bc

Luka Hati Seorang Istri

book_age16+
25.0K
FOLLOW
267.7K
READ
second chance
pregnant
arrogant
drama
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Farhan-Niken

Saat pertama kau melukai, aku mampu bertahan.

Saat kedua kalinya kau melukai, aku coba untuk bertahan (lagi).

Begitu juga pada luka-luka berikutnya.

Dan untuk luka 'yang ini', sanggupkah aku bertahan?

-Niken-

Cover by Julia Inna Bunga

chap-preview
Free preview
1. AWAL
"Aku ingin menikah lagi." Niken menanggapi dengan senyum yang dibuat seindah mungkin. Sudah lama wanita itu menunggu saat seperti ini. Sudah beberapa bulan ia tahu, bahwa suaminya, Farhan, memiliki hubungan dengan wanita lain. Wanita yang dikenalnya lewat dunia maya. Wanita yang umurnya sepuluh tahun di bawah Niken, yang terpaut tujuh belas tahun dengan sang suami. Karena Niken dan Farhan berbeda tujuh tahun. "Siapa wanita itu, Mas?" tanya Niken seolah belum mengetahui sama sekali. "Nadia. Nama wanita itu Nadia." Niken masih mempertahankan senyum. Walaupun sebenarnya hatinya menangis. Tentu saja. Wanita mana yang tidak teriris hatinya saat tahu suaminya telah membagi cintanya. "Apa aku kenal?" Mencoba tetap terlihat tegar, Niken menyetabilkan suaranya agar tidak terdengar bergetar. "Tidak, kamu tidak mengenalnya. Dia berasal dari luar kota. Dia di sini bekerja." "Oh...." "Apa kamu mengizinkannya?" "Apa jika aku melarangnya, Mas tidak akan menikahinya?" Pria itu diam. Niken mengusap punggung tangan suaminya yang ada di meja. "Lakukanlah jika itu bisa membuat Mas bahagia." Kalimat itu lolos dari bibir Niken begitu saja. Ia takut berdosa jika melarangnya. Ia takut Farhan akan berhubungan dengan wanita itu di belakangnya. Bahkan parahnya lagi, ia takut mereka melakukan zina. "Tapi aku minta tolong, tolong jangan sampai anak-anak tahu dulu. Biar aku yang memberitahunya pelan-pelan," "Baiklah. Lakukanlah jika itu yang terbaik." Saat ini, mereka sedang berada di meja makan berdua untuk sarapan. Sedangkan kedua anak mereka telah berangkat sekolah menggunakan ojek. Yang pertama kelas satu SMP. Sedangkan yang kedua kelas dua SD. Kehidupan keluarga mereka bisa dibilang biasa saja. Dikategorikan bahagia, tidak terlalu. Dikategorikan tidak bahagia, tidak juga. Karena tidak sedramatisir cerita novel. Mereka memiliki warung makan dengan beberapa cabang. Usaha yang dirintis dari nol, sejak sepuluh tahun yang lalu. Sejak anak pertama mereka masih balita. "Kapan aku bisa bertemu dengannya, Mas?" "Kapan kamu punya waktu? Aku akan membuatkan janji dengannya." "Terserah, Mas. Hari ini juga boleh. Di salah satu warung kita, karena aku akan mengecek ke sana hari ini." "Baiklah. Nanti akan kukatakan padanya. Apa mau berangkat bersama?" "Nggak usah. Mas saja duluan. Aku nanti pakai sepeda motor saja." "Baiklah. Kalau begitu aku berangkat dulu, ya," ucap Farhan setelah menyelesaikan sarapan. Niken mengangguk. Kemudian, mengantar sang suami sampai ke depan pintu. Setelah pria itu pergi, baru wanita itu masuk rumah membereskan bekas sarapan. Ia mencuci piring dengan air mata yang sudah tidak dapat ditahan. 'Begitu banyak luka yang kamu torehkan. Apa kali ini aku mampu bertahan?' tanyanya dalam hati. *** Niken akhirnya bertemu dengan Nadia. Bagi Niken, Nadia memang cantik. Tampak anggun dan dewasa di dua puluh tiga tahun usianya. Apalagi Nadia berhijab. Dengan pakaiannya yang sedikit longgar, tetapi tetap terlihat modis. Riasannya pun natural. Dan itu semua mampu membuat Niken yang seorang wanita juga terpesona kepadanya. Refleks, ia membandingkan tampilannya dengan tampilan wanita muda di depannya. Jelas jauh berbeda. Niken yang lebih tua tentu saja akan kalah dengannya. Apalagi karena keluarga kecil Niken yang dulu hanya memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, membuatnya tidak mungkin untuk hanya sekadar memikirkan penampilannya. Dan akhirnya kebiasaan itu terbawa sampai sekarang, di saat keluarga mereka sudah bisa dibilang berkecukupan. Dari akun media sosial Nadia, Niken tidak pernah tahu bagaimana wajah gadis di depannya itu. Ini adalah benar-benar pertama kali Niken melihat Nadia karena Nadia tak pernah mengunggah foto dirinya. "Selamat siang, Nadia," sapa Niken berbasa-basi. "Selamat siang, Mbak Niken," sahut Nadia dengan kepala menunduk. "Jangan menunduk ... saya tidak akan menggigit kamu!" Niken mencoba mencairkan suasana. "Iya, Mbak." Nadia mengangkat wajahnya, Niken takjub. Parasnya memang ayu, dengan bola mata cokelat terangnya. "Mas Farhan langsung pergi?" tanya Niken karena ia tidak melihat Farhan berada di sana. "Iya, Mbak. Mau mengecek kebutuhan warung katanya." "Ohh ... ehm, sudah berapa lama kalian kenal?" "Sudah tujuh bulan, Mbak...." Kecanggungan jelas sekali terlihat dalam diri Nadia. "Apa kamu siap menjadi istri kedua Mas Farhan?" "Tergantung Mbak Niken...." "Tergantung saya? Jika saya menolak?" Nadia diam tampak berpikir. "Semua saya serahkan pada Mbak Niken dan Mas Farhan, Mbak." "Hhhhh, sejujurnya saya tidak sebaik itu. Tapi semua keputusan ada di tangan Mas Farhan. Dan saya hanya bisa mengiyakan apa yang dia inginkan." Nadia tampak bingung dengan ucapan Niken. Tetapi Niken tak ingin menjelaskan apa pun pada Nadia. Mungkin saja Farhan memperlakukan Nadia dengan berbeda, begitu pikir Niken. *** "Bagaimana pendapatmu tentang Nadia?" "Nice Woman. Wanita yang baik, cantik, sopan juga." "Jadi kamu mengizinkannya? "Kita sudah bahas itu tadi pagi, Mas." "Apa kamu mau membantuku mengurus pernikahanku?" Niken tersenyum sebelum menjawabnya. "Maaf, Mas, aku belum memiliki kekuatan sebesar itu. Mas bisa minta tolong Ibu dan Via untuk menyiapkan semuanya." "Tapi kamu bilang, kamu memberiku izin?" "Mas ... aku bisa memberimu izin untuk menikah lagi, tapi aku juga harus belajar banyak untuk ikhlas. Karena sesungguhnya tak ada satu pun wanita yang rela dimadu. Aku hanya berusaha untuk menjadi istri yang baik." "Maafkan aku yang nggak bisa menahan perasaanku," ucap Farhan sambil mengusap punggung tangan Niken. "Lakukanlah yang terbaik. Buatlah agar keluarga Nadia menerima Mas dengan baik. Aku lelah, Mas. Aku ingin istirahat." "Terima kasih untuk semua yang kamu lakukan untukku. Istirahatlah." Niken meninggalkan Farhan menuju kamar mereka. Kamar yang mungkin sebentar lagi akan jarang ditempati Farhan karena sudah pasti pria itu akan membagi waktunya. Niken menatap dirinya di cermin, kemudian ia tersenyum miris. Inilah takdirnya, dia hanya akan menjadi bagian yang tidak penting dalam hidup orang-orang yang seharusnya menjadi orang yang disayangi juga menyayanginya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
473.9K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.4K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.1K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Pengganti

read
301.6K
bc

PATAH

read
514.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook