bc

Don't Bully Me! | Bahasa Indonesia |

book_age18+
1.4K
FOLLOW
8.5K
READ
badboy
badgirl
prince
student
drama
tragedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Adaline memutuskan untuk pergi dari rumah diam-diam dan pindah. Dia masuk ke sekolah ternama untuk menyembunyikan diri juga untuk mendapatkan tempat tinggal di asrama. Dia hidup dengan menyembunyikan jati diri. Tidak ingin menarik perhatian orang dan ingin hidup damai. Tapi, bagaimana dirinya bisa tenang jika kawan-kawan barunya mengusik? Terlebih lagi, orang yang membuatnya pindah dan pergi datang lagi menghampiri setelah sekian lama.

Dapatkah seseorang menolongnya dari belenggu ketakutan masa lalu?

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Ini kamarmu. Mulai sekarang kau tinggal di sini. Besok kau sudah bisa masuk." Tangan putihnya terulur menerima kunci yang diberikan oleh pengurus asrama. Ia mengangguk kecil dan menarik sudut bibirnya tipis. Memberi senyuman kecil. "Terima kasih nyonya, Thea." "Baik-baik di sini. Jangan membuat keributan. Apalagi mencari masalah dengan para murid anak orang kaya. Ingat statusmu!" peringat Thea dengan nada tegas namun lembut. "Aku mengerti nyonya." Thea mengulum senyum lembut, mengusap rambut panjang nan halus murid baru yang tinggal di asrama sekolah, "Istirahatlah, kau pasti lelah." "Baik nyonya." "Aku pergi dulu, jika ada sesuatu, kau bisa mencariku untuk bertanya." ucap pengurus asrama putri itu, setelah mendapat anggukan dari sang gadis, ia pergi menerima murid baru tersebut. Gadis bermanik hijau cantik menghela napas lelah. Ia memasukkan kunci ke engsel pintu. Kemudian membukanya. Setelah masuk, ia berjalan menuju arah tempat tidur dan merebahkan diri di sana. Tarikan napas pun kembali terdengar. "Oke, ini awal hidup barumu Adaline. Kau harus menghadapinya dengan lapang d**a. Buktikan pada papa kalau kau bisa." Gumam Adaline menyemangati diri sendiri. "Sudah tiba kau berperang dengan dunia barumu!" imbuhnya dengan nada penuh semangat. 000 Pagi yang ramai. Canda tawa dan teriakan kegembiraan mencerminkan salah satu sekolah paling populer di Grodon, Massachusetts, Amerika. Akademi Lawrence . Tempat para anak orang kaya bersekolah. Gedung indah dan megah menjadi ciri khas bangunan tempat menimba ilmu itu. Sekilas seperti istana. Dengan halaman luas yang di hiasi oleh beragam tanaman hias yang cantik. Adaline Alonza, gadis yang baru saja pindah dari sekolah lamanya. Ia tampak kagum bangunan yang ada di hadapannya. Tersenyum kecil begitu dia sekarang benar-benar masuk dan mulai menimba ilmu di sekolah yang diimpikannya selama ini. Namun senyumannya berganti ringisan saat mengingat bagaimana bisa sampai di sini. "Jangan membuat kesan pertama di sekolah buruk. Hindari segala macam masalah. Cerita novel tidak boleh mempengaruhiku. Persetan dengan cowok terganteng dan terpopuler di sini. Hindari mereka. Garis dan zona keras!!" gerutunya mengingatkan dirinya sendiri. Gadis berambut panjang berwarna lembut itu melangkah perlahan dengan tenang. Rambutnya yang terkucir satu di belakang bergoyang kecil seirama langkah kakinya. Sesekali ia melempar senyum pada murid yang memandangnya. Namun sayang, ia langsung merutuki hal itu karena tanggapan tak acuh dari para murid. 'Sabar, mereka adalah anak orang kaya. Sudah wajar bersikap seperti itu.' keluhnya dalam hati. Adaline menghentikan langkah kakinya di persimpangan koridor. Ia bingung, kemanakah arah ruang administrasi. Matanya berpendar ke sekeliling. Dan reflek dirinya berteriak saat melihat satu murid yang berjalan tak jauh dari nya. "Um, permisi. Ruang administrasi dimana ya?" tanyanya dengan suara yang halus. Gadis berkacamata itu tampak takut-takut menatap Adaline. membuat Adaline sedikit mengernyitkan alisnya. Bau tak sedap pun mulai masuk ke indra penciumannya, dan ia baru sadar jika penampilan gadis di hadapannya ini cukup buruk. Basah kuyup dengan aroma tak sedap. Tak perlu bertanya pun Adaline sudah tahu penyebabnya. Pasti gadis ini menjadi korban pembullyan. Ah, ternyata rumor itu bukan hanya omong kosong belaka. "M-maaf, tapi sepertinya aku t-tidak bisa mengantarmu. A-aku.." Adaline tersenyum lebar dan mengangguk, "Tak apa, aku mengerti. Lebih baik bersihkan dirimu dahulu sebelum mengantar ku. Ayo aku temani." ajak Adaline membuat gadis itu terkejut. Baru pertama kali ini ada yang mau berbicara selembut itu tanpa merasa jijik padanya. "T-tapi.." "Tak apa, aku paham dengan yang kau alami. Tak hanya disini, pembullyan juga kerap ada di sekolah lain. Sekolah lamaku dulu juga begitu. Jadi aku tidak terlalu terkejut." jelas Adaline. Ia meraih tangan gadis, "Ayo, aku akan menemanimu." "T-terima kasih." "Jangan sungkan." Adaline terkekeh, mereka mulai berjalan kembali. Dengan gadis kepang dua yang memimpin jalan. Sedangkan Adaline hanya mengikuti langkah kakinya saja. Suasana sudah tak seramai tadi karena bel sudah berbunyi. "K-kau murid pindahan?" Adaline menoleh ke arah lawan bicaranya, mengangguk ringan sebagai jawaban, "Hu.um." "Sekolah mana?" "TASIS." "Jauh sekali, kau pindah rumah kemari?" "Tidak." Adaline kembali menatap lurus kedepan. "Lalu kenapa sekolah disini? Bukankah di Swiss juga banyak sekolah ellite seperti ini." gadis itu tersentak saat ingat sesuatu, "Ah, m-maafkan aku karena lancang bertanya." Adaline  terkekeh, "Tak apa, aku tidak melarangmu untuk bertanya." ia menjeda sejenak, "Benar, di Swiss banyak sekolah ellite. Tapi aku tidak tertarik untuk bersekolah disana." "Kenapa?" Adaline menghendikkan bahunya ringan, "Karena aku ingin menjadi anak rantau." jawabnya dengan candaan. Gadis berkepang dua itu terkekeh, namun kemudian ia kembali tersentak kecil saat lupa tak memperkenalkan diri, "Namaku Momo. Maaf aku lupa memperkenalkan diri tadi." Adaline ikut terkekeh kembali, "Namaku Adaline Alonza. Kau bisa memanggilku Adaline." "Baik Adaline." Momo mengangguk dan tersenyum. Mereka segera masuk ke kamar mandi begitu sampai. Ia menyuruh Adaline menunggu di depan toilet yang langsung di angguki oleh gadis berambut merah muda lembut tersebut. Sedangkan Momo, dirinya segera membersihkan diri. 000 "Barra sayang!" Pemuda berwajah tampan dengan raut wajah datar itu menghela napas samar begitu mendengar suara yang sedikit nyaring dari arah belakang. Tak lama dari itu, ia merasakan sebuah tangan melingkar manja dilengannya. "Berhentilah memanggilku dengan panggilan menjijikkan itu Eliza!" desisnya dengan suara dingin. Gadis bermanik perak mutiara itu menghendikkan bahunya tak acuh, "Oh, okay. Maafkan aku Mr. Aldair." Barra tak peduli, ia tetap melanjutkan langkahnya dan membiarkan gadis cantik berambut gelap itu memonopoli lengan berototnya. Wajahnya tetap di setel datar dengan tatapan tajam. Membuat siapa saja yang melihat menundukkan kepalanya. Peraturan tak tertulis, orang yang dilihatnya di larang memandang balik dirinya tanpa ijin darinya. "Kau ada acara malam ini?" tanya Eliza dengan suara manja. Dari sekian wanita yang dekat dengannya. Hanya gadis keturunan keluarga Viollet itu yang selalu terang-terangan berani memandang balik onyx tajamnya. "Hn." "Kalau tidak, mainlah ke asrama. Kau sudah lama tak mengunjungiku. Ranjangku menjadi dingin." "Hn." Eliza tersenyum lebar, sesekali ia melempar pandangan tjam pada para gadis yang ketahuan memandang pria di sampingnya secara terang-terangan. Ia memasang wajah garang pada pengagum pemuda pewaris kedua perusahaan Aldair Corp. tersebut. Barra membuka pintu kelas. Dan kedatangannya di sambut oleh para sahabatnya dengan heboh. Terutama pria berambut kuning dengan tindik di telinga dan luka goresan di pipi. Suara pemuda itu begitu nyaring menyebut namanya. "Barra!" "Berisik, Ren!" desis Barra  tajam, yang hanya di balas cengiran tak bersalah sahabat sepopoknya. Barra mendudukkan diri di samping Garrend. Sedangkan Eliza duduk bersama gadis berambut merah muda gelap bernama Trya. Keadaan hening begitu guru masuk. Di ikuti Momo yang menjadi sasaran lemparan kertas begitu gadis itu masuk. Mengabaikan guru yang baru saja masuk. Mirisnya, guru itu mengabaikan hal yang terjadi. "Diam anak-anak. Ada yang ingin saat sampaikan." butuh beberapa detik untuk meredam suara sorakan dan hinaan para murid di kelas itu, "Hari ini kita kedatangan Murid baru. Dia dari TASIS, Swiss." "Murid baru?" suara Garrend mengawali gelak tawa, "Murid dari Sekolah jauh TASIS? Kenapa dia dibuang kemari? Ini kan bukan tempat pembuangan!" ucapnya membuat seisi kelas kembali ricuh. Kelton, selaku wali kelas hanya memandang tak berminat anak didiknya. Ia beralih memandang pintu dan menyuruh anak baru itu masuk. Tak berapa lama kemudian, Adaline berjalan masuk. Adaline menahan napas sejenak melihat ruangan yng akan menjadi kelasnya. Murid didalam sana terlihat seperti orang-orang yang tengah berada dipesta. Ricuh dan ramai. Membuatnya menggelengkan kepala samar saat melihat kelakuan calon teman sekelasnya. "Perkenalkan dirimu!" Adaline menoleh pada wali kelasnya yang kini sibuk membaca buku entah apa namanya. Adaline menghela napas, lalu kembali memandang teman sekelasnya yang sudah tenang entah sejak kapan. Ia membungkuk, mulai memperkenalkan diri. "Adaline Alonza. Semoga kita bisa menjadi teman yang baik." ucapnya singkat. "Namanya bagus, tapi tidak cocok dengannya." celetuk Yessy, gadis yang duduk di belakang Eliza. Ucapannya kembali memancing tawa semua penghuni kelas. Kecuali empat orang termasuk Adaline . Adaline  sendiri hanya diam. Tak berniat membalas ucapan yang di anggap tak berguna itu. Ia hanya memberikan senyum kecil pada seluruh teman sekelasnya. "Bagaimana kau bisa masuk ke sekolah ini? Jalur Beasiswa atau rayuan manja?" "Hahahahahahah..." Tangan Adaline terkepal. Dalam hati ia menghitung mundur dari 10 ke 0. Menekan emosi yang hendak keluar karena ucapan salah seorang murid di kelasnya. Beruntung sesi perkenalan itu selesai begitu sang wali kelas menyuruhnya duduk. Adaline berjalan ke arah tempat duduknya. Sedikit mendengkus saat ada beberapa pasang kaki yang sengaja hendak menjegalnya. Namun sayang, itu tak berhasil karena Adaline menghindari dengan tenang. Sehingga tak menimbulkan kecurigaan. Namun saat dirinya hendak duduk, ia terjatuh karena kursi yang akan di dudukinya di tarik oleh murid di samping kanannya. Membuat pantatnya mencium lantai. Gelak tawa lagi-lagi keluar mengiringi rasa sakitnya. ' Sabar Adaline, jangan hiraukan para sekumpulan penghuni kebun binatang itu. Kau harus sabar ! ' ucapnya dalam hati.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HYPER!

read
556.3K
bc

True Love Agas Milly

read
197.6K
bc

The crazy handsome

read
465.3K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook