bc

ANGEL OR DEMON Indonesia

book_age0+
1.1K
FOLLOW
7.3K
READ
possessive
contract marriage
love after marriage
dominant
CEO
drama
tragedy
sweet
Girl Power Counterattack
like
intro-logo
Blurb

Satu tahun yang lalu Emily mengalami tragedi yang mengerikan dan nyaris merenggut nyawanya. Dia dan teman-temannya terseret banjir bandang ketika melakukan pendakian bersama rekan-rekan mapalanya. Semua teman-temannya tidak ada yang selama termasuk sahabat dekatnya Bima. Emily adalah satu-satunya yang selamat dari bencana mengerikan tersebut. Dia yakin telah di selamatkan oleh seorang pemuda misterius yang akhirnya dia sebut sebagai malaikat penyelamatnya. Tapi sayang tak ada seorangpun yang mempercayai ceritanya itu, karena sebagian besar orang masih menganggapnya dalam masa depresi.

Karena itu Emiy bertekat untuk menemukan malaikat penyelamatnya tersebut, untuk membuktikan bahwa dirinya tidak sedang berhayal atau di anggap gila, karena Emily yakin malaikat penyelamatnya itu benar-benar ada dan sangat menawan.

Angel or Demon!

Adalah dua sosok yang kadang sulit untuk ditebak ketika berada dalam wujud yang menawan....

chap-preview
Free preview
BAB 1
Kau tidak akan pernah tau sejauh mana nama belakangmu bisa membawa pengaruh dalam hidupmu.   Aku gadis yang hidup dengan kenyataan bahwa seluruh hidupku akan selalu di atur oleh orangtuaku, semuanya, tanpa terkecuali!   Tapi aku juga bukan gadis yang lantas akan menangis gila-gilaan bahkan setelah pengalaman mengerikan yang  nyaris merenggut nyawaku.   Mungkin pada akhirnya aku memang harus tau sampai batas mana aku akan bisa menanggungnya. Namun jika belajar dari pengalaman, sepertinya manusia memang memiliki kemampuan yang cukup mengejutkan. Dan ternyata aku mampu melalui sesuatu yang tadinya kupikir mustahil untuk bisa kutanggung.   Kau memang tidak akan tau siapa dirimu sebelum kau melalui kesulitanmu!   Sudah satu tahun berlalu.   Ana adalah satu-satunya orang yang masih percaya jika masih ada bagian dari sel otaku yang menggila. Dia memang sahabatku dan tau persis dengan kondisi mentalku akhir-akhir ini.   Tidak bisa dipungkiri setelah peristiwa mengerikan itu,  sepertinya memang ada kegilaan yang masih belum bisa kuatasi karena memang tidak mudah.   Meski akhirnya aku bisa menerima kenyataan dan ternyata aku masih belum tumbang sampai sejauh ini, tapi tetap tak bisa kupungkiri jika alam bawah sadarku masih ingin selalu berteriak untuk mengungkit kembali kegelapan samar yang aku yakin benar!   Ceritaku memang terdengar  mustahil, tapi bisa kulihat bagaimana sahabatku itu selalu berusaha berpura-pura mempercayai semua omong kosongku. Mungkin dipikirnya sebagai bentuk dukungan moril atas depresiku.   Semua orang percaya aku ditemukan tak sadarkan diri di tepi hutan, sama seperti huruf yang dicetak tebal disurat kabar harian kala itu. Tidak ada yang mau mendengar teriakanku, bahwa semua itu tidak benar.   Tapi Ana percaya padaku, walau mungkin disisi otaknya yang lain dia juga ingin berpendapat bahwa aku sedang berhayal.   Aku tidak gila dan masih sangat yakin jika malaikat itu ada dan karena itu aku masih hidup sampai detik ini.   Seluruh dunia melihatku taklebih dari seorang gadis depresi setelah dengan ajaibnya bisa selamat dari bencana mengerikan. Kuakui untuk beberapa lama aku memang sempat terjebak di sana, di tengah bayangan kelam yang terus berputar-putar di otakku. Bagai manapun aku sudah kehilangan sahabat terbaikku.   Bima adalah sahabatku, meski semua orang menganggap hubungan kami lebih dari sekedar teman, aku memang  tidak pernah menyangkal hal itu. Karena kami memang cukup dekat dan selama ini hanya Bima yang bisa mengerti diriku. Tapi sekarang dia sudah tidak ada, dan aku masih ingat saat terahir tangan kami terlepas dan tidak ada yang bisa kubayangkan selain hidupku telah berahir saat itu. Air bah itu menggerusku membawaku dalam gelap bahkan hingga detik ini sebenarnya masih sering kurasakan aku masih berpusar-pusar di dalam sana, meski juga berulang kali kuingatkan diriku bahwa bukan sekedar keberuntugan yang menyelamatkanku!   *****   "Emily!"   Aku menoleh mencari asal suara yang memanggilku, Ana berlari-lari kecil mengejar lagkahku menyebrangi lapangan parkir dengan rambut ikalnya yang bergoyang-goyang.   Sengaja kuhentikan langkahku untuk menunggunya, maklum kaki sahabatku itu pendek dan pasti dia akan kembali terjungkal jika terus kubiarkan berlari. Kontrol motoriknya memang sangat buruk dan aku sudah cukup tau dengan cacat permanen yang diderita sahabatku satu itu.   "Nebeng, ya! Mobil gue masih di bengkel," keluh Anna  sambil mengeryit kepanasan dan dia pun kembali mengibaskan rambut ikalnya yang memantul-mantul seperti pegas. Matanya bulat berbulu lentik persis seperti anak kucing persia. Untung hidungnya gak sekalian ikut pesek juga karena kebetulan Anna masih memiliki darah keturunan timur tengah, jadi dia masih cukup beruntung untuk tetap terlihat manis.   "Kapan sih lo bakal gak ngerepotin gue lagi?"   "Oh...Ems masak tega, sih, lihat sobat lo yang manis ini naik angkutan umun."   "Aku ada rapat sama anak mapala siang ini, rencananya aku juga gak akan angsung pulang," alasanku cukup masuk akal dan keakrapanku dengan dunia pencintaalam memang bukan halbaru lagi bagi Ana yang lebih sering di buat senewen karenanya.   "Ya udah gue ikut."   Aku tau jika dia tidak akan menyerah begitu saja.   "Ngrepotin terus sih lo ini!" keluhku pura-pura kesal meski Ana tau aku tidak pernah sungguh-sungguh.   "Entar gue bantuin nyari pangeran kodok lo itu." mata bulatnya bahkan berbinar-binar konyol dan menggelikan.   "Bukanya lo sendiri yang ngebet pingin nyari gebetan!"   "Gak apalah sambil menyelam nyari kodok," trus dia nyungir.   "Ih, istilah lo menjijikkan!"   "Kapansih lo bakal nyerah?"ada keseriusan tiba-tiba dalam kata-kataya barusan.   "Kenapa, memangnya kau lebih suka jika melihatku di paksa menikah dengan pria yang dari negri antah berantah!" Anna tau jika orang tuaku juuga sudah mengatur pernikahanku.   "Kurasa tidak akan sulit bagimu mencari pria baik-baik yang mau membawamu kawin lari, jika benar kau hanya ingin menghindari perjodohan konyolmu itu."   "Laki-laki baik mana yang mau membawa kabur anak orang!" dasar otak Ana sering tumpul.   "Sepertinya si Bara lo itu lumayan."   Aku berhenti menyipitkan mataku untuk menatap Ana denan kesal karena masih kembali membahas cowok itu lagi.   "Ih serem lo, Ems..."tepisnya, Ana sering bilang jika mataku seperti mata kucing dari jaman mesirkuno yang sering dipajang di museum barengan sama mumi-mumi. Jangan heran jika sahabatku satu ini memang sering ngaco karena keseringan baca buku warisan dari nennek moyangnya yang konon berasal dari mesir.   Tak peduli seaneh apa persahabatan kami, tapi Ana memang satu-satunya mahluk dipelanet ini yang paling ngerti motif dibalik seluruh kegilaanku dalam komunitas mapala. Untuk mencari pangeran apalah...!. begitu istilah konyol yang sering dipakai Ana saat ikut jenuh dengan kegagalanku.   "Bagaimana jika kau tidak akan pernah menemukannya?"   Komunitas pencinta alam memang sudah menjadi jajahan baruku, karena hanya itu satu -satunya jalan yang aku tau bisa mengarahkanku padanya. Malaikat penyelamatku... Aku yakin akan menemukannya, dan bukan hanya sekedar untuk membuktikan bahwa aku benar! Karena sepertinya aku uga mulai memiliki harapan berlebihan padanya, dan rasanya hal gila itu memang sudah melampaui tujuan hidupku. Seperti misi yang memang harus kupecahkan, bukan untuk menyelamatkan dunia, tapi untuk menyelamatkan diriku sendiri. Terutama dari tuduhan gila bahkan dari orang-orang di dekatku yang sebenarnya selama ini hanya berpura-pura menganggapku waras.   "Coba pikir juga gimana entar perasaan si Bara, klo dia sampai tau lo tetap aja ngejar-ngejar cowok yang gak jelas."   "Dia bukan siapa-siapaku !"   "Ah, emang lo yakin Bara juga berpendapat demikian? "   Aku tau yang dia maksud , kesenewenanku dalam menjali hubungan dengan cowok belakangan ini. Sebenarnya wajar jika sahabatku satu ini mulai khawatir. Bukan maksudku untuk main-main atau bahkan memberi harapan pada setiap pria. Aku hanya sedang sangat tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Semementara tetap tidak bisa kupungkiri jika mugkin kejomnloanku kadang juga bisa mengundang penggemar yang sama sekali tidak kuinginkan. Yang jelas Bara memang bukan satu-satunya tapi sejauh ini memang dia yang paling sering terlihat dekat denganku.   "Aku tidak pernah menggodanya," kelitku membeladiri.   "Mereka hanya tidak pernah tau bertapa mengerikannya senyum di balik kedua gigi kelinci polosmu itu, Ems." Tiap kali aku selalu di buat tertawa dengan kosakata yang dapat dapat begitu cepat di susun Anna.   "Aku tetap tidak penah berniat menggoda."   "Ya tapi mereka tetap akan mengikutimu seperti rusa bodoh!"   "Percayalah, kau berlebihan, An!"   "Tu lihat saingan lo lewat," tunjuk Anna tiba-tiba.   Kuikuti kemana arah mata Ana yang sudah tertumbuk pada sosok berpakaian rapi yang baru saja keluar dari pintu sedan silver yang terparkir tidak jauh dari tempat kami berdiri.   "Sejak kapan loganti istilah?____ “bukannya kemarin lo bilang itu Dosen naksir gue?" sahutku enteng.   Ditaksir dosen kedengerannya cukup keren, tapi dia Bu Tari!..ah gue rasa dunia udah bener-benar mau kiamat.   Kadang Ana memang agak gila, kasian juga perawan tua itu, batinku meringis ngeri membayangkan dosen fakultas hukum itu harus mendapat tuduhan keji dari sabatku ini.   Tapi memang Butari sering mencari masalah denganku tiap kali melihatku dekat dengan siapapun, memang apa masalahnya? Jangan hanya karena dia perawan tua, lantas yang lain tidak boleh menikmati hidup. Aku gadis muda yang bisa dekat dengan siapapun dan sepertinya hal itu selalu mengganggunya. Gak salah jika Ana lantas menuduh perawantua itu memiliki orientasi dalam tanda kutip!   "Kemarin gue lihat butari kencan sama brondong di sebuah restoran, makanya layak aja kalau lo jadi saingan."___" Ternyata Bu Tari lebih parah dari lo...!"   "Lo pikir, gue kolektor brondong !"   "Kan memang lo yang paling banyak di ekorin brondong kampus."   Lupakan masalah Bu Tari!____ Kembali ke masalah awal!   "Jadi bener lo juga tetap mau ngekorin gue?"   Kepala Ana langsung spontan manggut-manggut kayak boneka pajangan di dasbor mobil gue.   Kulempar bawaanku kejok belakang , Ana menyilangkan kaki mengambil tempat duduk di sebelah kemudi, lenganya meraih kaca spion untuk diarahkan kemuka bulatnya kemudian sibuk menyisir poninya dengan jari.   "Serius lo mau cari perhatian beneran sama anak mapala?"   Dia hanya nyungir pas noleh aku bentar kemudian balik sibuk lagi ngebenahi poni.   "Tapi ngomong-ngomong si Eric itu manis juga," katanya kemudian dan sungguh aku hampir muntah mendengar sahabatku yang maunya hidup seba canggih itu tiba-tiba naksir anak mapala. Kuperhatika tangan Anna masih sibuk merogoh -rogoh benda dari dalam tas srempangnya, untuk mencari peralatan makeup tentunya.   "Mau lo, gue turunin di salon dulu?" aku pura-pura mau menghentikan mobilku.   "Sialan lo, Ems!" kesal ana pura-pura cemberut saat kemudian menggerutu.   "Lagipula anak mapala juga tidak perduli dengan cewek berponi rapi!" kataku kemudian.   "Klo gue bisa dapetin Erik, lo harus traktir gue sebulan penuh!"   "Hah, anggap aja gue sama Eric lagi apes !"   Hari ini tak terlalu buruk, karena ternyata si Eric gak datang di rapat mapala, meski Ana kecewa, tapi aku bahagia.   *****    JANGAN LUPA LIKE YA

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
112.2K
bc

Broken

read
6.2K
bc

See Me!!

read
87.8K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.8K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Everything

read
277.3K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook