bc

Tanda Merah Di Leher Suamiku

book_age12+
8.3K
FOLLOW
100.1K
READ
second chance
pregnant
drama
betrayal
cheating
lies
like
intro-logo
Blurb

Siska yang sedang hamil tua, sangat kaget saat melihat ada tanda merah di leher suaminya, padahal sudah satu bulan lamanya mereka tak melakukan hubungan suami istri, karena placenta previa yang di deritanya.

Siapa yang kemudian harus dicurigai Siska? pembantunya atau sepupunya? atau mungkin ada wanita lain?

chap-preview
Free preview
Tanda Merah Itu
TANDA MERAH DI LEHER SUAMIKU 1 [Sis, kamu 'kan lagi hamil, kok kurusan sih?] Sebuah chat masuk dari Dewi, teman satu kantorku dulu. [Lha memang lagi hamil Wi. Kalau nggak lagi hamil dan bermasalah mana mungkin aku resign dari kantor. Kok kamu bilang aku kurusan sih, ini badan saja sudah gendut banget kayak badut loh. Memangnya kenapa Wi?] Balasku kilat. [Eh masak sih Sis? Kok tadi aku lihat kamu sama Andi kayaknya kurus banget deh dari belakang. Apa aku aja ya yang salah lihat?] [Memangnya kapan kamu ketemu aku sama Mas Andi?] [Barusan Sis, duh masak kamu nggak lihat sih mobilku kan parkir di belakang mobilmu. Tadi pas mauku panggil kalian masuk mobil dan langsung tancap gas.] [Ngarang banget deh kamu Wi. Aku seharian ini nggak kemana-mana kok. Emangnya kamu tadi lihat muka Mas Andi gitu?] [Iya lah Sis. Masak iya aku lupa mobil dan suami kamu sih. Paling juga kamu sekarang lagi ngerjain aku. Orang jelas-jelas ku lihat Andi memakai jeans selutut dan kaos polo warna putih kok.] [Beneran deh, ini aku lagi rebahan di rumah. Mas Andi sejak pagi tadi emang keluar, katanya mau mancing sama teman kantornya.] Sambil ku kirimkan fotoku saat ini yang sedang rebahan di depan tivi memakai daster warna coklat. [Eh, itu beneran kamu Sis?] [Ya ampun Wi kebangetan banget deh kamu, masak nggak ketemu satu bulan saja kamu sudah lupa sama wajahku.] [Bukan begitu Sis. Wanita yang tadi kulihat bersama Andi itu, dari belakang kelihatan langsing banget kok, rambutnya panjang hitam berkilau. Lah jauh beda banget dengan foto yang kamu kirim ini, hehehe.] [Ya berarti yang kamu lihat itu tadi bukan aku to Wi. Paling juga itu istri temannya Mas Andi, Wi. Siapa tahu di dalam mobil itu ada teman-teman yang lainnya juga.] [Ya bisa jadi di dalam mobil itu masih ada orang yang lain. Eh tapi kok bisa sih Sis, mancing di mall? Mau mancing ikan apa mancing masalah?] [Mungkin saja mereka lagi cari makan atau lagi cari apa gitu Wi. Jangan negatif thingking deh Wi.] [Heran deh sama kamu Sis, percaya banget sama Andi. Kalau aku jadi kamu sih nggak hanya negatif thingking saja, tapi langsung ku telepon, kudatangi dan kulabrak deh mereka itu.] [Aduh nggak segitunya juga kali Wi, soalnya kan belum jelas juga berita kamu. Lagian Mas Andi itu nggak mungkin macem-macem kok, aku percaya banget sama dia.] [Jadi kamu nggak percaya dengan apa yang baru kulihat Sis? Ampun deh! Memang susah sih ngomong sama bucin akut kayak kamu. Semoga aja deh memang si Andi nggak macem-macem. Udah dulu deh, aku mau belanja. Wassalamualaikum.] [Hehehe iya Wi, selamat belanja ya. Waalaikumsalam]. Sebenarnya aku juga kepikiran dengan chat yang di kirimkan Dew itu, namun aku tetap tak ingin berburuk sangka pada suamiku itu. Tetapi untuk apa juga mereka main ke mall. Lebih baik aku coba telepon Mas Andi sekarang. Satu panggilanku terlewatkan olehnya, lalu kucoba untuk meneleponnya lagi dan akhirnya panggilanku di jawab olehnya. "Ada apa Dek?" suara Mas Andi biasa saja, tak terdengar gugup atau cemas. Padahal kalau orang sedang berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari kita itu, pasti bicaranya berbeda, gugup dan tidak lancar. "Lagi di mana Mas?" tanyaku. "Pakai tanya lagi? Ya lagi di tempat pemancingan lah Dek, masak iya di mall?" jawabnya santai. "Ya siapa tahu kamu bohongin aku Mas!" "Ngapain sih aku pakai bohongin kamu segala Dek, dosa tahu bohongin istri yang sedang hamil itu." "Awas saja kamu sampai beneran bohongi aku Mas. Coba ganti jadi video call saja, aku ingin tahu lokasi pemancinganya seperti apa sih?" ucapku untuk meyakinkan. "Eh ngapain sih Dek pakai video call segala? Malu ah sama orang-orang di sini, nanti dibilang suami-suami takut istri," jawabnya. "Hemm kalau kamu memang nggak bohong, pasti kamu mau video call sekarang juga!" Aku sudah siap merekam video call kami nanti. "Oke-oke bentar ya Dek," Mas Andi menjeda sebentar, kemudian memindah panggilan suara menjadi video call. "Gimana sudah percaya 'kan kalau ini di tempat pemancingan? Tuh banyak orang 'kan?" ucap Mas Andi sambil menunjukkan wajahnya dan juga kondisi di sekitar tempat pemancingan tersebut. Aku cuma mengangguk dan tersenyum saja melihat itu. "Gimana? Sudah percaya kalau aku lagi mancing nih?" "Iya-iya percaya. Nanti pulang jam berapa?" "Sorean paling Dek, nanggung ini lagi seru-serunya. Sudah dulu ya Dek. Nanti aku bawain ikan deh." Aku hanya menganguk dan kemudian mematikan video call itu. Hemm berarti informasi dari Dewi tadi salah, nggak mungkin 'kan Mas Andi macam-macam di luaran sana, apalagi sampai memakai mobilku untuk berkencan dengan wanita lain. ************* ************ "Dek, aku langsung ke mandi ya, gerah banget ini. Eh aku mandinya di kamar mandi belakang aja deh, soalnya badanku bau amis semua," ucap Mas Andi sore itu saat tiba di rumah. Tanpa mengambil baju ganti dan handuk, dia langsung saja nyelonong masuk ke kamar mandi belakang. Kebetulan hari ini pembantuku, Sari sedang ijin libur satu hari, jadi aku akan membersihkan sendiri ikan yang di bawa suamiku tadi. Sari pembantuku itu, sejak tadi pagi ijin keluar, katanya ingin mengunjungi kakaknya yang ada di kabupaten sebelah. Setelah membersihkan ikan, aku pun mengambilkan baju ganti dan juga handuk untuk Mas Andi. Segera ku ketuk pintu kamar mandi, dan dia pun membuka sedikit pintunya, lalu melongokkan kepalanya keluar. "Nih handuk dan baju gantinya," uacapku sambil memberikan barang itu padanya. "Terima kasih banyak ya Dek," jawabnya lalu menutup kembali pintu kamar mandi itu. Saat Mas Andi melongokkan kepalanya keluar tadi, sekilas aku melihat dua tanda merah kecil di leher bagian bawahnya, tepatnya. Tentu saja tanda itu seketika membuat fikiranku kemana-mana saat itu. Sebagai wanita yang sudah berumah tangga, tentu aku sangat faham sekali dengan tanda itu. Bukan karena gatal atau gigitan nyamuk, tapi tanda itu khas seperti ketika usai memadu kasih, tanda yang muncul dari bekas kecupan seseorang. Seingatku kemarin malam saat berganti pakaian di kamar, tak ada tanda itu di leher Mas Andi. Dan kami pun sudah sekitar satu bulan tak melakukan hubungan suami istri. Karena di kehamilan ini aku mengalami plasenta previa, dan dokter menyarankan untuk tidak berhubungan intim untuk sementara waktu, demi keselamatan janin dan kesehatanku. Lalu dengan siapa suamiku melakukan perbuatan itu?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook