bc

The Revision Love With CEO

book_age18+
3.0K
FOLLOW
23.9K
READ
billionaire
possessive
CEO
drama
sweet
bxg
office/work place
betrayal
affair
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Cerita Jack Hilton dan Cynthia Tanubara

Bertemu kembali dengan Jack Hilton seperti mimpi buruk bagi Cynthia Tanubara. Segala rasa sakit yang sudah lama terpendam di dalam dadanya kembali menguap. Bayangan-bayangan bagaimana pria itu mempermainkannya memenuhi otaknya.

Drama dalam hidup Cynthia di mulai ketika Jack Hilton datang ke Indonesia. Tidak ada yang bisa Cynthia lakukan selain melempar senyum ramah dan memperlakukan pria yang menjadi CEO-nya itu dengan baik.

Harapan Chyntia hanya satu yaitu Jack Hilton segera kembali ke negara asalnya namun waktu tiga bulan itu mendadak terasa lama. Hari-hari Cynthia kemudian di kelilingi oleh Jack. Cynthia berusaha keras untuk bersikap profesional. Namun, ketika Jack menawarkan diri, Cynthia terlena. Dia terjebak dalam masalah besar. Perasaanya untuk pria itu kembali.

Bagaimana akhir dari kisah Cynthia dan Jack? Apakah mereka sepakat untuk memperbaiki kisah lama atau membiarkan kisah yang sebernarnya tidak pernah di mulai itu usai tanpa kejelasan?

Cover by: Ara Shop

chap-preview
Free preview
TRLWC | 1. Tentang Sang CEO
    Ruang meeting Hilton Hotels & Resort Jakarta cukup ramai dengan perdebatan malam ini. Wajah-wajah itu terlihat lelah dengan aroma kopi dari salah satu coffe shop ternama menusuk-nusuk indra penciuman mereka. Tatapan mereka terfokus pada pria yang duduk di kursi terujung. Pusat dari semuanya.     Pria dengan kedudukan tertinggi di Hilton Hotels &  Resort Jakarta itu terus menjelaskan berbagai hal tentang penyambutan CEO sekaligus pemilik Hilton Hotels & Resort di seluruh dunia.     “Flo, Kosongkan lantai 32 selama tiga bulan ke depan. Pastikan tidak ada warna lain selain hitam dan putih. Mr. Hilton sangat menyukai warna itu.” Flora Primalya, Room Division, Hilton Hotels & Resort Jakarta itu mengangguk dan mencatat apa yang di ucapkan sang General Manager di iPad-nya dengan cepat.     “Ada lagi, Pak?” tanya Flora dengan serius, beberapa peserta meeting malam ini diam-diam mengulum senyum ketika melihat perubahan ekspresi wajah sang General Manager.     “Pastikan semua fasilitas yang ada di lantai 32 berfungsi dengan baik. Mr. Hilton tidak bisa mentoleransi kekurangan sekecil apapun.” Flora kembali mengangguk, dia kembali menuliskan apa yang diucapkan oleh Stephen Huarliman, sang General Manager.     “Baik, Pak.” Stephen mengangguk. Kini tatapan pria 31 tahun itu tertuju pada wanita yang duduk di samping Flora.     “Mil, udah baca daftar menu yang gue kirim?” Milka Amithyaputri, Food & Beverage Director Hilton Hotels & Resort Jakarta itu mengangguk.     “Sudah, Pak,” jawab Milka. Dia menatap ke arah Stephen dengan tatapan geli. Pria yang di hormati oleh seluruh karyawan itu berdecak kesal. Mereka yang ada di ruangan ini hampir seumuran dan bahkan ada yang berasal dari almamater yang sama. Stephen sangat mewanti-wanti kalau mereka sedang mengadakan rapat seperti ini untuk menggunakan bahasa yang lebih santai.     “Ini seriusan masakan Padang?” tanya Milka, dia kembali menatap daftar menu yang di kirim Stephen tadi siang.     “Mr. Hilton memiliki darah Minang dari ibunya. Jadi tidak usah terbengong-bengong ketika kalian melihat dia menyantap beberapa masakan khas Indonesia dan satu lagi dia cukup fasih berbahasa Indonesia karena sempat menghabiskan masa kecilnya di sini.” Orang-orang yang ada di meja itu kembali mengangguk mengerti.     “Thia, tugas lo, menemani dan membantu Mr. Hilton selama ada di sini. Pastikan semua kebutuhan dia terpenuhi.” Gadis  yang duduk tepat di samping Stephen itu mengangguk cepat. Cynthia Tanubara, Executive Asst. Manager, Hilton Hotels & Resort Jakarta. Meeting itu terus berlanjut dari beberapa bahasan umum sampai sangat mendetail tentang sang CEO, mereka akan berusaha dengan keras untuk membuat sang CEO terkesan.      Meeting itu selesai setengah jam kemudian. Beberapa peserta meeting sudah meninggalkan ruangan dan masih ada juga yang betah duduk di ruangan itu dengan menyesap kopi yang sudah mulai dingin.     “Gimana progress-nya?” tanya Cynthia. Sekarang hanya tersisa Stephen dan Reynard, sang Financial Director.     “Progress apa?” tanya Stephen. Satu alis pria itu terangkat. Menatap Cynthia dan Reynard, sang Financial Director, Hilton Hotels & Resort secara bergantian.     “Progress lo sama Flora lah!” seru Cynthia. Tiga orang itu memang dekat. Cynthia dan Reynard berasal dari SMA yang sama sedangkan dengan Stephen, mereka bertemu di Hilton Hotels sejak dua tahun yang lalu.     “Belum ada progress apa-apa lah. Lo nggak lihat omongan mereka masih sekaku itu. Si Flora kalau nggak terpaksa mana mau natap Stephen!” seru Reynard. Saat rapat tadi Reynard memang tidak banyak bicara karena apa yang di minta oleh Stephen sudah dia kirim sejak siang.     Stephen yang menjadi bahan obrolan dua sahabat sekaligus rekan kerjanya itu mendengus kesal. Pria itu meloggarkan dasinya. “Nggak berfaedah banget bahasan kalian. Sekarang gue lapar. Kalian ada preference?” tanya Stephen. Dua orang itu menatap Stephen dengan geli.     “Hilton Restaurants aja. Supaya lo nggak mati di jalan karena kelaparan.” Cynthia memberikan saran. Reynand mengangguk setuju.     “Yaudah kita turun sekarang!” seru Stephen. Tiga orang penting Hilton Hotels & Resort itu melangkah beriringan keluar dari ruang meeting. Cynthia masih sibuk dengan kopinya sedangkan Reynard dan Stephen berjalan dengan santai di sisi kiri dan kananya.     “Lo sebenarnya suka apa enggak sih sama si Flora?” tanya Cynthia ketika lift bergerak turun. Dia cukup kesal melihat hubungan Stephen dan Flora yang tidak memiliki progress apa-apa sejak setahun yang lalu. Padahal dari penglihatan Cynthia mau bagaimanapun dua orang itu menyembunyikan perasaanya, mereka pasti gagal. Bahkan mungkin semut aja tahu bahwa dua orang itu memiliki perasaan yang sama.     “Gue pernah makan malam beberapa kali sama dia.” Stephen menjawab seadanya. Reynard yang berdiri di samping pria itu mendengus.     “Makan malam nggak bisa di sebut sebagai progress, Stephen Huarliman!” seru Reynand. Kadang Reynand kesal dengan sikap Stephen seperti ini. Otak pria itu sangat lancar jika sudah membahas berbagai pekerjaan namun ketika sudah berada di ranah percintaan, Stephen akan menjelma menjadi manusia paling bodoh. Bahkan pria itu kalah cepat oleh keong.     “Gue cuma ngingetin lo aja sih. Yang suka sama Flora itu bukan hanya lo. Siapa sih Step yang berani nolak cewek secantik dia dengan karier sebagus itu.” Cynthia menatap Stephen ketika pintu lift terbuka di lantai dasar tower D. Tiga orang yang terlihat rupawan dengan garis wajah yang berbeda itu terus melangkah dan kemudian berbelok ke tower gedung A, di mana Hilton Restauratns berada.     “Gue yakin sih, kalau lo dalam sebulan ini nggak gerak lebih cepat langsung gigit jari. Gue denger-denger Flora sekarang lagi dekat dengan seseorang dokter.” Raynard menimpali.     Stephen masih bungkam. Apa yang di katakan dua orang ini memang benar tapi semua tidak semudah itu.     “Kalian pikir segampang itu? Dia aja selalu menjaga jarak setiap gue berusaha mendekat…” ucapan Stephen terpotong ketika seorang waiters membukakan pintu dan menunduk hormat pada mereka yang di balas dengan senyum ramah oleh tiga orang itu.     “Dia aja nggak pernah kasih kesempatan bagaimana gue bisa mendekat.” Stephen melanjutkan ucapannya ketika mereka sudah duduk di salah satu meja Hilton Restaurants.     “Tapi perasaan lo sama dia gimana?” tanya Cynthia. Dia memilih beberapa menu makan malam untuknya dan juga untuk dua pria yang berhasil menarik perhatian pengunjung restaurant malam ini. Hal yang paling Cynthia benci ketika dia pergi bersama Stephen dan Reynard.     “Harus gue jelasin lagi gitu. Perasaan gue masih sama kali tapi gue nggak mau maksa lah. Kalau dia memang nggak mau, yaudah gue bisa cari yang lain.”     “Enam kata terakhir yang lo ucapkan itu jelas banget nggak ikhlasnya. Jadi General Manager kita udah nyerah nih? Kalau iya gue bisa kasih lo list cewek-cewek yang worth untuk di kencani.” Reynard mulai memberikan penawaran. Untuk cowok yang nggak pernah bertahan lebih dari satu bulan dengan seorang perempuan jelas Reynard memiliki kelanan di mana-mana dari mulai yang standard type sampai high class type.     “Gue mendadak jadi  penasaran sama suatu hal.” Cynthia yang sedari tadi hanya menyimak obrolan dua pria yang duduk di hadapannya buka suara. Gadis itu menarik minumannya yang baru datang lebih dekat.     “Apa?” tanya Reynad dengan satu alis terangkat.     “Lo kenapa suka banget ngoleksi cewek? Lo udah tua kali, Ray. Lo nggak mungkin nggak punya cita-cita untuk menikah, kan?” Cynthia kemudian menyedot minumannya. Sekarang tatapan mereka tertuju pada Reynard yang mendadak terdiam sebelum mengibaskan tangannya di udara.     “Selagi masih ada tawaran kenapa gue harus nolak? Gue nggak pernah memaksa mereka kali. Kalau mereka memang nggak betah yaudah gue lepaskan begitu pula sebaliknya ketika gue merasa bosan ya mereka harus menerima gue lepaskan.” Reynand menjawab dengan santai. Cynthia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Kemudian tidak orang itu mulai menyantap makan malam mereka di selingi oleh obrolan santai yang berpindah dari satu topik ke topik yang lainnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Akara's Love Story

read
258.2K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.5K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Si dingin suamiku

read
489.7K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.1K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook