bc

Anaya

book_age16+
1.0K
FOLLOW
5.0K
READ
tomboy
student
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
campus
city
first love
like
intro-logo
Blurb

Lelaki idamanku adalah sosok berumur dan berkarisma yang tentu saja dengan kekayaannya bisa menghidupi aku dan anak-anak kami kelak. Tentu saja lelaki berstatus lajang, bukan suami orang.

Tapi semuanya berubah sejak bocah ingusan itu datang, menjungkirbalikan hidupku yang awalnya begitu tenang. Mengejar-ngejarku dengan caranya yang tidak masuk akal.

Kenapa dia yang harus mencuri ciuman pertamaku?

-

-

cover : yk_desain

chap-preview
Free preview
1. Namaku Anaya
Entah apa yang ada dipikiran Ayah dan Bunda saat memilih nama Anaya Cantika untuk putri bungsu mereka ini. Aku jauh dari kata cantik, penampilanku malah mirip laki-laki. Tingkah lakuku juga tidak ada feminin sama sekali. Mungkin nama Cantika diselipkan Bunda sebagai doa agar aku bisa cantik seperti wanita pada umumnya. Kata Rana sepupuku, aku sudah seperti preman kampung. Suka berantem dan tidak ada manis­manisnya sama sekali. Tidak apa-apa, aku lebih suka orang menilai aku seperti itu. Daripada aku harus ikut-ikutan Rana yang hobi banget menangis. Diselingkuhi nangis, dikerjain gebetannya nangis, diajak nikah juga nangis. Ah, seluruh badanku bisa gatal-gatal jika suatu hari nanti aku bersikap manis selayaknya wanita. Aku juga lebih suka dipanggil Aya, daripada Anaya. Terlalu panjang dan bisa membuat lidah terkilir. Heran, Ayah memberiku dengan nama yang sukar sekali disebut dengan satu helaan napas. Saat ini aku sedang kuliah, menempuh semester akhir...ngg...mungkin bukan semester akhir tapi semester akhir yang selalu diperpanjang gara-gara kemalasanku mengerjakan skripsi. Aku sudah melewati beberapa kali purnama untuk menyelesaikan skripsiku itu dan hasilnya tetap saja sama. Bahkan judul pun belum kudapatkan. Sepertinya aku butuh usaha yang lebih keras untuk melewatinya. Coba tebak, jurusan apa yang aku pilih untuk kuliahku. Tentu saja bukan jurusan Teknik seperti penampilanku atau jurusan Kedokteran seperti Ayah. Tepat! Aku mahasiswi di jurusan Ilmu Pendidikan Sejarah. Betul sekali, aku adalah calon guru. Harapanku sih, semoga saja murid-muridku tidak mencontoh dan meneladani tingkah lakuku yang kadang tidak begitu baik. Namanya juga manusia, pasti tidak pernah sempurna. Ya, kan? Siapa bilang aku asal memilih jurusan. Aku suka mengajar dan anak-anak. Kekuranganku hanya satu, aku malas dan gampang terpengaruh. Malam ini diajak nongkrong sampai pagi, ayo. Malam besok diajak nonton midnight di bioskop juga ayo. Dan sampai menelatarkan skripsiku yang selembar pun belum pernah kukerjakan. Aku selalu ingat dengan skripsiku yang belum berjudul itu, tapi lagi-lagi kemalasanku lebih kuat dari segalanya dan membuatku kesulitan menghadapinya. Ayah dan Bunda sudah ratusan kali mengancam akan mencabut seluruh fasilitas yang mereka berikan. Mobil kuning kesayanganku ini pernah jadi tumbalnya, tapi tidak bertahan lama, hanya seminggu. Kemudian Bunda akan merayu-rayu Ayah untuk mengembalikan mobilku. Bunda kasihan denganku yang setiap hari merengek-rengek seperti anak kecil. Aku memang perayu ulung, keturunan Bunda. Ayah juga pernah mengancam akan memasukkanku ke asrama. Asrama terdengar sangat menyeramkan bagi anak nakal sepertiku. Tidak mendapat kebebasan, tidak bisa nongkrong sampai pagi, tidak bisa bermalas-malasan, dan tidak bisa lainnya yang sangat menyeramkan. Tentu saja tidak berhasil. Aku membawa nama Rana saat Ayah mengatakannya. Rana butuh antar jemput untuk pergi ke kantor, dia nggak bisa bawa motor apalagi mobil. Rana memang seumuran denganku, tapi dia sudah terlebih dahulu lulus dan sekarang bekerja di salah satu Bank swasta. Kalau aku tinggal di asrama, kasihan Rana. Aku memang pintar, tapi sayang bukan di bidang akademis. Kadang aku sering berpikir, jangan-jangan aku ini anak angkat. Kenapa tidak ada satu pun kepintaran Ayah dan Bunda yang menempel di otakku? Sedangkan dua orang kakak laki-lakiku mengikuti jejak Ayah sebagai dokter. Dan mereka selalu mendapat beasiswa karena kejeniusannya, tidak seperti aku yang hanya bisa menghabiskan uang Ayah. Baiklah, tidak ada gunanya terpuruk. Aku tidak pernah iri dengan nasib siapa pun. Aku bahagia dengan hidupku, dengan keluargaku yang tidak pernah membanding-bandingkan aku dengan siapa pun, dengan semua hal yang begitu menyenangkan. Kuning. Seperti itulah aku mewarnai hidupku. Kuning artinya ceria, cerah dan bahagia. Kuning juga warna kesukaanku, warna mobil kesayanganku, warna tas ransel buluk yang selalu menemaniku, warna jam tanganku, warna bunga matahari kesukaanku dan kadang-kadang juga warna pakaian dalamku. Kata Rana, kuning itu warna norak. Padahal aku bermimpi ingin menggunakan baju pengantin berwarna kuning jika suatu hari nanti ada lelaki yang melamarku. Andai saja ada lelaki khilaf yang jatuh cinta padaku, pada wanita jagoan yang hobinya berantem, betapa indahnya hidupku. Walaupun penampilan luarku tidak manis seperti wanita, tapi aku juga masih menyukai lelaki. Pada lelaki mapan berumur dengan aura kebapakan, aku bisa meleleh jika ada lelaki seperti itu di hadapanku. Dari masih SMA aku begitu mengagumi lelaki berumur, idolaku saat itu adalah guru olahraga yang masih single. Guru baru yang saat itu langsung tersimpan di memori otakku. Itulah pertama kalinya aku jatuh cinta. Sayangnya aku harus patah hati saat dia menikahi wanita yang dicintainya. Sampai sekarang seleraku belum berubah. Tidak apa-apa duda, yang penting berumur dan masih single. Haram bagiku jika mengagumi lelaki yang sudah menjadi suami orang. Sayangnya, om-om seperti itu, mengikuti istilah Rana, tidak pernah tertarik pada bocah sepertiku. “Warna ini bagus kan?” Khayalanku langsung buyar seketika. Aku membuka mataku dengan malas dan menatap Rana yang sedang berdiri di hadapanku. Sudah beberapa tahun ini aku tinggal bersama Om Haryo dan Tante Ratih, orangtua Rana di Yogya. Tante Ratih adalah adik Bunda. Dari awal kuliah, aku memang sudah tinggal di rumah keluarga Rana. Keluargaku tinggal di Semarang setelah beberapa kali Ayah harus berpindah tugas dari satu kota ke kota lainnya. Sehingga Ayah memutuskan mengirimku untuk tinggal di rumah keluarga Rana agar aku dapat melanjutkan kuliahku. “Mau kencan?” tanyaku. “Cuma mau ke rumahnya Yudis,” sahut Rana malu-malu saat menyebutkan nama calon suaminya. Aku mendesis melihat kelakuan sepupuku. Sudah mau dikawinin, kelakuannya masih seperti ABG. Beberapa minggu lagi Rana memang akan menikah. “Ya sudah, pakai baju apa saja nggak masalah,” sahutku. “Kamu tuh, aku minta pendapat kamu,” Rana merajuk. Tipe wanita seperti Rana yang pada kenyataannya disukai lelaki. Manja, malu-malu dan manis. “Iya, bagus kok,” sahutku akhirnya. Panjang urusannya jika aku terlalu banyak berkomentar. Rana tersenyum puas dan kemudian membalikkan badannya berulang-ulang di depan cermin. “Kamu nggak kencan? Ini, kan malam minggu,” pertanyaan Rana terdengar seperti basa-basi. Aku menguap lebar. “Mau ngerjain skripsi,” jawabku asal. “Sudah dapat judulnya?” “Sudah,” jawabku singkat. “Pasti bohong.” Rana tertawa meledekku. Sial, dia tahu rupanya. “Aku kenalin sama temanku, mau? Teman kantorku,” tawar Rana. Aku mendelik. Ini hal yang tidak kusukai dari Rana. Dia sering sekali menjualku pada teman-temannya. Seolah aku ini barang tidak laku yang harus segera diobral. Menyedihkan. “Namanya Dimas, kamu ingat kan dia pernah ke sini,” lanjut Rana tanpa melihat ekspresiku yang tidak suka. “Kapan-kapan saja, aku lagi nggak mood buat kenal sama lelaki,” jawabku. Lagi-lagi Rana tergelak. “Sana kamu buruan perginya, buruan juga nikahnya, biar aku bisa guling-guling di kasur ini sampai puas,” kataku. “Bukannya kamu yang antarin aku. Yudis nggak bisa ke sini, banyak yang harus diurusnya buat acara pernikahan kami,” kata Rana dengan nada memelas. Oh, aku tahu seperti apa nasibku di malam minggu yang mengenaskan ini. Menjadi sopir sepupuku tersayang yang sebentar lagi akan membuatku menjadi orang termalang di dunia dengan melihat kemesraannya bersama calon suami tercintanya. Indahnya hidupku ini. (*)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook