bc

Marry Me, Please, Marry Me

book_age18+
457
FOLLOW
1.2K
READ
billionaire
alpha
possessive
brave
self-improved
boss
bxg
ambitious
rejected
poor to rich
like
intro-logo
Blurb

CEO Series #6

Emilia Kusuma tidak pernah tahu rasanya patah hati, sebelum akhirnya keluarga kekasihnya, Anthony Arsawijaya menolak Emilia sebagai menantu.

Bagi mereka, Emilia yang merupakan mantan model yang pernah tersandung skandal dan putri dari seorang koruptor tidak pantas menjadi bagian dalam keluarga mereka.

Hati Emilia hancur. Di saat ia butuh dukungan saat yang lain menghujat keluarganya atas kasus yang dialami sang ayah, ia harus mengalami tekanan lain dari keluarga Anthony. Padahal, pria itu baru saja hendak melamarnya.

Emilia bingung. Ia ingin menyerah, namun Anthony mati-matian memperjuangkannya. Tapi tekanan keluarga pria itu benar-benar tidak mampu lagi ia tanggung.

Emilia benar-benar menyerah.

Akan tetapi, di sisi lain, Anthony masih berusaha keras mempertahankan Emilia, meski tanpa restu keluarganya. Ia tahu bahwa Emilia tidak sempurna seperti yang diinginkan keluarganya, tapi ia menginginkan gadis itu. Ia mencintai Emilia apa adanya. Ia tidak peduli pada cemoohan orang lain.

Namun, Emilia semakin menjauh dan akhirnya pergi darinya.

Mampukah Anthony membuat Emilia bersedia kembali padanya?

Ataukah mereka berdua memang harus pasrah seperti yang dikatakan Emilia, bahwa mungkin mereka lebih baik berpisah dan menemukan kebahagiaan masing-masing?

Cover: Canva

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Kamu tuh pernah kena kasus menggunakan obat-obatan terlarang. Sebentar lagi ayahmu bakal dipenjara karena korupsi uang negara. Dan mengingat gaya hidup kamu sebelumnya yang berprofesi sebagai model, kamu pasti udah nggak perawan lagi." Emilia menelan ludah mendengar kalimat menusuk itu yang telak mengenai jantungnya. Lawan bicaranya pun melanjutkan. "Kamu sama sekali nggak cocok sama keluarga kami. Papaku abdi negara yang baik, berkebalikan banget sama papa kamu. Masa kamu bisa lancang banget berpikir bakalan cocok sama kakakku. Mimpi!" "Aku nggak lancang," balas Emilia pada akhirnya. Meski gadis di hadapannya ini sudah mengoyak harga dirinya, ia tetap menegakkan kepala dengan penuh harga diri. "Kakak kamu yang mencintai aku. Jadi di mana letak lancangnya?" "Cinta? Cih... Itu bisa berubah dalam sekejap. Jangan terlalu percaya diri," ujar Merlin. Ya, yang barusan bicara dengan Emilia adalah adik Anthony, pacarnya. "Percaya diri sekali kamu bicara begitu. Terlalu skeptis soal cinta ya? Kenapa? Terlalu sering dicampakkan?" balas Emilia telak. "Kasihan.Ckckck..." "Kamu!" Merlin seketika melotot. Tapi Emilia tetap memasang ekspresi tenang. "Awas aja, kamu pasti menyesal. Percuma bicara dengan sampah seperti kamu." Setelah mengatakan itu, Merlin seketika berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan tempat itu. Emilia menghela napas. Untungnya kondisi kafe saat ini tidak terlalu ramai. Akan sangat memalukan kalau sampai ada yang mendengar obrolan mereka tadi. Sambil mencoba memenangkan diri, Emilia meraih gelas minumannya. Ia baru saja minum satu teguk ketika ponselnya berbunyi. Panggilan dari Anthony. Emilia menghela napas. Ia sedang tidak ingin bicara dengan pria ini. Ia takut akan terlihat lemah dan menangis. Emilia akhirnya hanya membiarkan telepon dari Anthony berakhir dengan sendirinya. Setelah itu, ia langsung mematikan ponselnya. Saat ini ia hanya ingin sendirian. Putri koruptor ini sedang ingin sendirian, ujarnya dalam hati. Jari telunjuk Emilia langsung buru-buru menyapu air mata yang keluar tanpa permisi dari sudut matanya. *** Ayahnya di penjara, sementara ibunya depresi dan kini berada di rumah sakit jiwa. Emilia memejamkan mata, mencoba menahan tangisnya agar tidak keluar. Ia duduk sambil memeluk lutut, seorang diri di sebuah rumah kontrakan kecil yang baru disewanya kemarin. Rumah mereka sudah disita karena kasus korupsi yang dialami ayahnya. Bukan hanya itu, mobil, dan juga perhiasan milik ibunya, semua diambil untuk melunasi denda akibat dari perbuatan sang ayah. Tidak ada tempat lagi baginya untuk pulang. Davina, sahabatnya sejak di bangku SMP, menawarkan Emilia untuk tinggal bersamanya. Namun, Emilia menolak. Ia tidak ingin menyusahkan siapa pun saat ini. Cukup sudah caci maki orang-orang terhadapnya. Ia juga tidak ingin Davina dan keluaganya mendapat predikat buruk karena menolongnya. Lagi pula, entah apa lagi nanti yang akan mereka katakan saat melihat Emilia hidup dengan bantuan support dana dari sahabatnya? Parasit. Julukan itu yang belum ia sandang saat ini. Ia tidak pernah tahu bahwa hidup bisa sekejam ini. Semuanya tiba-tiba berbalik seratus delapan puluh derajat. Segalanya kini hilang dari hidupnya. Orang-orang yang ia cintai, juga kekasih yang mencintainya. Anthony. Emilia rindu setengah mati pada pria itu. Tapi ia tidak punya cukup keberanian untuk menemuinya. Keluarga Anthony sudah secara terang-terangan membencinya. Putri koruptor. Mantan pengguna obat terlarang. Model yang kini sudah tidak lagi bersinar. Atau dalam kata lain, sudah tidak laku. Keluarga dan karirnya hancur dalam waktu hampir bersamaan. Dan kini, kisah cintanya pun begitu. Memangnya salah jika punya ayah seorang koruptor? Apakah ia juga harus menanggung hukuman yang sama dengan ayahnya? Mereka yang menghujat itu bahkan tidak tahu bahwa ayahnya hanyalah kambing hitam dari pelaku sebenarnya. Si pelaku sebenarnya bahkan kini masih bisa tidur nyenyak di kasurnya yang empuk, sementara ayahnya harus mendekam di sel penjara yang dingin. Tapi, tentu saja tidak ada yang percaya jika ayahnya tak bersalah. Semua bukti sudah diatur agar mengarah hanya pada ayahnya. Belum puas menghujat Emilia dengan julukan anak pencuri, kasus lama yang dialaminya dulu kembali diungkit. Kesalahannya dulu saat menggunakan obat terlarang tampaknya tidak pernah bisa dilupakan masyarakat, bahkan saat ia sudah benar-benar bersih dan bertobat sekali pun. Tidak hanya itu saja, profesinya sebagai model pun juga ikut diungkit. Ketika dalam beberapa kali ia pernah berpakaian minim, semua kini naik ke permukaan. Membuat Emilia menjadi sasaran kebencian orang-orang karena sudah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kesopanan yang dijunjung tinggi negara ini. Ia disebut sebagai gadis murahan yang menjual kemolekan tubuh demi uang. Keluarga Anthony membenci Emilia karena hal itu. Ia dianggap sebagai pembawa keburukan untuk keluarga terhormat seperti mereka. Akan tetapi, di atas itu semua, yang membuat Emilia semakin sedih adalah Anthony yang bahkan rela bermusuhan dengan keluarganya hanya untuk membela dirinya. Sang putri koruptor ini cukup beruntung memiliki pria yang rela melakukan hal tersebut untuknya. Dan karena itu pula ia juga dituduh menggunakan guna-guna hingga membuat Anthony jadi seperti itu. Emilia tidak sanggup lagi menghadapi ini. Terror demi terror untuk memisahkannya dengan Anthony datang silih berganti. Bahkan saat ia melamar pekerjaan pun, ia harus menerima banyak penolakan karena isu buruk yang sudah tersebar. Ia hanya cukup beruntung menemukan rumah kontrakan sederhana yang bersedia memberikannya sewa. Kini ia harus mulai mencari pekerjaan lain. Jauh dari Anthony, dan jauh dari orang-orang yang tidak ingin ia buat terluka akibat namanya yang sudah tercemar. *** Em, kamu di mana? Emilia memandangi pesan terakhir dari Anthony yang masih disimpannya, sebelum ia mengganti nomornya dengan yang baru. Nomor ponselnya yang sekarang hanya diketahui oleh Davina, sahabatnya. Selain itu, tidak ada lagi yang tahu. Emilia sengaja melakukan itu untuk menghindari Anthony. Ia tidak ingin pria itu mencarinya. Penolakan demi penolakan yang Emilia dapat dari keluarga pria itu sudah membuatnya cukup sadar diri bahwa bersama Anthony tidak akan memberinya kebahagiaan apa pun. Selamanya ia akan terus dibayang-bayangi oleh keluarga pria itu. Mungkin hanya sampai di sini saja kebahagiaannya dengan Anthony. Selanjutnya, Emilia harus mencari kebahagiaannya yang baru. Tiba-tiba, hatinya mencelus. Harus di mana lagi ia mencari yang seperti Anthony? Hatinya terasa nyeri membayangkan bahwa ia tidak akan pernah menemukan pria yang sebaik Anthony. Pria yang mendekatinya tanpa rayuan, dan langsung mengutarakan niatnya tanpa ragu. Pria yang selalu menyayanginya dengan tulus, tanpa berusaha untuk mendapatkan keuntungan, dan juga tak peduli seburuk apa pun masa lalunya. Emilia yakin hingga saat ini pun Anthony pasti masih mencarinya. Tapi keputusannya sudah bulat. Ia tidak ingin merusak hubungan Anthony dan keluarganya. Jadi dirinya saja yang mundur dan pergi. Emilia menarik napas dalam-dalam. Ia melirik jam di dinding, dan menatap benda itu dengan sedih. Hari ini ia akan mengunjungi ibunya di rumah sakit jiwa. Tapi bagaimana bila Anthony mencarinya di sana? Ia benar-benar tidak ingin bertemu pria itu. Untuk menghapus perasaannya pada Anthony, Emilia harus bisa berhenti bertemu dengannya. Ia takut keputusan besar yang telah ia buat seketika goyah hanya karena bertemu kembali dengan pria itu. Emilia mulai menyusun rencana. Ia harus mengenakan masker dan topi saat pergi nanti, agar jika Anthony memang mencarinya di sana, pria itu tidak bisa mengenalinya. Ia juga akan melakukan hal yang sama saat jadwal kunjungan ke penjara nantinya. Meski ayahnya sudah membuat malu keluarga, bagi Emilia, ayahnya tetaplah ayahnya. Lagi pula, ayahnya memang tidak bersalah. Hanya menjadi kambing hitam dari pelaku sebenarnya yang memiliki jabatan lebih tinggi. Emilia pun berdiri dan mulai menyiapkan pakaiannya. Setelah dari rumah sakit jiwa nanti, ia juga akan mulai mencari-cari pekerjaan. Jadi pelayan pun tidak masalah, asalkan ia bisa punya pendapatan. Uang tabungannya sudah mulai menipis. Ia tidak bisa hanya bertahan hidup dengan uang tersebut. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook