bc

Mengikat Mutiara

book_age16+
14.1K
FOLLOW
142.2K
READ
goodgirl
CEO
drama
sweet
bxg
city
office/work place
small town
first love
nurse
like
intro-logo
Blurb

Spin-Off Undesirable Baby

PLAK!

Satu tamparan keras mengenai wajah tampan Raka. Pria itu terjungkal ke belakang saat Tiara mendorongnya tak kalah keras dari tamparannya tadi. "Kamu kan yang hamilin Kinan! Dasar cowok bre****."

"Mbak, Mbak udah Mbak." Dian dan Ari menarik Tiara yang memukuli Raka dengan tasnya secara membabi buta.

"Kamu mau belain Kakak kamu, Dek? Nggak bisa!"

"Astagfirullah Mbak, Kak Raka ini bukan Kakaknya Dian. Dia ini temennya Mas Arya."

_____

Raka Aditya Widjaya dan Tiara Herlinda. Adalah kesalahpahaman yang mempertemukan mereka berdua. Dimulai dari Tiara yang menduga bahwa Raka adalah orang yang menghamili sahabatnya, Kinanthi Khairani. Tiara memukuli pria tersebut secara membabi buta disertai u*****n yang sejujurnya tak pernah keluar dari mulutnya.

Raka yang sudah tertarik dengan gadis itu sejak pertemuan pertama bertekad keras ingin menaklukan hatinya. Dia adalah pria penuh pesona. Tampan rupawan dengan hidup yang bergelimang harta. Banyak gadis yang menyerahkan diri dan hatinya begitu saja, tapi berbeda dengan seorang Tiara Herlinda. Gadis itu selalu bersikap galak dan itulah yang membuat Raka menjadi semakin penasaran. Raka tak pandai merayu. Segala kelebihan yang ia miliki tak serta-merta bisa dengan mudah meluluhkan hati Tiara. Hingga akhirnya dia memilih sebuah jalan pintas, jalan pintas yang menurutnya akan bisa membuatnya mendapatkan Tiara.

Cover by Riandra_27

chap-preview
Free preview
Bab 1
Spin-Off Undesirable Baby PLAK! Satu tamparan keras mengenai wajah tampan Raka. Pria itu terjungkal ke belakang saat Tiara mendorongnya tak kalah keras dari tamparannya tadi. "Kamu kan yang hamilin Kinan! Dasar cowok bre****." "Mbak, Mbak udah Mbak." Dian dan Ari menarik Tiara yang memukuli Raka dengan tasnya secara membabi buta. "Kamu mau belain Kakak kamu, Dek? Nggak bisa!" "Astagfirullah Mbak, Kak Raka ini bukan Kakaknya Dian. Dia ini temennya Mas Arya." ××× Sepulang dari apartemen Arya, Raka langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Seharian kemarin dia tidak sempat mandi dan tubuhnya terasa sangat lengket. Raka sedikit mengaduh kesakitan kala nyeri di bahunya cukup terasa. Kembali dia teringat pada gadis yang sudah memukulinya kemarin. Memukulinya karena sebuah kesalahpahaman. Bibir tebal Raka tersungging, entah mengapa hatinya merasa hangat ketika mengingat gadis itu. Ada desiran aneh di dalam sana. "Gua akan bikin perhitungan sama lo." ujarnya menyeringai. __________________ Sebuah mobil berwarna putih melaju pelan di samping seorang gadis yang sedang berjalan di pinggir jalan. Gadis itu menoleh ke arah mobil saat klakson kendaraan itu berbunyi dua kali. "Ayo naik." seru orang yang berada di dalam kendaraan roda empat itu. "Ogah." jawab gadis itu singkat tanpa menghentikan langkah. "Ini udah malem dan gue yakin lo bakalan susah nyari taksi." Si pengendara mobil putih tersebut masih melancarkan usaha. "Siapa bilang gue mau naik taksi, gue mau naik angkot." sahut Tiara jumawa. Gigi-gigi geraham pria pengemudi bergemeletuk. Bisa-bisanya cewek yang ia buntuti ini bilang akan naik angkutan umum. Saat jam sudah menunjuk angka sepuluh malam. Apa gadis itu tidak pernah tahu arti kata bahaya? Ckittt. Raka menghentikan mobilnya tepat di depan Tiara yang masih berjalan. Hampir saja tubuh gadis itu terserempet jika dia telat mengontrol laju kedua kakinya. "Masuk! gue anterin pulang." "Nggak usah." tukas Tiara lalu berjalan menghindari tubuh tegap Raka yang menjulang di depannya. Dia bukan perempuan gampangan yang mau diantar pulang oleh lelaki asing. "Gue bisa laporin lo ke polisi atas tuduhan p*********n, kalau lo nggak mau nurutin perintah gue." ancam Raka tanpa berbalik, tapi ia bisa merasakan jika Tiara langsung berhenti melangkah. "Biaya rumah sakit gue setelah lo pukulin itu hampir habis dua puluh juta. lo bisa aja ganti rugi, tapi gue nggak butuh duit. gue butuh lo sebagai orang yang siap gue perintah kapanpun." Sesaat Tiara berhenti, menarik napasnya panjang lalu berbalik dan berjalan kembali menghampiri Raka dan berdiri tepat di sampingnya. Ia mendongak, ujung bibir kanannya terangkat naik tak percaya. Dua puluh juta? Apa dia berobat ke luar angkasa hanya untuk pukulan yang bahkan ia perkirakan tidak meninggalkan bekas itu. "Laporin aja gue ke polisi. Biar lo puas." "Bisa, tapi gue yakin lo pasti langsung diusir dari kampus. Dan lo nggak akan lulus, se-la-ma-nya." Raka menjentikkan ibu jari dan telunjuknya. Dalam hati tertawa jahat, sangat jahat setelah mendapat ide cemerlang itu. Dia sebenarnya bukan tipe orang yang suka mengancam. Tapi pengecualian untuk Tiara, gadis manis bersurai hitam sebatas punggung itu sudah mencuri hatinya. Entah sejak kapan hati Raka selalu menghangat ketika mengingat lalu memikirkan pemilik mata bulat itu. Raka terbahak, inikah yang dinamakan cinta. Sebuah rasa yang membuat kakaknya berubah menjadi sekeras batu. Sedikit tentang Raka, dia adalah anak ke-dua dari tiga bersaudara. Kakaknya, Raga Abyakta Widjaya sedang tinggal di luar negeri. Dalihnya untuk pekerjaan, tapi Raka tahu, kakaknya itu hanya sedang ingin menghindari sang ibu. Adiknya bernama Rama Alfonso ... salah, Rama Abimana Widjaya yang tengah mengenyam pendidikan tingkat tinggi di negara matahari terbit. Dari ketiganya, siapa yang paling tampan? Tentu saja Raka Aditya Widjaya, itu batinnya sendiri. Tingginya 183 cm membuat ia menjadi sangat menjulang dimata Tiara. Tiara tidak menampik kenyataan bahwa pria di depannya ini memang tampan. Potongan rambutnya rapi dengan warna hitam kecoklatan yang alami. Kulitnya putih bersih seperti tanpa noda. Alisnya cukup tebal dengan bingkai dahi yang pas, tidak lebar dan juga tidak sempit. Turun ke hidung, indera penciuman itu sangat mancung bagi Tiara yang mempunyai panjang hidung rata-rata orang Indonesia. Garis rahangnya yang kaku menjadi perpaduan yang pas dengan mata sipit yang akan berkilat sinis saat mulut tajamnya mengeluarkan ancaman. Klik. Raka menarik pintu di sampingnya, membukakan khusus untuk Tiara. Perempuan yang bisa meluluhkan hatinya setelah sang ibu. Raka bukan pria polos yang tidak pernah berhubungan dengan wanita, terhitung sejak sekolah menengah atas, dia sudah empat kali menjalin hubungan cinta. Namun apa yang menurutnya dinamakan cinta itu hanya membuatnya mati bosan. Perempuan yang ia jerat selalu melarang ini dan itu, selalu 'minta tolong' diantar ke sana, dijemput di sini, mengomentari penampilannya dan bla bla blah. Hingga saat hatinya merasa berbeda dengan kehadiran Tiara, dia jadi berpikir inikah yang dirasakan kakaknya dulu dan juga sahabatnya, Arya yang sampai mabuk berat setelah ditinggal menikah oleh mantannya. Sampai di balik kemudi, Raka melirik Tiara yang duduk sambil bersedekap. Pria itu tahu jika Tiara melakukan hal ini dengan terpaksa. Raka lalu menyondongkan tubuhnya ke arah Tiara dan hal itu langsung membuat gadis berkulit kuning langsat tersebut berjengit mundur. "Jangan macem-macem ya!" Tiara balik mengancam sambil menyilangkan kedua tangan melindungi d**a walau sebenarnya tidak terjadi kontak fisik diantara keduanya. Wajah Raka yang berada tepat di depannya itu mendongak. Lalu bibir tebal itu berucap, "Jangan kepedean." Hati Tiara mencelos setelah Raka selesai memasangkan sabuk pengamannya. Ia menurunkan kedua tangannya yang reflek menjadi tamengnya tadi. Segera ia buang pandangannya menuju jalan lurus di hadapannya saat mobil mulai beranjak. Raka mengemudikan mobilnya dengan santai. Sambil membuang pikiran kotor dari otaknya. Wangi tubuh Tiara yang dapat ia hirup dari dekat tadi cukup bisa membuatnya gelisah. Raka yakin itu bukan dari parfum murahan yang dipakai Tiara, wanginya itu lebih dari dalam tubuh gadis itu sendiri. ××× "Udah sampai sini aja." "Emang rumah kamu di mana?" tanya Raka masih sambil menyetir. "Aku antar sampai depan." Aku, kamu, entah sadar atau tidak, tapi Raka sudah mengubah panggilannya. "Mobil kamu nggak bakalan muat masuk gang. Aku cuma ngontrak di dalam sana." tutur Tiara kesal saat pintu gang yang biasa ia lewati sudah terlewat karena Raka yang terus melaju. Gadis itu sepertinya juga tidak sadar ketika terbawa suasana, suasana aku dan kamu. Lampu sein mobil berkedip beberapa kali seiring lajunya yang semakin pelan dan menepi. Raka menghentikan mobilnya di sisi kiri jalan, di depan sebuah toko minimarket. Masih dengan kekesalan yang sangat kentara. Tiara melepas sabuk pengaman lalu tangannya terulur hendak membuka pintu yang akan membawanya keluar. "Ck, apa-apaan sih kamu." teriaknya bertambah kesal, pasalnya Raka malah mengunci pintu itu dengan otomatis. Raka malah membalas teriakan itu dengan senyum yang cukup manis. Pria itu menengadahkan tangan kirinya kepada Tiara. "Hp kamu." Kening Tiara mengernyit. "Maksudnya?" "Hp kamu mana? Aku pinjem sebentar." tukas Raka tak sabaran. "Nggak ada." sahut Tiara singkat sambil kembali berusaha membuka pintu. "Bukain cepetan!" Raka menyandarkan punggung lebarnya di sandaran kursi kemudi. Kedua tangannya bersedekap santai. "Ogah, kita tidur di sini aja kalau kamu nggak mau kasih pinjem hp kamu." ucapnya seraya berpura-pura memejamkan mata. Tiara mendengkus kesal, lagi. Rasanya dia ingin memukul kepala Raka sampai pria itu pingsan dan amnesia. "Nih." Raka membuka matanya, melirik sebuah benda pipih persegi panjang berwarna putih yang disodorkan oleh gadis di sampingnya ini. Sebuah ponsel keluaran lama yang dia perkirakan harganya tak sampai dua juta. Tanpa kata ia meraihnya, Raka lalu mengetuk layar ponsel dua kali, menampilkan layar kunci berupa kode angka yang harus ia lewati untuk bisa mengaksesnya. Tiara tersenyum sinis, tidak mungkin Raka bisa membuka kode di gawainya. Tiara tidak pernah memberitahukan kepada orang lain, termasuk Kinan sekalipun yang notabene adalah sahabat terbaiknya. Namun sedetik kemudian gadis itu malah melongo karena Raka tampak dengan mudah membuka kode itu. Terlihat ibu jari Raka tengah mengetikkan sesuatu di layar benda tersebut. "Ini nomor aku." ucap Raka sambil memberikan ponsel Tiara ditengah lengkingan nada dering di ponselnya sendiri. Ya, pria itu menghubungi nomornya sendiri supaya nomor Tiara masuk ke gawainya. Tiara mengambil ponselnya dengan cepat lalu kembali membuka pintu setelah dilihatnya Raka menekan sebuah tombol di kemudi mobil. "Bodo amat!" ucapnya sambil bergegas keluar. Senyum miring Raka menguar, wanita dengan segala pesona dan keruwetannya. ××× Tiara berbelok masuk ke dalam gang di samping minimarket tadi. Sebenarnya ini sudah lewat tiga gang dari gang yang biasa ia lewati. Sebenarnya juga, Tiara agak takut karena ia sangat jarang melewati gang ini. Tapi daripada dia harus kembali menyusuri jalan yang arusnya berlawanan dengan arahnya, bisa-bisa dia terserempet kendaraan yang melaju karena trotoar sudah dialihfungsikan menjadi tempat berdagang. Lebih baik dia melewati gang ini saja walau memang dia harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke kontrakannya. Gang sempit yang hanya bisa dilewati motor itu nampak mencekam karena tak ada cahaya lampu yang menerangi. Di sisi kiri dan kanan hanya ada pagar tembok tinggi yang sudah penuh dengan coretan. Hanya ada cahaya rembulan yang mengiringi perjalanannya pulang. Tiara mencengkeram tali tas selempangnya dengan erat saat rasa takut merayapi hati. Jantungnya mendadak berpacu dengan cepat ketika netra hitamnya menangkap dua sosok dari arah berlawanan yang baru keluar dari persimpangan. Bukan hantu karena cara jalan orang-orang itu yang sempoyongan. Tiara menoleh kebelakang, menimbang-nimbang apakah sebaiknya dia kembali ke jalan raya atau melanjutkan perjalanannya yang baru sekitar lima puluh meter ini. "Baru pulang, Neng?" Tiara berjengit kaget kala sebuah suara yang begitu dekat menginterupsinya. Gadis itu mundur selangkah sambil tetap waspada, cengkeraman tangan di tali tasnya semakin menguat. "I-iya Bang." jawab Tiara takut. "Saya permisi dulu bang." lanjutnya cepat sambil melanjutkan langkahnya kembali. Tapi langkahnya langsung terhenti ketika salah satu pria kerempeng itu menghadangnya. Sementara yang satunya lagi menghadang Tiara dari sisi belakang. Tiara terpojok, punggungnya membentur tembok saat kedua pria itu melangkah kearahnya. Dalam hatinya selalu menyebut nama Allah, semoga dia masih bisa selamat. "Maaf Bang, tolong kasih saya jalan. Saya harus pulang." "Masih sore ini, Neng." ucap pria yang tadi menghadang dari depan sambil bersendawa. Hal itu membuat Tiara serasa ingin muntah, baunya sangat menyengat dan seperti mengaduk-aduk perutnya. "Gimana kalau Eneng main sama kita dulu aja?" Pertanyaan basa-basi dari pria yang satunya diakhiri tawa mencekam bagi Tiara. Tiara menggelengkan kepalanya keras saat lengan pria itu seperti ingin menyentuhnya. "TOLOOOOOONG..." teriaknya kencang sambil memejamkan mata. Bolehkah ia berharap akan ada orang yang datang untuk menolongnya. BUGH! Sebuah tinjuan keras didapati salah satu pria mabuk tadi hingga terjungkal dan menimpa temannya yang lain. Kedua pria mabuk itu lantas lari terbirit-b***t saat mata merah mereka menangkap sosok pria tinggi yang sudah mengacungkan bogemnya lagi. Tiara merosot ke bawah seiring dengan airmatanya yang luruh jatuh. Dia yakin jika sekarang dia sudah selamat dan dia bersyukur akan hal itu. Dia berjanji, dia akan membalas kebaikan orang yang menolongnya ini. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nur Cahaya Cinta

read
358.7K
bc

Marriage Agreement

read
590.6K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.7K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.9K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook