bc

Conquer My Emperor

book_age18+
429
FOLLOW
3.9K
READ
arranged marriage
powerful
independent
brave
queen
drama
sweet
bxg
mystery
victorian
like
intro-logo
Blurb

Ilona Montgomery harus membuat pilihan, menerima lamaran dari seseorang yang terkenal dingin dan kejam atau harus merelakan keluarganya hidup dalam kesengsaraan.

Sejak kapan menerima lamaran dari seorang kaisar merupakan sebuah bencana? Tentu saja jika Kaisar Rhys Logan yang melakukannya.

-

-

cover : yk_desain

chap-preview
Free preview
1. Tamu Tak Diundang
Ayah baru saja memberitahu jika hari ini dia akan ke desa Oregan, salah satu desa kecil di sebelah timur Northfourt saat tiba-tiba saja di kepalaku terlintas satu hal. "Ayah harus membawaku juga!" seruku bersemangat dan mengabaikan wajah Ibu yang terlihat terkejut. "Buat apa kau ikut, Ilona?" tanya Ibu sambil menghidangkan sepiring pancake dengan lumuran madu pada Ayah. "Benar kata Ibumu, buat apa kau ikut?" tanya Ayah seperti setuju dengan apa yang diucapkan oleh Ibu. "Banyak yang ingin kutemukan di sana, Ayah. Aku dengar desa Oregan terkenal dengan pengrajin logam yang bagus," sahutku bersemangat. "Logam? Buat apa kau mencari pengrajin logam?" tanya Ibu dengan kening berkerut. "Aku ingin membuat pedang dengan gagang yang terukir namaku," jawabku dan lagi-lagi membuat keningnya semakin berkerut. "Kau adalah seorang wanita, Ilona. Seharusnya di usiamu ini kau sudah bisa menjahit, memasak, bahkan menyulam," komentar Ibu. "Semua hal yang ibu sebutkan tadi sama sekali tidak membuatku tertarik," ujarku. "Sudahlah, Ayah saja yang akan bertemu dengan pengrajin di desa Oregan itu. Kau bisa menyebutkan keinginanmu, asal kau tetap tinggal di rumah." Ayah seperti tidak mau aku dan Ibu berdebat panjang. "Sungguh, Ayah?" tanyaku dengan berseri. "Tuangkan Ayah segelas teh hangat, setelah itu panggil kedua kakakmu karena Ayah sudah segera berangkat," pinta Ayah dan dengan cepat aku bergegas menuangkan teh hangat untuknya. Gustav dan Leon, dua orang kakak lelakiku baru saja menuruni tangga saat aku akan menuju kamar mereka. Ayah memang tidak mempercayaiku untuk menangani usahanya, dia hanya percaya pada Gustav dan Leon. Padahal jika Ayah meminta, aku bisa diandalkan untuk melakukan apa pun. "Kenapa kau terlihat tergesa?" tanya Gustav padaku. "Ayah memanggil kau dan Leon, dia akan segera berangkat," kataku. "Apa kereta kudanya telah siap?" Gustav menoleh pada Leon. "Aku akan memeriksanya," ujar Leon. "Katakan pada Ayah jika kami berdua sudah menunggunya di kereta," kata Gustav dan dia pun segera menyusul Leon. "Oya, apa kau ingin kami membawakan sesuatu saat pulang nanti?" Gustav menghentikan langkahnya dan menatapku. "Tidak perlu, Ayah telah berjanji akan membuatkanku sebilah pedang seperti yang aku inginkan," ujarku sambil tersenyum lebar. "Kau harus berterima kasih pada kedua kakakmu ini karena berkat mereka, Ayah akhirnya berkenan pergi ke desa Oregan," kata Gustav dengan nada bangga. "Terima kasih kakakku. Setelah kalian pulang nanti aku akan menghidangkan segelas air hangat buat kalian," ejekku sambil segera berlalu dari hadapannya. Gustav adalah kakak tertuaku. Usia kami berjarak sangat dekat. Gustav dan Leon beda satu tahun, sedangkan aku dan Leon juga berjarak setahun lebih. Kurasa saat itu Ayah dan Ibu sedang dalam masa awal pernikahan mereka yang dengan hasrat yang meledak-ledak dan tidak bisa meredam kelahiran anak-anak mereka. Gawat! Aku segera menutup mulutku. Ibu akan mencubit perutku jika tahu aku mengatakan hal yang seperti itu. "Gustav dan Leon sudah menunggu Ayah di kereta," kataku membawa kabar untuk Ayah. "Bagus," ucap Ayah sambil memasukkan ke dalam mulut potongan pancake terakhirnya. "Berhati-hatilah," pesan Ibu sebelum Ayah berangkat. Mereka berdua kemudian saling berpelukan dengan mesra dan mengabaikan anak mereka yang hanya bisa terdiam. "Jangan lupa pesananku, Ayah." Ayah kemudian memelukku singkat dan langsung melepaskan pelukannya saat suaraku terdengar di telinganya. "Tenang saja, Ayah tidak akan melupakannya," sahutnya. "Ayahmu pasti sangat senang jika satu kali saja kamu memintanya untuk membelikan gaun pesta," timpal Ibu. Aku mengerling ke arah Ibu sesaat setelah perkataannya. "Apa kau lupa jika minggu depan akan ada pesta minum teh bersama gadis-gadis bangsawan yang lain?" tanya Ibu padaku. Tentu saja setelah Ayah tak terlihat lagi oleh mata kami. Ayah paling tidak suka jika aku dan Ibu berdebat. "Aku tidak suka pesta, Ibu," kataku lirih. Aku benar-benar tidak suka pesta. Berada di suasana yang penuh dengan kepalsuan membuatku merasa tidak nyaman. Aku lebih memilih berburu di hutan daripada mengikuti pesta minum teh seperti yang Ibu sebutkan tadi. "Tapi kau sudah keterlaluan, Ilona. Kau tidak pernah mengikuti acara-acara para bangsawan. Kau juga tidak memiliki teman wanita seusiamu," balas Ibu sambil menatapku tajam. "Kau bisa mengajak Gustav atau Leon saat pesta minggu depan. Mereka pasti mau menemanimu," tawar Ibu lagi. Aku mengangkat wajahku dan menatap wajahnya yang terlihat sedih. Sesaat aku terdiam sambil menghela napas panjang. "Baiklah," sahutku akhirnya. Kali ini kulakukan bukan karena keinginanku, tapi karena aku tidak tega melihat Ibu yang pasti akan sedih jika aku menolak permintaannya lagi. "Ibu akan memilihkan pakaian terbaik untukmu." Masih terdengar suara Ibu saat aku beranjak menuju kamarku. Mau bagaimana lagi, di mata Ibu, aku adalah gadis kesayangannya. Aku menatap jam besar di sudut tangga. Masih beberapa jam lagi sampai Ayah akan sampai di desa Oregan. Ayah baru saja memulai usaha peternakan dombanya dan akan mengambil bibit domba unggul di desa Oregan. Setelah beberapa kali gagal di usaha yang ditekuninya, baru kali ini aku melihat Ayah begitu bersemangat. Peternakan domba Ayah terletak di pinggir kota dan dijaga oleh beberapa orang bekerja. Beberapa hari sekali Ayah dan kedua kakakku akan datang ke peternakan tersebut untuk memantau apa saja yang perlu mereka lakukan. Domba sangat berperan penting di kehidupan penduduk Northfourt. Bulunya bisa dipintal dan dijadikan benang, dagingnya bisa dikonsumsi serta kulitnya bisa dijadikan kerajinan. Hampir sebagian penduduk Northfourt mengkonsumsi daging domba setiap harinya. Setelah gagal di usaha perdagangan madunya, Gustav kemudian mengusulkan pada Ayah untuk mencoba usaha peternakan domba dan kebetulan Ayah masih memiliki tanah warisan yang lumayan luas di pinggir kota Northfourt. Bisa dikatakan, kami bisa bertahan hidup selama ini karena harta warisan dari kakek. Itulah yang bisa menyelamatkan kami walaupun berkali-kali Ayah gagal menjalankan usahanya. Bisa dikatakan Ayah adalah orang yang sangat beruntung. *** Aku sedang bermimpi menunggang kuda putih yang begitu gagah, menembus hutan belantara dan menarik panahku dan mengarahkannya pada buruanku. "Ilona!" Tidak mungkin Ibu bisa masuk ke mimpiku. Dia pasti hanya bisa memarahiku jika tahu apa yang sedang aku mimpikan. "Bangun, Ilona." Kali ini suara Ibu terdengar lebih keras, bahkan tubuhku terasa berguncang pelan. "Ada apa, Ibu? Rasanya aku baru saja tidur," sahutku malas. "Lihatlah di depan saja, ada rombongan kereta kuda. Sepertinya orang-orang dari kerajaan," ujarnya dengan nada panik. "Aku merasa tidak memiliki teman yang berasal dari kerjaan, Ibu," kataku jujur. Jangankan teman dari kalangan kerajaan, teman dari kalangan para bangsawan saja, aku tidak memilikinya. "Tapi mereka mencarimu, Ilona," sahut Ibu dan kontan membuat mataku terbuka lebar. "Tidak mungkin, Ibu," desisku tidak percaya. "Apa kau ada melakukan kesalahan?" tebak Ibu. Jika mencuri buah stroberi dari kebun milik kerajaan adalah kesalahan, apa mungkin mereka akan menjemputku dengan kereta mewah seperti yang Ibu katakan? "Ti...tidak ada, Ibu," sahutku berdebar. Tidak mungkin aku dihukum hanya karena mencuri buah stroberi. "Segera temui utusan dari kerajaan itu. Ibu sudah tidak bisa berpikir dengan benar," ujarnya dengan nada panik. Aku segera bangkit dari tidur dan bergegas menuju ruang utama. "Ilona! Kau tidak mungkin berpakaian seperti ini untuk menemui utusan dari kerajaan, bukan?" tanyanya. Seketika aku terdiam dan menatap pantulan tubuhku di cermin. Rasanya baik-baik saja. "Ganti pakaian tidurmu dengan pakaian yang lebih layak," kata Ibu mirip sebuah perintah. Aku mengangguk dan dengan cepat mengganti pakaianku. Demi apa pun itu, kenapa utusan dari kerajaan itu mencariku? Keluarga kami adalah keluarga bangsawan kelas rendah dan menurut akal sehatku, sangat tidak mungkin namaku akan menjadi perhatian kerajaan. Apalagi aku tidak memiliki satu keahlian apa pun yang bisa dibanggakan. Mereka tidak mungkin memintaku menjadi salah seorang penasihat kerajaan, bukan? (*)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
120.7K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.9K
bc

Romantic Ghost

read
161.9K
bc

Time Travel Wedding

read
5.1K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.6K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
2.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook