bc

My Sugar Boy

book_age12+
817
FOLLOW
4.1K
READ
friends to lovers
badboy
goodgirl
twisted
like
intro-logo
Blurb

Kehilangan seseorang yang pernah ada sebagai bagian dari hidupnya merupakan pukulan terbesar bagi Emily. Sejak kematian adiknya--Elizabeth, Emily bukan lagi Emily yang sama seperti dulu.

Keadaan sudah berubah, dan Emily terus menerus di kejar rasa bersalah berkat perlakuannya pada Elizabeth di masa lalu.

Lalu, karena suatu kejadian konyol, Emily mulai mengenal Jesse Green Arthur---lelaki ketus yang katanya tidak mau jatuh cinta dengan siapapun.

chap-preview
Free preview
1
JAKARTA, 2015.   "Kakak! Aku tadi lihat kakak jalan dengan seorang lelaki! Siapa dia, kak?" Gadis berbola mata hijau dengan rambut kepang kuda tengah tersenyum ke arah Emily. Alih-alih menjawab, Emily malah diam saja, enggan menanggapi. Dirinya sudah lelah dengan tingkah laku adiknya yang menurutnya sudah kelewat batas. "Kenapa kakak diam saja? Kakak gak jadi sama kakak Erick kemarin? Kok yang ini berbeda? Kakak gak mau kenalin aku sama dia?" "Hm." Emily menjawab acuh tak acuh. Ia tidak berminat untuk bertengkar dengan adiknya, karena pada akhirnya selalu Emily yang salah. Ya, orang tuanya selalu begitu. Mengkambinghitamkan Emily tanpa tahu akar permasalahan terlebih dahulu. "Kak?" panggil gadis itu lagi. "Itu pacar kakak ya? Sudah jadian sama dia? Tapi menurutku, dia bukan lelaki yang baik." "Hm." Lagi-lagi Emily menjawab seperlunya, meski sebenarnya emosinya sudah terpancing. "Jadi benar kakak jadian dengannya? Kenapa? Kakak sebaiknya tak berpacaran dengannya. Kakak tahu aku tidak suka lelaki seperti dia." "Cukup." Emily menatap adiknya kesal. "Urusi saja masalahmu sendiri, Elizabeth. Aku tak butuh saranmu." "Tapi kak ... aku tak suka dengannya, apa kakak akan tetap dekat dengan lelaki itu walaupun aku ti--" "Urusi masalahmu sendiri!" pekik Emily frustrasi. "Aku sudah muak, El! Urusi saja hidupmu dan tubuhmu yang sering sakit-sakitan itu, jangan ganggu hidupku!" Emily berdiri dan meninggalkan Elizabeth yang terdiam dan berkaca-kaca sendirian di ruang tamu. Dia tidak peduli kalau dimarahi lagi untuk kesekian kalinya. Emily muak dengan tingkah laku adiknya. Sangat muak. Namun, Emily sama sekali tak tahu bahwa saat itu adalah pembicaraan terakhirnya ... dengan Elizabeth.   ***   EMILY memegangi jantungnya yang masih berdebar dengan kencang. Mimpi itu terulang lagi. Bunga tidur yang sama, yang terus membuatnya merasa bersalah. Kejadian itu memang sudah berlalu hampir tiga tahun yang lalu. Tapi Emily sadar betul kalau penyesalannya tak pernah terkikis sedikit pun, bahkan sejak Elizabeth pergi meninggalkannya. Kejadian itu mengubah Emily sepenuhnya. Dia bukan lagi Emily yang play girl dan suka bergonta-ganti pacar. Dia bukan lagi Emily yang suka melawan guru dan membolos sekolah. Dia bukan lagi Emily yang ceria dan suka tertawa bersama sahabatnya. Ya, Emily yang dulu sudah mati. Segala kebahagiaannya sudah terampas, bersamaan dengan kematian tragis Elizabeth. Dan sekarang yang tersisa hanyalah .... Emily yang rapuh. *** JAKARTA 2017. SEORANG lelaki berbola mata cokelat tengah menikmati dentuman musik dengan tubuhnya yang sedikit digoyangkan, mengikuti irama. Terlalu keras, hingga teman sebangkunya bahkan bisa mendengar dengan jelas lirik yang diucapkan sang penyanyi, tanpa harus memakai earphone. "Jess, Bu Yanti dateng," panggil Mikael, teman sebangku Jesse dengan suara besar. Namun Jesse sama sekali tidak mendengar. Yang ada dia malah semakin tenggelem dalam dunia sendiri, membuat Mikael menarik napas berat. Karena yang dipanggil tidak menyahut, Mikael terpaksa menarik earphone yang menyumpal telinga Jesse, hingga terlepas dari tempatnya. "Ck. Apaan?" ketus Jesse kesal karena kegiatannya diganggu. Mikael memutar bola matanya malas sembari menunjuk Bu Yanti yang baru saja memasuki kelas, “Itu, si mak lampir datang." Setelah mengetahui alasan Mikael menganggu kegiatannya, Jesse hanya bisa menghela napas dan menyimpan ponselnya. “Lo buat PR?” tanya Jesse tanpa menoleh. Mikael menggeleng sembari menyengir lebar. Wajahnya tampak mirip dengan kuda, “Gue gak buat, males. Lo?" Jesse ikut menggeleng, “Ya kali gue buat, ngerti matematika aja enggak," sunggut Jesse sembari menghela napas. Lagi. Matematika dan kawan-kawannya selalu berhasil membuat Jesse stres. Dia benci belajar. Dan sejujurnya Jesse lebih suka mencari masalah dibandingkan dengan berkutat bersama angka-angka itu. Perbincangan antara Mikael dan Jesse terpaksa berhenti sampai di sana, ketika mereka mendapati bahwa Bu Yanti tengah menatapi mereka semua dengan pandangan menusuk. Nenek lampir itu sedang memastikan semua muridnya memakai atribut lengkap. Hal yang menyebalkan bagi Jesse karena jika sampai tertangkap maka … ia harus olahraga di hari yang terik seperti ini. "Tyler, ke mana dasi kamu?" Jesse agak terkejut ketika Bu Yanti memanggil nama sahabatnya yang lain. Tyler. Laki-laki itu memang suka membangkang, sama seperti Jesse. Bedanya dia sangat terang-terangan. “Hilang.” Tyler menaikkan alisnya, terlihat meremehkan. “Lagian apa salahnya sih ga pake dasi? Emangnya ganggu proses belajar mengajar? Enggak kan?” Sangat kurang ajar. Sikapnya memang betul-betul kasar terhadap guru. Namun meskipun begitu, Tyler masih punya banyak penggemar karena wajahnya yang tampan. Wajah Bu Yanti memerah sesaat setelah mendengarkan ucapan Tyler. Napas guru tua itu memburu, bahkan ia nyaris melayangkan tamparannya jika saja ia tidak menahan diri. “Keluar dan lari keliling lapangan sampai pelajaran saya selesai!” perintahnya marah. “Keluar? Oke.” Seolah tak terjadi apa-apa, Tyler keluar dari kelas. Menyisakan aura buruk karena emosi Bu Yanti yang terasa pekat. Bu Yanti menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menetralkan emosi. Ini bukan pertama kalinya dia berurusan dengan murid nakal, tapi entah bagaimana amarahnya masih sering terpancing. Dan ngomong-ngomong soal anak nakal, ia jadi mengingat dua lagi komplotan Tyler yang sering membuat ulah. "Jesse, kamu pakai ikat pinggang?" Pertanyaan itu membuat Jesse tersentak. Ah, s**l! Padahal dia sudah diam-diam dan tidak membuat ulah. Tapi karena Tyler tertangkap, dia jadi kena batunya. s**t! Melihat wajah Jesse yang seketika gugup membuat Bu Yanti curiga. Wanita tua itu berjalan ke belakang, untuk memastikan kecurigaannya. Tapi karena tak melihat ke bawah, Bu Yanti tidak tahu kalau ada kaki yang sedang selonjoran dan …. BUK! Wanita tua itu jatuh dengan posisi mengenaskan, yakni kepala terlebih dahulu mencium lantai. Alih-alih menolong gurunya yang terluka, satu kelas XI MIPA 2 malah terbahak-bahak, seolah Bu Yanti baru saja memainkan drama komedi di depan mereka. Kurang ajar. Bu Yanti berdiri dengan wajah yang memerah karena menahan sakit sekaligus malu. Dia marah, terlebih dengan murid yang berani membuatnya terjatuh. “Siapa yang menyandung kaki Ibu tadi?!” tanyanya dengan nada marah. Wanita tua itu berbalik, menemukan kalau ada seorang siswi sedang melamun dengan kaki yang berselonjor ke luar. Jika diperhatikan dengan lebih seksama, sebenarnya Bu Yanti terjatuh karena kesalahannya sendiri, tidak melihat jalan dengan baik. Tapi karena sudah kepalang malu, dia malah menyalahkan siswi yang tak berdosa itu dan menghukumnya. "Kamu!" pekik Bu Yanti sembari menjewer telinga si empunya kaki tadi, membuat gadis itu meringis sekaligus terkejut. "Saya hukum kamu lari lapangan 15 kali!" "S-saya, Bu?" ulang gadis itu layaknya beo. Dia bingung karena tiba-tiba guruya bersikap demikian. Bu Yanti mengangguk, “Tentu saja kamu! Tunggu apa lagi? Lari sekarang!" Dengan bingung, gadis itu berdiri dan berlari ke arah lapangan. Sedangkan Jesse menghela napas lega, merasa berhutang budi karena gadis tadi baru saja menyelamatkan hidupnya. Baiklah itu berlebihan. "Jesse Green Arthur," panggil Bu Yanti sembari mendekati Jesse, membuat lelaki berdarah Amerika-Indonesia itu terkejut. Sial dia pikir Bu Yanti akan melupakan dirinya. Tapi ternyata tidak! "Kamu juga lari 15 keliling!" teriak Bu Yanti sembari menaikan baju Jesse ke atas, dan menemukan kalau muridnya itu memang tak memakai ikat pinggang. Jesse menghela napasnya pelan sembari berdiri. s**l, mungkin dia harus membasahi tubuhnya dengan keringat, siang ini. *** EMILY berjalan pelan sembari menatap ke depan dengan pandangan kosong. Mimpi buruk itu terus berputar, membuat Emily susah fokus pada dunianya yang nyata. Well, Emily sebenarnya tak mengerti kenapa dia harus dihukum di saat ia tidak melakukan kesalahan. Tapi karena udara di kelas terlalu pengap, Emily memutuskan untuk mencari angin segar di luar. "Dihukum?" Suara berat yang muncul tiba-tiba itu membuat Emily terlonjak. Dengan waspada, gadis bernetra hijau itu mundur satu langkah. "Siapa?" tanya Emily. Matanya memicing sembari menatapi lelaki itu lekat. Daripada menjawab, laki-laki di depannya malah terbahak. Merasa tertarik karena Emily tidak kenal padanya, bahkan ketika ia terkenal di sekolahan. "Tyler Alexanderion, dan lo?" tanya lelaki bernama Tyler sembari mengulurkan tangannya pada Emily. Emily melirik Tyler dari atas ke bawah dengan pandangan datar, lalu mengangguk pelan. "Emily," balas Emily tanpa menghiraukan uluran tangan Tyler. Tyler menarik tangannya sembari tersenyum, manis sebenarnya tapi sama sekali tidak berpengaruh pada Emily, “Emily Heather, right?" Emily menaikan alisnya sebelah sembari menatap Tyler aneh, “Lo tahu? Terus ngapain nanya?” "Biar bisa ngorbol sama lo," ucap Tyler sembari memasang senyuman termanisnya. “Lo dihukum setelah gue?” "Hah? Emang kita sekelas?" potong Emily dengan raut wajahnya yang bingung. Dia melongo, merasa tak pernah melihat Tyler sebelumnya. Tyler tampak terkejut dan terdiam di tempatnya sejenak. Lelaki itu butuh waktu lama untuk mencerna ucapan Emily sampai akhirnya dia tertawa terbahak-bahak. "Lo, gak tahu?" Emily mengangguk, “Gue bahkan baru tahu lo ada di bumi ini." "Wow," jawab Tyler tertarik. "Kalo gitu, will you be my girlfriend, Heather?" Pertanyaan aneh yang Tyler layangkan suskes membuat Emily mengernyit bingung. Jika untuk wanita lain hal ini adalah mukjizat yang ditunggu-tunggu, maka bagi Emily pernyataan cinta abal-abal Tyler barusan adalah mimpi buruk.  “Gak,” ucap Emily dengan nada tak suka, sebelum kemudian ia cepat-cepat berjalan. Memutuskan untuk melarikan diri dari Tyler. Tyler tidak menahan Emily. Yang ada laki-laki itu malah memandangi si gadis, sampai bayangannya hilang ditelan jarak. "Lo bakal jadi milik gue nanti, Emily Heather." ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook