bc

HOT DADDY CANDUKU

book_age18+
16.7K
FOLLOW
202.5K
READ
billionaire
possessive
sex
age gap
drama
comedy
bxg
icy
suger daddy
city
like
intro-logo
Blurb

Konten 18+ Season 2 dari Perfect Hot Sugar Daddy.

"Apa? Taruhan? Taruhan cari sugar baby? Aku kaya mainan aja. Abang serius gak sih selama ini?"

"Kalo gak serius mana mungkin abang nikahin kamu, Jes."

"Gak, abang anggap aku mainan yang bisa di pake taruhan. Aku sebel sama Abang."

Jesica Diatna, gadis ini awalnya menerima kontrak karena terpaksa. Dia mau menjadi sugar baby dari Biyan Ahmad. Meskipun statusnya sebagai sugar baby, tapi Biyan menjaga dia dengan baik dan membuat Jesica nyaman.

Biyan yang sakit hati pada istri pertamanya kinis udah bisa move on berkat Jesica. Mereka berdua saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.

Apakah Jesica akan memberikan keturunan pada Biyan?

Apakah gadis ini akan marah jika tahu asal usulnya Biyan menyamar sebagai Gibran demi menjalankan aksi mencari sugar baby untuk memenangkan taruhan?

Apakah akan ada pelakor atau pebinor di kehidupan pernikahan mereka?

Lalu, apa perbedaan usia yang sangat jauh tidak akan menjadi halang rintang dalam biduk rumah tangga mereka?

Yang request ceritanya lanjut sampai season 2 harus tap love dan share di medsosnya!

Love sekebon.

chap-preview
Free preview
Biyan dan Jesica Season 2
"Aih … efek kelelahan ini." Jesica beranjak dari posisi tidurnya yang semula bersandar di da-da Biyan, sekarang bangun untuk meraih tisu. Cairan dari mulutnya membasahi d**a sang suami. Dia mengumpat untuk dirinya sendiri. Bisa-bisanya kelelahan lalu membuat pulau di da-da suaminya. Tangan Jesica bergerak mengusap da-da Biyan. "Maaf Sayang!" Jesica menggigit bibir bawahnya sambil meratapi nasib. Bagaimana jika Biyan marah atau jijik kepadanya. Sial, sungguh sial, jika bisa di sumbat mulutnya yang lancang mengeluarkan air liur sembarangan itu, sudah disumbat duluan sebelum tidur. "Ehem …." Waduh … suara Biyan yang berdehem mengejutkan Jesica yang tengah melamun. Gerakan Jesica mengelap da-da Biyan seperti gerakan di sinetron : 'Ibu tiri hanya cinta, kepada ayahku saja!' Anak tiri yang tengah mengepel lantai sambil meratapi nasib yang malang. "Lagi apa?" tanya Biyan yang berekspresi datar. Padahal Biyan sangat ingin tertawa. "O … em … ah … ini, a- a- aku lagi ngelap da-da Abang." Jesica saking canggungnya sambil garuk-garuk kelapa, eh kepala guys. "Ngelap eces ya …?" tanya Biyan sambil sedikit tersenyum. "Ih kok tahu sih?" Jesica mengerucutkan bibirnya. Jangan-jangan suaminya sudah bangun dari tadi tapi pura-pura tidur. "Abang udah ngerasain dari tetesan paling pertama Sayang. Rasanya tuh anget-anget gitu …." Biyan terkekeh menggoda Jesica. Dia memang dari tadi sudah bangun. Tidak bergerak sama sekali karena takut istrinya terbangun. "Gak usah di perjelas. Jadi merasa hina aku tuh. Abang mah …." Jesica merapatkan bibir dan memasang mata bagaikan puppy eyes dan ada sedikit genangan air mata. "Hahaha … maaf Sayang, maaf. Nyuhunkeun di hampura. Bener gak bahasa Sunda abang?" Biyan menarik Jesica ke dekapannya. Dia menepuk-nepuk pundak sang istri. "Bener. Aku yang harusnya minta maaf ke Abang. Udah menodai da-da bidang nan sexy ini dengan air liurkuhiks!" Jesica mengusap da-da Biyan. "Gak papa cintaku. Daku rela!" Suami idaman emang.  "Makasih Abang."  "Lagian itu eces efek kecapean kan? Orang abang yang bikin kamu capek." Jesica memang membuat pulau jika tubuhnya sedang kelelahan saja. "Ngapain?" tanya Jesica sambil memandang ke arah wajah Biyan. Biyan mencubit gemas hidung Jesica. Yang dia maksud adalah kegiatan sebelum tidur tadi. "Masih polos aja deh si Sayang. Itu tadi sebelum tidur, di bikin capek blem-blaem." Biyan lagi-lagi terkekeh. Istrinya ini lucu sekali jika berekspresi penuh keingintahuan. "Ih nakal!" Jesica menggelitik pinggang Biyan. "Ya emang kenyataan. Abang baik khan … baik banget dong." Biyan membanggakan diri. "Baik banget. Muah!" Jesica mengecup singkat pipi suaminya. "Baik ya. Istri minta cium peluk doang, abang kasih yang plus-plus, bikin panas-panas hareudang. Nanem benih sekalian." Biyan lagi-lagi bercanda. Jesica saat marah hanya meminta hal yang begitu simpel, dia berikan yang lebih dari sekedar pelukan dan ciuman. Sampai-sampai sang istri kelelahan. "Ih mesum." Jesica gemas. Kenapa tingkat kemesuman suaminya bertambah. Belum lagi selera humornya Biyan. Ya lebih baik dari sikap dinginnya dahulu. Jika ada formalin, lebih baik sikap baik, romantis, humoris dan menggemaskan ini di awetkan saja agar permanen. "Gemes. Mau tidur lagi gak? Itu liat baru jam berapa." Biyan menunjuk jam di dinding. Masih dini hari, masih jam enaknya tertidur pulas. "Jam tiga. Tapi aku udah gak ngantuk lagi. Gimana dong?" Jesica tidak berminat tidur lagi. "Mau bikin dedek bayik lagi?" tawar Biyan sambil tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapi. "m***m ih. Gak mau." Di ajak membuat keringat juga Jesica tidak mau. Moodnya sedang naik turun saat ini. "Terus gak ngantuk mau ngapain?" tanya Biyan yang kebingungan. Apa maunya Jesica ini. "Pulang yu ke rumah kita. Abang aku mau jajan angkringan malam juga." Jesica malu jika berlama-lama di rumah mertuanya. Masa mereka mendesah kencang di kamar tamu atau di kamar Biyan. Pasti terdengar anggota rumah yang lain. "Jam segini?" tanya Biyan seolah tidak percaya. "Iya. Aku kan gak pernah jalan-jalan malam sama jajan-jajan yang kaya gitu." Maklum Jesica sibuk mencari nafkah dan belajar, mana ada waktu untuk main dan bersenang-senang. Masa remajanya tidak seperti gadis lain yang bahagia. Saat ini dia ingin melakukan apa yang tidak pernah ia lakukan dulu. "Hayuk Sayang. Mau jajan apa? Kali aja itumah yang di pengenin adek bayi!" Biyan menyelidik jika Jesica tengah mengidam. Dia sudah se-gembira itu. "Apaan sih, bukan ngidam. Baru aja usaha bikinnya. Mana mungkin langsung jadi." Jesica mencubit gemas pinggang Biyan. "Ya bisa aja kalo lagi subur." Jesica bergeser posisi. Dia kemudian terduduk karena ingin pergi saat ini juga. "Yuk calon bumil tuan putri, mau jajan apa? Biar pangeran anter!" Biyan duduk dan mengusap puncak kepala Jesica. "Idih … lebay ih!" Jesica mencubit gemas pipi Biyan dan menciumnya bertubi-tubi. "Come on beby!" Biyan bangun dan mencari kunci mobil di atas meja. "Hei … apa-apaan itu?" Jesica memandangi Biyan. "Apa Yank?" tanya Biyan. Istrinya ini mau cepat-cepat pergi tapi tidak ikut bangun. "Pake baju dulu atuh. Masa iya mau keluar rumah gak pake baju?" Jesica menutup kedua matanya. Biyan sama sekali tidak menggunakan pakaian. Suaminya itu saking bersemangat sampai lupa dengan keadaan tubuhnya sendiri. "Abang mau di perk*sa bencong-bencong di jalanan?" Jesica terkekeh. Bukankah jam segini banyak yang aneh-aneh di jalanan ibu kota. "Ih enggak, mending sama kamu." Biyan bergidik ngeri. Dia jadi ingat momen dulu saat remaja. Di bawa ke tempat aneh oleh sahabat-sahabatnya. Ujung-ujungnya mereka semua lari terbirit-b***t karena takut dengan para bencong. "Ya pake baju dulu, Sayang." Jesica menunjuk baju Biyan yang berserakan. "Maaf abang lupa!" Biyan mengusap wajahnya. Bahaya jika keindahan ini di lihat orang lain istrinya bisa cemburu lagi. Keduanya buru-buru mengenakan pakaian. Pelan-pelan membuka pintu rumah agar tidak membangunkan orang yang masih tidur. Biyan mengabulkan keinginan Jesica untuk pulang. "Yang ngidam mau apa?" tanya Biyan. Satu tangannya mengusap puncak kepala Jesica. Satu tangan lagi mengendalikan kemudi mobil. "Ih Abang. Aku gak ngidam." Jesica merasa dirinya belum hamil. Pernikahannya saja baru beberapa hari. "Aamiinin aja sih Sayang. Udah pengen ada baby. Lucu kayanya. Kalo cewek cantik kaya Mamanya." Biyan mengusap perut Jesica. Dia menginginkan sosok seorang anak. Mengingat Reginald bukan anak kandungnya sendiri, Biyan tidak tahu rasanya punya anak hasil darah dagingnya sendiri. "Pengen banget ya?" Jesica bersandar di pundak sang suami. "Iya!" Biyan berharap Jesica hamil dalam waktu dekat. "Untung aku gak pengen di KB dulu." Jesica sempat berpikir bahwa dia berkuliah dulu, setelah itu baru memikirkan hadirnya anak. Tapi dia sendiri menyukai anak kecil, ide itu urung ia lakukan. "Jangan. Umur berapa nanti abang kalo anak kita kuliah. Ketuaan nanti." Bayangkan saja jika Jesica misalkan melahirkan di usia Biyan tiga puluh sembilan atau empat puluh tahun. Anak Biyan saat berkuliah, dia sudah jadi kakek-kakek. Jika lebih dari usia itu bagaimana? Jika berumur tidak panjang bagaimana? Anak kuliah, Daddy-nya sudah tidak ada. "Gak kok. Hayu kita usaha bareng-bareng." Jesica mencium tangan Biyan. "Makasih. Muah!" Biyan mencium puncak kepala Jesica. "Abang mau pecel lele!" Jesica tiba-tiba ingin makan berat. "Yakin? Mau makan yang berat-berat jam segini?" "Laper tau. Energiku kau kuras habis tadi, meski one ronde!" Jesica melempar tatapan tajam. Meski mereka melakukan satu ronde, hak itu sungguh melelahkan, menguras tenaga dan membuat tenggorokan kering, badan juga ikut nyeri semua. "Hahaha … iya, maaf ya. Abisnya kamu enak!" Biyan gembira melihat istrinya merajuks seperti ini. "Emangnya makanan. Ayo cari tukang pecel lele." "Siap tuan putri."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook