bc

Om Nikah Yuk

book_age18+
41.8K
FOLLOW
301.0K
READ
possessive
age gap
dominant
drama
sweet
bxg
humorous
lighthearted
coming of age
first love
like
intro-logo
Blurb

#Warning! Mengandung konten dewasa!

#Cerita ringan menemani karantina kalian

“Om ganteng~ nikah yuk?” –Dara.

“Heh! Sekolah dulu sana yang bener!” –Bagas.

***

Dara Angelica, bermimpi memiliki jodoh seperti Om Bagas, Ayah temannya sendiri. Bahkan sejak umur 10 tahun gadis ini sudah gencar menggombali lelaki yang usianya sudah 27 tahun itu. Menurut Dara, Om Bagas itu calon suami-able banget. Apalagi usianya juga gak tua-tua amat. Bahkan Dara tidak sungkan-sungkan menggombali Bagas di depan istrinya sendiri, yaitu Safira. Bukanya cemburu Safira malah suka ngakak terpingkal-pingkal setiap melihat raut cemberut suaminya karena digodain gadis kecil.

Namun sebuah peristiwa tidak terduga terjadi saat Dara berusia 17 tahun, istri Bagas mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya, semenjak saat itu semuanya jadi berubah. Dara yang biasanya suka tebar pesona petakilan tak tau malu di depan Bagas sudah jarang menggoda lelaki itu lagi, bahkan puncaknya Dara memilih kuliah keluar kota semata-mata cuma untuk menghindari Bagas. Karena ... Dara merasa tidak pantas menggoda lelaki yang sudah tidak berisitri, apalagi usianya bukan anak kecil lagi.

Disaat semua sudah berjalan semestinya, tapi kenapa Bagas malah merasa kehilangan?

[Foto oleh Анна Хазова dari Pexels]

chap-preview
Free preview
01: Om Nikah Yuk
12 Mei 2010 "Selamat pagi! Finaaa oh Finaaa!" Suara teriakan cempreng khas anak kecil terdengar menggema di kediaman Bagaskara Chandrawinata itu. Bagas yang sedang membaca berita di tabloit melirik bocah perempuan kurus berkepang dua dengan gigi ompong di depannya. "Fina lagi tidur." Ujar Bagas bermaksud mengusir kehadiran bocah perempuan ini secara tersirat. Dara Angelica, gadis berumur 10 tahun yang memakai kaos Pikachu dengan celana legging selutut itu melebarkan matanya bersemangat. "Eiy~ ada Om Ganteng." Bagas mendengus, nah kan kumat lagi. Sepertinya hari paling bahagia versi nya itu apabila sehari tanpa bertemu bocah bau kencur ini. "Om lagi baca apa?" "Kepo banget sama urusan orang dewasa." Bagas berusaha mendorong-dorong jidat Dara yang malah makin maju-maju. Dara mencebik, karena gagal terus gadis itu memilih ngelesot di lantai bergelantungan di kaki Bagas. Bagas hampir mengumpat kalau tidak ingat lawannya adalah bocah kecil. "Om-om, Dara kemarin ulang tahun looh." Dara mengatakannya sambil masih mengayun-ayun kaki lelaki yang duduk di atasnya itu. Bagas membulatkan bibir. "Oh." Dara makin ngambek, bahkan sekarang sibuk mencabuti bulu kaki Bagas membuat lelaki itu menjerit melengking. "Aw! Sakit Dar!" "Om jahat Om jelek Om gendut!!" Amuk Dara kini sudah berdiri dan melompat-lompat jengkel. Bagas menghela napas panjang, dosa apa dirinya di kehidupan dahulu sampai bisa ketemu kecebong modelan begini Tuhan?? "Terus kamu maunya gimana??" "Ucapin selamat ulang tahun dong Om!" "Selamat ulang tahun." Ujar Bagas enteng lalu kembali menunduk membaca tabloid nya. Tapi tak lama ia kembali mendongak, dan bisa melihat raut sedih dengan bola mata berkaca-kaca dan ingus yang hampir menetes dari gadis di depannya. "Saya kan sudah ucapin selamat ulang tahun, tapi kenapa kamu malah mau nangis?" Bagas mengangkat sebelah alisnya. Dara menatap permusuhan Bagas. "Dara ulang tahun Om!" Tegasnya masih saja diulang-ulang. "Ya trus saya harus bilang wooow gitu??" Balas Bagas jadi ikut ngelawak. Dara makin mendengus-denguskan hidungnya kayak banteng yang mau menyeruduk mangsanya. "Ih dasar Om gak peka! Dara ulang tahun, ya artinya Om kasih Dara hadiah dong!" "Leh kok maksa." Dara sudah menyerah, sambil menghentak-hentakkan kakinya gadis berkepang dua itu hampir berbalik pergi sesaat sebelum tarikan ia rasakan di kerah bajunya. Bagas menarik bocah itu kayak lagi ngangkat kucing. "Nih." Bagas meletakkan selembar kertas merah yang pasti disukai manusia jenis apapun ke jidat Dara. Dara langsung merekah, seolah aksi ngambeknya tadi tidak ada. "Hehe, makasih loh Om padahal gak usah repot-repot juga gapapa." Ujar Dara malu-malu berbanding terbalik dengan tangannya yang dengan luwes menyabet uang 100.000 ribu itu dan memasukkannya ke dalam saku. Bagas mendengus, benar-benar tak habis pikir dengan tingkah bocah ini. "Udah kan? Sekarang pulang sana." "Ih Om mah galak banget, iya-iya ini Dara pulang." Dara lalu turun dari atas sofa dan melangkah kearah pintu. Bagas mengangguk senang. "TAPI BOONG!!" Dan dengan cepat Dara berlari naik ke lantai dua tempat kamar Fina berada. Bagas menggeram kesal. "Dasar bocaaaah!!!" *** "Hnggg 5 menit lagi Bun." "Ini aku Dara, bangun-bangun-bangun!!" Dara dengan tak berperikemanusiaan menarik selimut Fina membuat Fina terjatuh naas ke lantai. "Iiih Daraaaa!!" Jengkel Fina dengan wajah bantal. Dara merangkak naik ke atas kasur, lalu duduk bersila sembari bertopang dagu. "Fin-fin aku mau curhat." "Hngg." "Yang ikhlas dong Fin nyaut nya!" "Iya Dara ku yang paling cantiiiik!!!" Dara cengengesan. "Jadi ceritanya kan aku kemarin ulang tahun--" "LOH KOK GAK NGOMONG?!!" Cempreng Fina yang memang satu frekuensi macam Dara. Dara mengibaskan tangannya. "Alah gak papa--" "TAPI KAN AKU PENGEN KASIH HADIAH!" "Gak usah--" "TAPI--" "NGOMONGNYA JANGAN SAMBIL TERIAK DONG!" "LOH KAMU SENDIRI JUGA TERIAK!" "IIIH FINA JELEK!" "DARA DEKIL!" "FINA ITEM!" "DARA KEMBARANNYA OTAN!" Lalu mereka berdua jambak-jambakan. Tendang-tendangan. Dan sruduk-srudukan. Memang rada miring otak mereka. "Aduuh ya ampun, kalian kok tarung gini sih??" Suara lembut mengalun membuat dua bocah itu menoleh serentak. Terlihat Safira, istri Bagas sedang berdiri diambang pintu. Ibu muda yang malah lebih cocok disebut sebagai Kakak Fina, karena memang umurnya masih-amat-sangat-muda. "Ini nih Mah, masa ulang tahun gak ngomong-ngomong aku!!" Adu Fina ember seperti biasa. "Loh Dara ulang tahun?!" Kaget Safira. Dara menyengir lebar, membuat dua gigi ompong depannya kelihatan. "Iya Tan!" "Aduh Tante belum nyiapin hadiah lagi, maaf banget ya sayang." Safira yang memang berhati malaikat itu terlihat bersalah. Dara menggeleng. "Dara gak butuh hadiah kok Tan!" Lalu Dara mengulurkan tangannya. "Kasih uang aja Tan, Dara udah seneng." Lalu dengan garing bocah itu sudah cekikikan. "Ye! Dasar mata duitan!" Tampol Fina ke kepala Dara. Safira tak kuasa menahan tawa nya yang ingin meledak. "Yaudah, ayo ikut Tante. Sekalian kita makan." "Yeee makan gratis!!" Sorak Dara kemudian berlarian kejar-kejaran dengan Fina, Safira makin dibuat kekel tertawa. Bagas yang melihat istrinya memberikan uang pada Dara sontak mendelik, bukanya ia pelit atau kekurangan uang, tapi ya ... itu bocah bener-bener pinter banget porotin uang orang, padahal setau Bagas Ayah Dara adalah seorang pengusaha tambang batubara. Kok bisa Dara kayak bocah kekurangan duit begini?! Dara yang merasa diperhatikan jadi menoleh, dan seketika merenges lebar-lebar saat menemukan Bagas tengah menatap kearahnya. "Eiy~ Om Ganteng lagi terpesona ya sama Dara?" "Byuuurrr!!" Bagas menyemburkan kopi yang disesapnya. "Ya Tuhan perut aku bisa sakit kalo ketawa terus!" Safira terlihat terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya yang kram. Bagas mengusap bibirnya yang basah, sudah menyerapah semua nama hewan ragunan. "Dar duit kamu banyak kan sekarang, traktir aku cimol di perempatan jalan ya." Ujar Fina yang tidak kaget melihat temannya yang suka godain Ayahnya itu. Udah kebal sampe pengen gumoh Fina mah. "Enak aja! Cari duit sendiri sana!" Tolak Dara sudah songong mentang-mentang dapet duit 200.000 ribu. Fina mendelik sebal kearah Dara, lalu tak lama menoleh menatap Ayahnya dengan puppy eyes menggelikan. "Pah ... " "Nggak, kamu sudah Papah jatah uang saku, kamu harus bisa hemat." Bagas memang sangat disiplin mendidik anaknya. Fina cemberut, apalagi saat melihat Dara yang sengaja kipas-kipas pake duit warna merah itu. "Mah ... " "Hayo apa tadi kata Papah? Nurut sama Papah ya sayang." Ujar Safira dengan penuh pengertiannya. Fina makin dibuat merengut, akhirnya dengan amat terpaksa kembali menatap Dara. Namun kali ini Fina membuat mimik wajah semelas mungkin. "Dar masa tega sih sama aku ... " Dara tertawa lebar-lebar. "Iya-iya, ayo cus kita beli cimoool!!" Seru Dara lalu melompat turun dari kursi. Fina ikut bersorak. "CIMOL I'AM COMING!!" *** 12 Mei 2017 Seorang gadis tinggi semampai dengan rambut lurus sebahu terlihat melangkah memasuki rumah orang lain yang sudah seperti basecamp nya sendiri itu. Tas ransel ia sampirkan di bahu kanan, seragam yang tidak dikancing memperlihatkan kaos dalamannya, dan celana training yang dipadukan dengan rok sekolah pendeknya, kesan swag sangat cocok disematkan untuk gadis itu. "Woy Fin! Lo mau sekolah apa kondangan dah, menor begitu!" Sentak Dara mengejutkan Fina membuat Fina yang tengah memakai lipstik jadi celemotan. Fina mendelik, buru-buru menghapus lipstik yang meluber sampai pipi nya dengan tisu. "Ck! Bisa gak sih lo kalo masuk salam dulu? Lo bukan setan kan?!" Dara terlihat tak peduli. "Cepetan dong, udah mau bel masuk nih!" Gerutunya melirik arloji di tangannya. Fina mendengus. "Ya makanya jangan ganggu gue, ini biar cepet dandannya!" "Hmmm." Dara memutar bola mata, namun alisnya jadi menukik dengan kernyitan samar. "Eh Om Ganteng kemana? Kok gak kelihatan?" Fina terlihat mendengus dari posisinya. "Udah umur 17 tahun masih aja lo jadi fans nya Bokap gue!" "Salahin Bokap lo dong, makin tua malah makin hot. Dedek bisa apa?" Dengan gaya ala Dedek-dedek emesh. Fina hampir melempar catokan rambutnya ke arah teman popoknya ini. "Najis lo ah, jangan ngimpi bisa jadi istri Bokap gue, gak sudi gue punya Emak kayak elo!" Bukannya tersinggung Dara malah terlihat memasang raut usil. "Oh Fina anakku, ini Mamah Nak." "Woy-woy anjer! Geli woooy!!" Teriak Fina sambil berlari keluar kamar merinding. Dara cekakaan sambil mengejar Fina. "Fina anakku sayang!!" "Aaaaaa musnah sana lo! Dasar amoeba tidak bertulang belakang!" "Anakku, kamu tega sama Mamah ya!" Dara makin terpingkal-pingkal. "Woy udah Dar! Bulu ketek gue ampe berdiri loh ini ngab!" Dara menghentikan aksi konyol nya dengan tawa pecah, lalu merangkul bahu Fina saat mereka berjalan keluar rumah. "Wissh mobil siapa nih? Gelaseh, Ferrari!" "Mobil gue dong, taraaa gue udah punya SIM!" Dara memamerkan SIM nya. Fina terlihat antusias, langsung melompat ke dalam mobil disusul Dara, dan merekapun melaju memecah jalanan Ibu Kota. *** "DOR!" "EEEE ANJER!" Seorang pemuda yang berjalan sambil memakai earphone itu meloncat kaget, dua gadis yang tadi mengagetkannya malah tanpa dosa sedang cekikikan. "Kalo dateng mah salam bukannya ngagetin gini!" Ketus pemuda tampan itu mengapit leher Dara dan Fina di sisi kanan dan kiri lengannya. Dara dan Fina malah terlihat tertawa bahagia. "Eh ntar ulangan harian kan?" Tanya Fina. "Gue gak tau soalnya lagi pake earphone." Ujar pemuda tadi yang bernama Riki. "Gue gak tau soalnya kemaren bolos." Sahut Dara. Fina jadi mendelik, emang ya nih dua kutil badak, raja dan ratu nya pemales. Dara memasukkan tangannya ke saku hoodie yang dikenakan Riki, lalu mengambil permen karet yang sudah jadi langganannya. Dengan santai tanpa permisi Dara langsung membuka bungkus permen karet tersebut dan mengunyahnya sambil melangkah memasuki kelasnya. Riki diam-diam tersenyum tipis melihat punggung Dara yang sudah memasuki kelas. Dan ternyata. Tanpa diketahui siapapun Fina juga menatap penuh arti kearah Riki. *** Dara bersandar di pagar rooftop sekolahan nya, terlihat tak takut sama sekali kalau bisa terjatuh. "Disini lo ternyata, jelas aja gue cariin ke lapangan basket kagak ada!" Dara melirik, menemukan Fina yang berjalan mendekat kearahnya sambil membawa kresek hitam. "Apaan tuh?" "Makanan, lo belom makan kan?" "Lagi gak mood gue, lo makan sendiri aja sana." Tolak Dara langsung membuang muka. Fina jadi mengernyit. "Dih tumben si perut gentong nolak makanan?" Dara mendengus, lalu salto dan langsung melompati pagar pembatas. Gadis tomboy itu melangkah kearah Fina. "Fin." "Hmm." Gumam Fina tidak jelas karena sedang mengunyah. Dara duduk bersila, bertopang dagu menatap wajah Fina dengan serius. "Gue boleh nggak tinggal di rumah lo sampe lulusan?" "OHOK-OHOK!" "WEH ANJER MUNCRAT WOY!!!" Pekik Dara sambil mengusap lengannya yang habis terkena semburan cairan ajaib. Fina membuka tutup botol minumnya tak sabaran dan dengan rakus menenggak minuman nya. "Uhuk ... Ehem, ya lagian lo ngomongnya ngawur banget!" Ujar Fina setelah meredakan batuknya. Dara mendengus. "Gue serius!" "Lo serius mau tinggal di rumah gue? Se-ngefans itu ya lo sama Bokap gue?" "Ck bukan begituuuu!" "Ya trus?" Tanya Fina terlihat tak percaya. Dara menghela napas berat, dengan mimik wajah sedih. "Bonyok gue mau pindah ke Sulawesi, trus disini kan gue gak ada sodara jadi ya mau gak mau gue harus ikut pindah." "EH SERIUSAN?!" "Ngapain juga sih gue bohong, gak faedah. Nah trus tiba-tiba gue keinget sama lo, kan keluarga gue juga udah kenal lama sama keluarga lo, jadi apa boleh gitu kalo gue tinggal sama keluarga lo. Ya setidaknya sampe lulus SMA deh, tenang ntar biar Bokap gue kasih kompensasi biaya ke keluarga lo." Fina mengangguk paham. "Boleh banget dong! Kalo lo jadi pindah ntar gue juga yang kesepian, tapi ntar gue ijin sama Bokap dan Nyokap gue dulu ya. Dan soal biaya, lo gak usah musingin itu." "Iiiih tengkyuuu, makin lope-lope deh gue sama lo Fin!" Dara langsung memeluk Fina erat-erat. Fina terkekeh pelan, namun tiba-tiba wajahnya berubah serius. "Ehm, Dar." "Hm, kenapa?" Tanya Dara begitu pelukan mereka terlepas. Fina terlihat ragu, anehnya pipinya memerah entah karena apa. Ya mana Dara tau, orang Dara gak bisa baca pikiran. "L-lo suka gak sih sama Riki?" "Hm, suka lah." Fina tersentak. Dara malah tanpa dosa asik mengorek hidungnya mencari harta karun. "Kenapa tanya begituan?" Fina menatap Dara canggung dan muram. "Emangnya lo suka Riki sejak kapan? Kalian diam-diam udah jadian ya? Hayo ngakuuu." Goda Fina lalu tertawa kaku. Dara seketika mendelik, menggeplak bahu Fina keras. "Weh ngawur ae kalo ngomong! Gue suka sama Riki ya karena dia sahabat kita, yakali gue jadian sama dia, Om Ganteng masih nomer satu di hati gue!" Koar Dara membara. Fina tanpa sadar bernapas lega, beban di hatinya seperti lepas begitu saja. "Gila lo bisa-bisanya masih milih Bokap gue, udah kepelet lo sama Bokap gue." "Ya bisa jadi, hehe." Lalu keduanya tertawa kompak. Lagian umur Om Bagas juga masih 34 tahun, udah gitu masalah bentuk tubuh masih kekar, dan wajahnya byuuuh ... sekelas bintang Hollywood! Siapa coba yang gak mau? Hayo siapa? Ya gak ada lah! "Eum, Dar." Panggil Fina lagi. "Iya Finakuuu cayank, lo hari ini tumben banget sih mau ngomong aja pake manggil dulu nama gue?" Heran Dara. Fina tersenyum canggung, "ini soal Riki---" "Riki mulu ah bahasan lo, bosen gue!" "Ih dengerin dulu dong!" Jengkel Fina. "Yaudah gue dengerin, cepet mau bilang apa?!" Fina jadi agak menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merah padam. "Kalo seandainya .... c-cuma seandainya ya," Fina menjeda ucapannya, Dara mengernyit penasaran. "G-gue suuk--" Drrrt .... Drrrt .... Keduanya tersentak, "bentar!" Tahan Fina, Dara mengangguk patuh. "Siapa?" "Om Ganteng lo." Wajah Dara seketika merekah, "angkat-angkat-angkat cepetan!" Fina mendengus. "Jangan lupa loudspeaker!" Wajah Fina makin merengut. Namun dengan patuh gadis itu menuruti perintah Dara, sepertinya malah Dara yang tidak sabar menunggu suara dari Bagas. "Halo, Pah?" "F-Finn..aaa." Dara dan Fina jadi saling lirik bingung. "Papah kenapa?" "Saya-nng, Mam-ahmu ... d-dia." "Mamah kenapa Pah?!" Teriak Fina panik. "D-dia meni-nggal dunia." BRAK! HP tersebut langsung terjatuh ke lantai. *** TBC.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook