bc

Young Parents (completed)

book_age18+
3.5K
FOLLOW
17.1K
READ
possessive
sex
pregnant
badboy
drama
comedy
sweet
genius
first love
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Awas! mengandung unsur sweet akut.

Namira Atmajaya menjabat sebagai seksi ketertiban sekolah, membuatnya bertemu dengan seorang pria.

Rendra pria yang cerdas dan berbakat tapi entah kenapa ia selalu bersikap dingin. Pertemuan mereka membuat benih cinta diantara mereka, sampai Rendra melakukan kesalahan, yang membuat Mira membencinya.

Dari kesalahan itu lahirlah seorang anak bernama Araga, anak yang lahir tanpa ikatan pernikahan.

Bisakah mereka bersama merawat Araga sedang Mira membenci Rendra ?

apakah akhirnya Mira kembali mencintai Rendra ?

Dan mengapa Rendra melakukan hal itu ke Mira ?

---

Harendra Putra

"Aku mohon pertahankan anak ini! aku memang belum bisa sepenuhnya bertanggung jawab, tapi aku sangat menginginkan anak ini. Tolong kau jangan berbuat suatu hal yang akan merugikanmu juga kandunganmu. Aku akan berusaha yang terbaik untuk kalian"

chap-preview
Free preview
BAB 1
Pagi hari seperti biasa aku bersiap pergi sekolah. Dengan menumpangi angkot merah sekali tibalah aku di suatu sekolah. Saat ini aku sudah kelas satu SMA sekolah swasta di Jakarta. Aku senang menjalankan hariku di sekolah karena aku cukup banyak kawan disini. Meski tidak banyak yang terlalu akrab denganku. “Mira.. Mira!” panggil Melly. “kenapa, Mel ?" tanyaku. "Katanya kamu calonin diri jadi seksi ketertibannya buat apaan sih, Mir ?” tanya Melly keheranan. Bahkan tadi ia sengaja berlari demi mensejajarkan langkah kami. "Gak apa-apa kok, aku senang kalau semua murid bisa tertib di lingkungan sekolah," jawabku tegas dengan senyum yang mengulas di bibirku. *** Seperti biasa setelah jam istirahat pertama selesai aku belum mau masuk kelas. Semua karena jabatan yang aku pegang saat ini. Menjadi seksi ketertiban sekolah membuatku setiap hari harus berjaga-jaga. Biasanya akan banyak anak-anak yang membolos saat jam pelajaran kedua. Berbeda pagi hari yang dijaga ketat oleh satpam sekolah, saat selesai istrahat justru lebih longgar membuat banyak anak yang memanfaatkan moment tersebut. "Duk.. aduh!". Tanpa sengaja aku menyenggol punggung seseorang keras bahkan sampai membuatku bergidik kesakitan. "Maaf... " gumamku lirih. Ku dongkakan kepalaku melihat punggung seseorang yang tadi kutabrak, punggung yang cukup kuat. Sampai tak tergoyahkan dengan tabrakan tadi. Jika saja di depan itu aku, mungkin aku akan terhuyung jatuh ke lantai. Satu yang ku sadari ia juga memakai seragam yang sama dengan milikku. 'Anak ini apa juga sedang bolos kelas? kalau tidak kenapa ia ada di dekat gudang belakang sekolah ? bukannnya sekarang jam pelajaran sudah dimulai' otakku mulai terfikirkan segala kecurigaan tentang dia. "Tunggu !" Aku menghentikannya yang beranjak pergi. “Kamu juga anak sekolah kita,'kan?” Ini pertama kali aku bertemu dengannya. Melihat dari belakang saja membuatku gugup tak karuan, bahkan aku tak mengerti mengapa aku bisa segugup ini. Tapi ia sama sekali tak menjawab hanya berbalik badan ke arahku menatapku cukup tajam, aku terperangah melihat pahatan wajahnya, rasanya baru hari ini aku melihat mahluk tampan nan rupawan ciptaan Tuhan. Kulihat papan nama di bajunya Harendra Putra. "Ren, kenapa kamu enggak masuk kelas? kalau kamu tetap disini aku akan melaporkanmu pada guru,” ucapku mencoba sok akrab dan menakutinya dengan ancamanku. Sesekali ku naikan alisku agar terlihat lebih garang. "Kau sendiri ? kenapa kau disini ? Kalau kau sangat ingin masuk kelas silahkan! tapi jangan ikut campur urusanku,” balasnya dingin. Sial. Orang ini sungguh menyebalkan tak seperti wajahnya yang bak pangeran, tanpa terasa aku yang marah menendang tulang kakinya sampai ia bergidik kesakitan. "Hei.., apa yang kau lakukan?!” seringainya kepadaku. Matanya menyiratkan kalau ia sangat terkejut dengan apa yang barusan aku lakukan, tangannya sambil mengusap tulang kakinya yang mungkin membiru karena tendanganku. “Aku hanya menyuruhmu masuk kelas, tapi kenapa jawabanmu seperti itu? dan kamu tidak perlu kasih aku perintah masuk kelas, aku pun sebenarnya benci mengejar anak-anak yang membolos sepertimu!" Emosiku tiba-tiba saja meluap tak percaya ternyata laki-laki tampan di depanku begitu menyebalkan. Tetapi setelah melihat tingkahnya yang terus mengusap tulang kakinya dengan kepayahan karena posisinya sekarang tetap berdiri sementara satu tangannya terjulur ke tulang keringnya yang sakit. Membuat ia terkadang terlihat kehilangan keseimbangan. Aku pun sadar, jika apa yang aku lakukan sangat berlebihan apalagi ini pertama kalinya aku bertemu dia. Bukankah tak baik menyimpan emosi terlalu lama? "Maaf untuk yang tadi, aku gak bermaksud membuat kakimu sakit." sungguh aku benar-benar menyesal melakukan itu padanya. Sehingga tanpa sadar aku terjongkok tepat di hadapannya. Ku ambil plester yang memang selalu ada di rok sakuku. Jaga-jaga jika aku membutuhkannya. Dan benar saja, tapi kali ini bukan untukku melainkan untuknya. Ku naikan ujung celananya tanpa meminta persetujuan terlebih dulu. Ku amati kaki yang berdiri tegang di hadapku, mencoba mencari bekas luka karena tadi. Namun saat ku temui sedikit memar dan berniat memasang plester. Sebuah tangan kekar memegang bahuku mencoba mencegahnya. Aku jadi tersadar bahwa yang aku lakukan saat ini sama sekali tak pantas. Segera aku berdiri dan menyerahkan plester tersebut ke tangannya. Setelah itu aku pergi sambil berlari, aku begitu malu melakukan itu kepada lelaki yang baru ku kenal. Mira POV end. *** Minggu ini anak-anak kelas tiga sedang direpotkan dengan ujian sekolah yang sengaja diadakan sebelum benar-benar memasuki masa ujian nasional untuk menjadikannya tolak ukur belajar. “Mira bisa tolong Ibu?” pinta Ibu Della padanya. Bu Della adalah Guru BP di Sekolah Mira. Walau masih sangat muda tapi yang Mira tahu ia sudah bekerja cukup lama disini. Yah.., mungkin ia sudah menjadi guru setelah lulus kuliah. Tak ingin menolak, Mira mengikuti langkah Ibu Della keruang BP. Mira memang sangat dekat dengan Ibu Della. Entah, mungkin karena ia mampu menertibkan semua anak-anak di Sekolah ini. “Mira... Ibu sangat berterima kasih karena berkat kamu sekarang jarang ada anak yang membolos, meski Ibu tahu ini sulit bagimu. Tapi kamu tidak pernah menyerah, Ibu bangga padamu, Mir!”. terlihat senyum tulus dari wajah cantiknya. Ia merasa begitu bangga dengan Mira. "Ibu tenang saja saya akan menertibkan semua anak di sekolah ini,” jawab Mira berapi-api. Bahkan karena terlalu semangat ia sampai mengepalkan kedua tangannya di d**a. Ibu Della hanya tersenyum menatapnya. Ada perasaan puas melihat Mira yang tak goyah meski banyak murid-murid yang sebal dibuatnya. Tiba tiba saja wanita itu teringat seorang murid yang meski pintar tapi ia sangat sering membolos sekolah. Mengingat hal itu kembali perasaannya dilingkupi rasa cemas. “Ibu kenapa?" tegur Mira setelah melihat raut wajahnya yang tak mengenakkan. “Mira apa bisa Ibu minta tolong lagi untuk kamu menertibkan satu siswa di sekolah ini? sebenarnya dia anak yang berbakat juga sangat pintar tapi entah mengapa ia selalu bolos sekolah." Tampak kekecewaan dari setiap kata dan tarikan nafasnya akan tingkah murid satunya itu. “Loh emang ada,ya, Bu anak seperti itu ?” Sungguh ia tak mengerti jika biasanya orang pintar hanya akan ada di perpustakaan atau di depan barisan meja paling depan. Tapi kenapa justru berbanding terbalik dengan orang yang diceritakan ibu Della. "Ada Mira, dia anak kelas 3 mungkin kamu jarang bertemu dia, karena memang dia sering sekali bolos sekolah. Sebenarnya pihak sekolah sudah ingin mendrop out-nya tapi mengingat dia anak yang berbakat, dan juga sudah banyak memberikan piala untuk sekolah ini. Maka Ibu meminta kesempatan satu kali lagi, jika sampai waktu ujian dia tidak masuk, maka mungkin namanya akan di coret dari sekolah." “Baik Bu, Saya akan berusaha membujuk dia untuk masuk saat ujian,” janji Mira mantap tanpa keraguan. 'Jika dia memang sepintar itu pasti dia akan mengerti jika aku membujuknya. Dia pasti juga tak akan mau menyia-nyiakan sekolahnya',kan.' batin Mira. "Kalau boleh tahu siapa Bu namanya ?" “Harendra Putra anak Kelas 3C” . Mendengar namanya entah mengapa sepertinya ia merasa sedikit familiar dengan nama itu, tapi dimana,ya? pikir Mira *** Karena permintaan Ibu Della, Mira menuju kelas 3C. Gadis itu tak ingin membuang-buang waktu untuk persoalan seperti ini. Dan sampai ia di depan pintu yang bertuliskan 3C pada papan kecil yang bertengger di atasnya "Permisi kak aku Mira, seksi ketertiban sekolah. Saat ini aku mau bertemu dengan orang yang bernama Harendra Putra. Apa dia ada ?” Mira berusaha sesopan mungkin mengingat ini adalah kelas 3, yang artinya kakak kelasnya "Hahahaha..” Sesaat Mira kebingungan karena pertanyannya malah dijawab dengan gelak tawa.. "Hei! Kamu itu aneh,ya. Masa cari Rendra di kelas! Apa anak seperti itu akan ada di kelas saat jam istrahat?." 'Ahk, Benar juga bahkan saat jam pelajaran pun ia tidak masuk. Mengapa aku malah berfikir mencarinya di kelas ?' batin Mira. "Lalu aku bisa bertemu dia dimana, Kak ?" "Gak tahu. Tapi mungkin kamu bisa ke gudang belakang sekolah, Nona. Karena dia bukan murid kelas ini lagi tapi dia sudah jadi murid gudang belakang sekolah. Haha," jawabnya asal. Mira hanya bisa ikut terkekeh. Sungguh ia jadi sangat kesal mendapatkan lawan bicara yang aneh. Apa semua kakak kelas 3C isinya orang-orang seperti itu?. Memikirkannya saja membuatnya trauma. Akhirnya Mira langsung menuju ke gudang belakang. Benar saja, ia melihat Rendra sedang tidur di bawah pohon dengan tangan sebagai bantalnya. "Rendra..,sedang apa kamu ?!” seru Mira sambil bertolak pinggang. Dan berhasil membuat anak lelaki itu terperanjak dari tidurnya. "Kamu lagi. Mau apa kamu disini?“ Rendra tampak begitu kaget karena sepertinya ia tadi benar-benar tertidur terlihat dari wajahnya yang kusut bak orang yang baru bangun tidur, tapi justru menambah kadar ketampannnya. "Hei, Seharusnya aku yang bertanya, untuk apa pelajar cerdas sepertimu masih disini? padahal di kelas sedang ada ujian. kamu,'kan sudah kelas 3 memang kamu gak sayang kalau sampai di DO?”. sungkut Mira panjang lebar. Tapi Rendra tetap tidak membalas, dan hanya menatap mata Mira intens. Cukup lama keduanya hanya terdiam. Tiba-tiba jantung Mira berdetak tak karuan ketika sepasang bola matanya menatap wajah tampan Rendra. “Hey, Mau kemana ?” pekik Mira kaget karena Rendra pergi begitu saja dari hadapannya. "Huuh! Kamu bilang tadi aku harus ikut ujian? Dasar cewek aneh." Terdengar gumaman dari bibirnya yang seksi. "Eh... maksudmu kamu mau menuruti aku? Bagus hehee.." Sungguh ia tak percaya sekali saja bicara, Rendra langsung menurutinya. Bukankah sangat jauh berbeda dengan image anak nakal yang sejak tadi dipikirkannya. Tadi Mira berpikir akan sangat sulit baginya merayu Rendra. Tanpa sadar Mira mengikuti langkahnya. Dan lagi-lagi ia menabrak punggung Rendra. "Uuh... Kamu suka sekali tabrakan dengan aku!" Bahkan saat marah pun ia begitu tampan. Jika Mira berlama-lama di hadapannya mungkin ia sudah masuk rumah sakit karena gejala sakit jantung. Mira berniat secepatnya pergi sebelum Rendra menyadari rona kemerahan di pipinya. Sebelum pergi Mira menyempatkan menjulurkan lidahku tanda tak setuju dengan pernyataannya tadi. Meski interaksi yang singkat namun gadis itu merasa bahagia. *** Hari ini pengumuman ujian dimuat di mading sekolah. Sama seperti teman-teman lain yang penasaran, Mira pun mematuk diri melihat pengumuman hasil ujian. Tanpa ia sadari, Mira lebih lebih dulu menyusuri dan mencari namanya, Nama lelaki yang membuatnya tidur tak tenang. Baginya lebih penting melihat hasil Rendra dari pada melihat hasil ujiannya sendiri. Mira menyusuri semua daftar nama di kertas milik anak kelas tiga. 'Hhaaahh...' Langsung matanya melotot tak percaya. Harendra Putra Juara satu ujian sekolah. Ia terperanjat dan sesaat merasa kagum dengan Rendra. 'Bagaimana bisa, seseorang yang jarang mengikuti pelajaran bisa juara satu?.' Tiba-tiba ada perasaan ingin sekali bertemu dengannya, untung saja mencarinya tidak begitu sulit karena ia memang selalu ada di belakang gedung sekolah. Mira merasa perlu kesana. Setelah nampak Rendra dari kejauhan. Mira segera berlari mendekati. Sampailah tepat di depannya. "Rendra... Selamatnya kamu juara satu”. Tanpa segan Mira mengulurkan tangan, Namun Rendra hanya menatap tangan Mira tanpa berniat membalasnya. membuat gadis itu salah tingkah. Sesaat Mira ikut terdiam melihat wajah tampan yang selalu layak dipandang. Kulit seputih s**u dengan tinggi sekitar 173 cm dan mata hitam pekat yang selalu menyorotkan rasa kesepian. Jangan lupakan hidungnya yang mancung serasi dengan bibirnya yang merah merekah. Bisa membuat semua gadis terpana padanya. “Kamu Kesini hanya untuk bicarakan hal itu?“ gumamnya tanpa mau melihat Mira Pandangannya justru ke objek lain seakan lebih menarik dari menatap gadis manis seperti Mira. “Haaahh...” Suaranya mengaburkan semua khayalan Mira tentangnya. "Apa kau bilang HANYA! kamu juara satu, tetapi reaksimu HANYA. Apa kamu sama sekali tidak merasa bangga?” ucap Mira penuh penekanan. “Hemm.., soalnya terlalu mudah. Jadi jangan salahkan aku jika aku bisa menjawab semua.” Ia menjawab dengan nada cueknya. Mata Mira melotot ketika mendengarnya ternyata ia baru sadar betapa sombong dan angkuhnya lelaki ini. Sepertinya Rendra sama sekali tidak merasa berterima kasih. Bukankah berkat Mira juga, ia bisa ikut ujian lagi dan menjadi juara satu? sehingga ia bisa terbebas dari ancaman Drop Out. Sesaat Mira termanggu. Fikirannya berpusat akan apa yang sebaiknya ia lakukan. Tetapi Mira juga terlalu gugup berada di dekat Rendra. Wangi tubuhnya membuat ia tak bisa berkata-kata. Mira memutuskan pergi dari hadapan Rendra, dengan masih tak percaya mengapa ia begitu datar? Melihat sorot matanya seolah mengatakan jika ia sama sekali tak pernah merasa kebahagiaan. Ada perasaan kecewa dalam dirinya dan entah apa. Sehingga Mira memutuskan untuk membiarkannya yang masih saja membolos sekolah selama beberapa hari. 'Haah.. mungkin aku mulai kurang waras kenapa aku malah mencemaskanya tiap hari? Apa karena wajahnya yang tampan ?. Apa karena otaknya yang cerdas ? Entah, tapi tiap kali aku melihatnya, aku sama sekali tak ingin pergi.'

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dependencia

read
186.2K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Married By Accident

read
224.1K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.3K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K
bc

Rujuk

read
908.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook