya terluka di bawah kebahagiannya. Bukan karena Abrar menyesal atau apa, tapi lebih ke rasa kasihan dan simpati semata. Untuk sedikit mengurangi rasa bersalah, karena tak bisa membalas perasaan tulus Tiara, akhirnya ia merencanakan liburan buat gadis itu. Dengan bantuan Lani tentunya. Tiara kembali ke ruangan. Teleponnya berdering sejak tadi. Namun, anehnya, tiap kali ia mengangkat nomor asing yang tak dikenal itu, pasti panggilan langsung ditutup kembali. "Siapa sih nih orang iseng pagi-pagi udah nambahin sensi aja?!" gerutunya. Tepat ketika ia hendak membuka pintu ruangan, seorang resepsionis datang menghampiri. "Bu Tiara, ada paket khusus untuk Bu Tiara." "Paket khusus?" Tiara heran. Ia menerima sebuah bingkisan berbentuk kotak. "Iya Bu, saya coba telepon ruangan Bu Tiara nggak ada yang angkat, jadi saya antar saja sebelum kelupaan." "Terimakasih ya?" "Sama-sama, Bu. Saya permisi dulu." Resepsionis permisi melanjutkan pekerjaan. Tiara masuk ke ruangan dan duduk di sofa. Ia membuka isi kado di tangannya. Ada sebuah album kenangan tersimpan di dalam sana. Juga ada sebuah liontin berbentuk bulan separuh. Tak hanya itu, ada bola kristal berhias mawar di dalamnya, hanya saja mawar itu tampak layu ditaburi butiran putih seperti salju. Gadis itu terhenyak tak mengerti. Ia mencari-cari nama pengirim, tak kunjung ditemukan. Lalu ia beralih membuka isi album, dan tak ada apa-apa di sana, tak ada fotonya sama sekali. Di beberapa halaman terdapat foto-foto seperti pemandangan. Ia merasa agak familiar dengan tempat-tempat tersebut, tapi tak bisa mengingat apapun. Di halaman terakhir, ia menemukan sebuah tulisan tangan yang rapi. Dear Tiara, Semudah apapun kamu melupakanku dan kenangan kita, bagiku kamu akan tetap hidup selamanya dalam hatiku... Terimakasih telah mengisi hari-hariku yang sebelumnya kosong Terimakasih telah menjadi obat terbaik dari rasa sakitku Aku berharap, kamu selalu bahagia... From, Mantanmu.. -S- "S? Mantanku?" Tiara bergumam seorang diri. "Siapa S?" tanyanya pada diri sendiri. Ia memutar otak, mencaritahu nama-nama yang sekiranya berawalan huruf S. Sangking banyaknya mantan, ia sampai bingung untuk mengingat kembali. "Mantanku siapa sih?" Ia memukul-mukul kepala, berharap bisa menemukan ingatan yang mungkin ia lewatkan. Nihil. Semua kosong melompong. Tiara sudah memutuskan berhenti bermain hati. Ia berjanji pada diri sendiri untuk lebih serius dalam menjalani sebuah hubungan. Itu sebabnya ia tak mau lagi menjadi seorang playgirl yang sering berganti pasangan dan mencampakkannya sesuka hati. Tiara kembali menatap tulisan tersebut. Menerka-nerka siapa S, seorang mantan yang mengirim hadiah misterius seperti ini padanya? Dan apa maksudnya? ==♡Sweet Holiday♡==

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

My Secret Little Wife

read
94.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook