bc

Polisi Penggoda (INDONESIA)

book_age18+
6.4K
FOLLOW
37.9K
READ
revenge
family
fated
badboy
police
twisted
sweet
humorous
friendship
victim
like
intro-logo
Blurb

Bertemu polisi tampan di pagi yang cerah, merupakan sebuah anugerah bagi semua wanita. Tapi tidak bagi Ratna. Pertemuan itu membuat harinya kacau hingga ia merasa seperti di neraka. Bahkan belum cukup dengan menghancurkan hari baiknya, polisi tampan itu terus menerus mengganggu Ratna.

Kehidupan Ratna yang tenang dan damai berubah seketika. Polisi itu terus menyirami hari Ratna dengan tingkah konyol yang sangat mengganggu. Hingga tanpa sadar Ratna mulai jatuh ke dalam pesona polisi penggoda itu.

Namun semua berubah ketika bayang-bayang masa lalu menghantui Ratna. Terus mengusiknya hingga tragedi yang sama kembali terulang.

Bagian dari Trilogy of Night Club

1. Kekasih Akhir Pekan

2. Polisi Penggoda

3. The Guy and Little Girl

---------------------

Post Dreame : Rabu (12.05), 12 Mei 2021

Status : On Going

Copyright © 2021 by Aya Emily

chap-preview
Free preview
Satu
Rabu (12.57), 12 Mei 2021 -------------------- Ratna mulai mengurangi laju motor maticnya ketika mendekati lampu merah. Sesekali ia melirik jam tangan sambil menghitung dalam hati. Kalau ia mengendarai motornya dengan kecepatan normal tanpa halangan, dia masih memiliki waktu lima menit di kantor sebelum rapat dimulai. “Selamat pagi, nona.” Ratna tersentak kaget ketika mendadak seorang polisi sudah berdiri di sampingnya di tepi jalan yang masih menunggu lampu merah berubah hijau. Ratna bingung sambil menatap kanan kiri untuk memastikan polisi itu benar berbicara padanya. “Iya anda, nona.” Polisi dengan wajah bule yang lumayan tampan itu menegaskan. “Tolong menepi kesini.” Polisi itu memberi isyarat dengan tangannya. Jantung Ratna mulai berdetak kencang karena panik. Dia masih melirik kanan kiri sambil mengendarai motornya menuju tempat yang ditunjuk polisi itu. Apa sedang ada operasi polisi? Tapi tidak ada kendaraan lain yang disuruh menepi selain dirinya hingga membuat beberapa orang menatapnya penasaran. Ratna menelan ludah dengan panik. Sejak hari minggu kemarin Ratna membantu pengurus panti Kurnia tempatnya dibesarkan. Sebagian besar anak disana terserang demam berdarah. Mereka semua sibuk untuk membawa anak-anak itu ke rumah sakit dan memastikan anak-anak yang lain tidak tertular. Itu sebabnya Ratna berangkat terburu-buru hingga melupakan dompetnya, tempat KTP, SIM dan surat-surat kendaraan berada. Ratna baru menyadarinya ketika sudah setengah jalan dan tidak ada waktu lagi untuk kembali. Rapatnya hari ini jauh lebih penting. Begitu sampai di dekat polisi itu, Ratna segera mematikan mesin motor lalu menatap si polisi dengan tampang memelas. “Salah saya apa ya, pak? Saya merasa sudah mematuhi semua peraturan lalu lintas.” Polisi itu menatap Ratna dengan wajah datar. “Anda mengemudi di atas batas normal, nona. Perbuatan semacam itu bukan hanya akan merugikan diri anda sendiri melainkan juga pengemudi lain.” Dahi Ratna sedikit mengernyit. Dia memang sedikit mengebut tadi. Tapi itu dilakukannya di daerah yang ia tahu tidak dijaga polisi dan cukup jauh dari sini. Lagipula setiap hari Ratna selalu melakukannya. Bahkan orang lain ada yang mengemudi lebih cepat darinya. “Benarkah, pak? Saya merasa sudah mengemudi dalam batas normal.” Ratna berusaha berkilah. Polisi itu mengeluarkan buku kecil dari sakunya membuat Ratna semakin panik. “Yah, anda mengemudi dalam batas normal hanya di daerah sini, kan? Karena anda tahu ada polisi yang menjaga disini.” Gumam polisi itu seperti membaca pikiran Ratna. “Tolong keluarkan surat-surat anda.” Jantung Ratna bergemuruh di dadanya. “Eh, anu, pak. Tadi, saya terburu-buru. Jadi dompet saya yang berisi surat-surat tertinggal.” Polisi itu menatap Ratna sambil mengangkat sebelah alis. “Kalau begitu terpaksa anda harus menemani saya karena saya akan menahan kendaraan anda.” Ratna kembali menelan ludah dengan susah payah. “Saya mohon, pak. Saya sudah terlambat ikut rapat di kantor. Lain kali saya tidak akan mengulanginya.” Polisi itu memukul-mukulkan buku kecilnya ke telapak tangan. Dia terlihat sedang mempertimbangkan permohonan Ratna. “Baiklah. Sebagai gantinya berikan saya nomor kontak beserta nama anda.” Wajah Ratna memucat. Oh, tidak! Apakah dirinya akan terkena masalah serius? “Untuk apa?” “Kalau anda keberatan, bukan hal yang sulit untuk menulis sebuah surat tilang.” Dengan panik Ratna segera mengucapkan serangkaian nomor ponselnya dan menyebutkan nama. Polisi itu segera mencatat langsung di smartphonenya. Beberapa saat kemudian smartphone Ratna berbunyi menandakan panggilan masuk. Ratna segera mengeceknya lalu menatap polisi itu bingung. Dia tahu nomor baru yang kini tertera di layar ponselnya milik polisi itu. “Itu nomorku. Tolong simpan dengan nama Freddy Keegan. Nanti malam aku akan menghubungimu, Ratna.” Mendadak wajah datar polisi itu digantikan dengan seringai lebar. Sebelah matanya mengedip ke arah Ratna dengan wajah jahil. Ratna masih melongo menatap polisi itu yang mulai mundur sambil melambaikan tangan. “Aaaahhh!” refleks Ratna berteriak kesal. Tak disangka beberapa polisi lain yang sedang bergerombol mulai terbahak. Polisi bule itu masih menyeringai sambil menghampiri kawanannya. Teman-temannya menepuk bahu polisi bule itu sambil melirik ke arah Ratna. Mereka masih tertawa seolah berbagi lelucon yang pasti berhubungan dengan wanita itu. Ratna menahan diri agar tidak mengamuk saat itu juga. Polisi-polisi sinting itu pasti semakin senang kalau Ratna melakukannya. Wanita itu segera menyalakan mesin lalu memacu motornya dengan kesal. *** “Kamu sungguh membuat saya malu, Ratna! Kita kedatangan orang paling penting yang sangat menjunjung tinggi ketepatan waktu. Tapi dalam sekejap kamu berhasil membuat nama baik perusahaan kita menjadi buruk di mata mereka.” Ratna hanya bisa tertunduk menerima omelan atasannya. Dalam hati berkali-kali Ratna memaki polisi-bule-jelek-tukang-goda itu. Nyaris satu jam lamanya si bos menyemburkan amarahnya kepada Ratna. Dia sama sekali tidak bisa membela diri. Kalaupun bisa, apa yang harus Ratna katakan? Bahwa seorang polisi playboy menggodanya dalam perjalanan? Pasti atasannya langsung memecat Ratna jika memberi alasan itu. Ratna menghembuskan nafas lega ketika bosnya menarik nafas panjang dengan lelah. Dia sungguh tidak sanggup lagi mendengar ocehan si bos. Telinga Ratna sudah memerah karena panas. Mendadak si bos melemparkan tumpukan dokumen ke atas meja dengan suara berdebum hingga membuat Ratna terperanjat. “Aku mau berkas-berkas ini sudah kembali ke sini besok jam sembilan pagi.” Ratna ternganga menatap tumpukan dokumen itu. Bagaimana dia bisa menyelesaikan dokumen sebanyak itu dalam waktu sehari? Ratna hendak membuka mulut untuk protes tapi atasannya mendahului. “Kalau aku belum melihat berkas-berkas ini disini besok jam sembilan pagi, aku tidak akan segan-segan untuk mencopot jabatanmu sebagai kepala bagian administrasi.” Ratna hanya bisa mengangguk sambil meraih tumpukan dokumen itu. “Kalau begitu saya permisi, pak.” Sahut Ratna segera keluar dari ruangan pak Tio, atasannya. Ratna berjalan lesu menuju ruangannya. Mendadak seseorang menabraknya membuat seluruh dokumen itu berceceran. Dengan panik Ratna langsung bersimpuh memunguti kertas-kertas itu. “Kau itu sungguh tidak tahu malu. Sudah sukses mengacaukan rapat hari ini sekarang kau malah menghambur-hamburkan dokumen penting.” Ratna menarik nafas panjang sejenak lalu menghembuskannya lagi untuk menenangkan diri lalu melanjutkan kegiatannya. Tanpa melihat Ratna sudah tahu siapa yang berbicara dari nada sombongnya. Dia itu Mina, sekretaris sekaligus selingkuhan pak Tio. Ratna sedang tidak ingin menambah masalah karena lidah Mina seperti lidah ular. Bisa-bisa Ratna hilang kesabaran jika meladeni wanita itu dan membuat Mina memiliki alasan untuk mengadu macam-macam pada pak Tio. “Kamu itu yang gak tau malu, dasar p***k!” seseorang menyikut lengan Mina membuat wanita itu meringis. Mina menoleh dan siap melabrak orang itu namun dia mengurungkan niat. Ternyata Devi. Wanita itu adalah tetangga pak Tio. Dia cukup mengenal istri pak Tio meski tidak akrab. Devi pernah membuat Mina dan pak Tio terkena masalah besar karena nyaris membongkar perselingkuhan mereka. Pak Tio tidak bisa memanfaatkan kekuasaannya untuk membalas Devi karena jabatan mereka setara. Sejak itu Mina selalu berusaha menghindari Devi. Dengan kesal Mina meninggalkan mereka berdua lalu masuk ke ruangan pak Tio. Devi segera berlutut untuk membantu Ratna. “Kenapa kau sampai terlambat begitu padahal kau juga tahu ini rapat penting?” “Please, Devi. Jangan ingatkan aku lagi. Pak Tio sudah memarahiku habis-habisan.” Devi mendesah. “Aku tidak bermaksud menghakimimu. Aku peduli padamu. Keberhasilan rapat ini juga menjadi keberhasilanmu karena kau yang dipercayai untuk menjadi penyaji presentasinya. Sekarang aku hanya ingin tahu alasan keterlambatanmu. Tidak mungkin karena kau membantu pengurus panti Kurnia. Kau sendiri yang bilang hal itu tidak akan membuatmu terlambat.” “Aku sudah memperkirakan waktunya, Devi. Aku pasti datang tepat waktu kalau bukan karena polisi gila yang menggangguku di jalan.” “Dimana ada polisi gila?” tanya Devi bingung. Ratna bangkit sambil menerima dokumen dari uluran tangan Devi. “Aku tidak ingin membahas polisi gila itu. Tapi yang jelas kalau aku sampai melihatnya lagi, akan kutabrak dia dengan motorku.” ------------------ ♥ Aya Emily ♥

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook