bc

KOOKAINE

book_age0+
3.0K
FOLLOW
44.6K
READ
dark
manipulative
powerful
mafia
gangster
drama
twisted
bxg
like
intro-logo
Blurb

[MATURE]

Sequel Of Obsession.

Kim Taeri itu adalah obsesi seorang Jeon Jeongoo. Dan Jeon Jeongoo adalah candu bagi Kim Taeri. Saling membutuhkan dan terikat, sekalipun dua atau lebih tak mengharuskan mereka bersama. Terjebak dalam hubungan yang perlahan menggerogoti sampai kewarasan mereka. Ketergantungan dengan segala kegilaan yang seharusnya dihindari.

Mafia!Au © a-noona

chap-preview
Free preview
1 ; Desire
Meg Myers – Desire [Hucci remix]  Berhasil. Kemenangan penuh, telak penuh kuasa. Jeon Jeongoo berhasil mendapatkan Kim Taeri. Gadis yang membuatnya gila. Satu-satunya kelemahan yang paling mematikan, namun dapat membuatnya begitu kuat jikalau ada yang berniat merebut. Matanya menatap sosok yang terlelap di sampingnya dengan tubuh telanjang yang terbalut selimut sutra tebal. Leher Taeri penuh jejak merah keungguan yang ditinggalkan dirinya tiga jam lalu. Sebuah pergerakan kecil membuat sedikit bagian selimut tersingkap, memamerkan kulit pucat yang dalam keadaan sama seperti leher. Puluhan noda hasil torehan lidah, bibir dan gigi Jeongoo yang saling bekerja sama. Senyum tipis terukir di bibirnya. Begitu bahagia mendapati gadis itu juga mencintainya. Hanya saja dirinya tahu bahwa mempertahankan sesuatu bukan hal mudah. Ketakutan terbesar dalam dirinya saat ini adalah kehilangan. Terlebih dia meyakini satu-satunya yang dapat membuat hal itu terjadi adalah dirinya sendiri. Jeongoo merasa dan mengetahui segila apa dirinya. Bagaimana otaknya bekerja dalam beberapa hal. Tak hanya sekedar bekerja sesuai misi bersama hyungnya. Lebih dari itu. Beberapa pikiran di luar nalar, nyaris mendekati sinting atau mungkin sudah mencapainya. Sisi gelap yang belum sepenuhnya Taeri ketahui. Kehidupannya yang lebih dari Taeri lihat. Selama ini bahkan belum ada setengah. Hanya seperempat. Beruntung itu saja masih bisa mendapati Taeri yang bertahan. Satu kekehan lolos dari bibirnya. Tatapan sendu dan tulus secara bersamaan. Menerka-nerka apa pada akhirnya gadis itu akan lari, lepas dari dirinya. Pelukannya. Jeongoo itu aneh. Mungkin bagian inosen dari dirinya yang membuat semuanya seperti itu. Rasa penasaran yang berlebih sampai menjadi kebutuhan. Menghancurkan, menghujam, menyetubuhi Taeri di depan umum hanya salah satunya. Bagaimana dia dengan mudah menarik pelatuk sampai membuat beberapa nyawa habis juga hanya salah satunya. Masih banyak hal-hal yang gadis itu tidak ketahui. Gadis itu memang gila, kelewat nekat. Cerdas dan penuh perhitungan hingga bisa berada sampai titik ini. Hanya saja, Jeongoo sangsi sampai kapan Kim Taeri akan bertahan.. Dan itu sangat membuat Jeongoo takut kehilangan. Teramat takut. "Jam tiga tengah malam. Jadi apa yang Jeon Jeongoo lakukan? Menikmati wajahku sambil berpikir kotor? Apa tadi belum cukup?" goda Taeri yang tiba-tiba membuka mata. Jeongoo terkesiap sesaat. Matanya membulat lucu. Membuat Taeri beringsut mendekat dan langsung melingkarkan lengannya ke tubuh Jeongoo. Memeluk gemas sambil bergumam mengisyaratkan kenyamanan. Kulit mereka saling bersentuhan. Bergesek di dalam selimut. Lengket karna keringat yang mengering melalui pendingin ruangan yang tidak diatur penuh karna musim dingin. Tapi mereka memerlukannya setelah pergulatan hebat di kasur sebelumnya. Sukses membuat keringat bercucuran diiringi desahan-desahan sensual. Mengiring ruangan dengan vocal yang tertahan. "Aku kira noona sedang tidur. Apa aku membangunkan noona?" tanyanya sambil jemari menyisir rambut Taeri yang lepek –alasan sama seperti keringat di tubuhnya. "Bukan salahmu. Aku memang punya masalah dengan tidur. Termasuk mudah sekali terbangun. Terlalu peka mungkin. Menyadari kau menatapku terus-menerus." Semburat merah muncul di pipi Jeongoo. Dia malu. Lucu sekali. "Kalau begitu tidur lagi." "Tentu. Asal kau juga." Jeongoo mengangguk lucu. Begitu patuh. Padahal jika sedang di kasur dia begitu liar. Namun bagaimanapun masih seperti seseorang yang begitu manis. Menggoda dengan wajah inosennya. Membuat Taeri menggila seperti ingin menodai seorang Jeon Jeongoo -yang padahal memang menginginkan itu. "Tapi sebelumnya, katakan apa yang kau pikirkan." Jeongoo terdiam sesaat. Bungkam dengan tatapan kosong. Mencari-cari kalimat yang harus dia keluarkan. Memberi beberapa alasan setidaknya untuk menenangkan gadis yang dia cintai itu. Namun dia bahkan tak mendapatkan apapun di kepalanya. "Jeongoo... Wow, kali ini apa yang kau tutupi? Bukankah kita telah sepakat untuk tidak menutupi apapun lagi? Well apa ini ada hubungannya dengan Subin?" tebak Taeri langsung. Seperti gadis pada umumnya. Sekuat apapun karakternya, cemburu tetaplah naluri terlebih pada pria yang dia cintai. Lagi-lagi bibir merah, mengkilat yang tipis itu hanya terdiam –mengatup bisu. Membuat Taeri geram, was-was. Berpikir apakah dirinya harus segera bangkit dari kasur dengan mencak-mencak dan segera menghubungi Taekyung. Menarik kembali semua ucapannya dan meminta pria itu membawa dirinya kabur. Kebebasan atau apapun itu disebutnya. "Jeongoo!" "Tidak noona! Tidak!" jawab Jeongoo buru-buru ketika sudah mendapati raut galak dari kekasihnya itu. Taeri lega mendengarnya. Dia itu egois. Juga ambisius. Seperti serupa dengan pria yang sedang dia cintai. Entah mengapa juga mereka jadi bisa bersama. Seharusnya selalu ada persaingan satu sama lain. Walaupun dalam beberapa konteks hal seperti itu memang tak dapat dihindari. "Aku— —takut kehilangan noona." Hening. Hanya suara dari mesin pendingin ruangan yang terdengar. Itu juga terlampau pelan. Mungkin satu-satunya yang dapat mereka dengar jelas adalah degub jantung masing-masing. Pun Taeri tersenyum tulus, mendekatkan diri ke wajah Jeongoo dan memberi kecupan. Menutup mata dengan mencium lembut. Membuka bibirnya dan menghisap bibir bawah maupun atas Jeongoo. Dibalas dengan lumatan tentunya. Saling beriring seraya mata Jeongoo yang menutup –menikmati ciuman mereka sambil tangannya bergerilya ke lekuk tubuh Taeri di balik selimut. Rasanya senang bukan main mendengar Jeongoo mengatakan itu. Tapi ingin tertawa juga secara bersamaan. Pasalnya dia itu teramat mencintai Jeon Jeongoo. Kecanduan seperti cocaine. Bagaimana bisa dirinya lepas dari sosok itu. Jelas sekalipun Taekyung pernah menawarkan kebebasan, dia malah menyerahkan diri sepenuhnya dalam tawanan Jeongoo. Taeri sadar dirinya memang gila. Selama ini dalam kesempurnaan dengan wujud begitu tenang. Namun bertemu dengan Jeon Jeongoo merubah segalanya. Membuatnya begitu menikmati hidup melalui hal-hal yang bahkan tak pernah terbayangkan olehnya. Bahkan dalam urusan seks sekalipun. Jeongoo yang memperkenalkannya. Dapat menandinginya. Membuatnya begitu menikmati apapun yang pria itu sodorkan. Beragam hal yang siap menjadi kegemaran. Pun ciuman itu terlepas selang beberapa detik –atau menit. Karna sekarang keduanya telah saling mengais udara kewalahan. Rongga paru-paru yang sesak. Salahkan mereka berdua yang terlalu panas dan liar dalam berciuman. Sudah dibilang sejak awal kalau mereka berdua memang saling dapat mengatasi satu sama lain. Memaklumi dan menikmati. Jeongoo menyentuh bibir Taeri, menekan dengan ibu jari. Basah karna lidahnya yang menyapu bibir itu dengan bersemangat. "Benarkah noona tak akan meninggalkanku?" tanya Jeongoo mengulang awal dari ciuman mereka. "Jangan mulai hanya karna kau ingin mendapatkan ciuman lagi," ujar Taeri sambil memutar bola mata jengah. Jeongoo terkekeh. "Ketahuan ya?" "Bodoh!" "Tapi tidak sepenuhnya itu sih." "Lalu apa? Masih tentang takut? Karna apa? Aku bahkan tetap bertahan denganmu setelah tahu bagaimana kehidupanmu." "Karna diriku sendiri." Kening Taeri berkerut bingung. "Berikan contoh. Lebih spesifik. Aku tidak suka hal tidak jelas dan tidak terperinci." Jeongoo menggigit bibir bawahnya sebentar. "Noona masih ingat percakapan kita tentang cinta dan seks itu berbeda? Tentang yang kau lakukan dengan Taekyung hyung, lalu aku dan Subin noona." Nama itu lagi. Taeri padahal berharap tak pernah mendengar nama itu lagi. "Ya. Jadi benar dugaanku sebelumnya kalau ini ada hubungannya dengan gadis itu,"sarkas Taeri. Jeongoo menggeleng lemah dengan tatapan mata inosennya. "Lalu?" "Aku memiliki banyak sisi yang bahkan aku sendiri merasa terkejut dengan itu." Taeri mengangguk-anggukan kepala dengan santai. "Aku juga. Contohnya saja aku mengalami Stockholm syndrome saat ini. Atau kadang aku berpikir bagaimana cara membunuh Min Yunki tanpa kalian ketahui. Baiklah yang terakhir aku tak terkejut. Aku memang selalu ingin dia mati saja." Taeri mendengus. "Kalau begitu, sisi yang kau maksud itu, apa? Seperti yang aku bilang sebelumnya. Spesifik. Berikan satu contoh." "Seperti—" Jeongoo tak langung menjawab. Mengigit bibir bawahnya. Berpikir dalam diam sampai akhirnya menarik napas dalam-dalam sebelum mengatakannya. "—menginginkan hyung menyetubuhimu di depanku. Agar aku melihat visualisasimu ketika sedang dihancurkan. Selama ini aku tidak bisa melihat dalam garis besarnya karna aku yang melakukan. Pasti kau akan terlihat begitu indah dipandang dari sisi lain. Aku dapat melihat kau disetubuhi sebagai pengamat, bukan sebagai yang menyetubuhi. Sangat indah. " []  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marry Me If You Dare

read
222.8K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

I Love You Dad

read
282.8K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Rewind Our Time

read
161.2K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Bad Prince

read
508.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook