bc

Just be Mine

book_age18+
6.9K
FOLLOW
65.1K
READ
possessive
love after marriage
arranged marriage
dominant
CEO
boss
sweet
office/work place
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

WARNING!!!

21+ (Mature Content)

Judul : Just be Mine

Genre : Romance

Status : On Going

☆ ☆ ☆ ☆ ☆

"BLURB"

Di mata seorang Bima Alexis Nugraha, Cinta adalah sebuah Perjuangan.

Perjuangan yang dilalui dengan penuh kesabaran, pengorbanan, dan penantian panjang yang tak mengenal lelah.

Tidak mengenal kata menyerah.

Hingga harus diakhiri dengan kata 'memiliki'.

Tidak ada kata penolakan.

Sedangkan di mata Dea Gadis Mananta, Cinta adalah sebuah upaya untuk mempertahankan.

Mempertahankan apa yang telah ia miliki, walau begitu banyak pertentangan.

Tak peduli apa pun rintangannya, ia akan terus bertahan.

Melupakan kemungkinan, bahwa terkadang 'Bertahan' saja tidak cukup tanpa 'Dipertahankan'.

Mengabaikan kenyataan, bahwa seringkali Tuhan telah menciptakan kisah hidupnya sendiri tanpa dia pinta.

Sanggupkah Dea menolak kehadiran seorang Bima, tatkala ia sendiri masih memiliki seorang kekasih?

Bagaimana bila mereka berdua dipertemukan dalam sebuah ikatan Pernikahan?

"Dengar ya, Bim. Sampai kapan pun, aku enggak mau nikah sama kamu. Liat aja, nanti aku bakalan bawa Nathan buat ngegagalin semua rencana konyol kamu ini!" ancam Dea.

"Aku bisa pastiin, cincin ini akan selalu ada di jari manis kamu. Selamanya. Selama aku menginginkannya!" tegas Bima.

Cover by Inna Uzia

Picture : congerdesign on PIXABAY

Font : Cover Maker

chap-preview
Free preview
1. Rencana
BUGGHHH!!! Dea meringis, menahan sakit dengan kedua tangan bertumpu pada aspal jalan di samping pagar pembatas rumahnya. Mengusap sekilas kakinya, gadis itu mendapati memar pada kedua lututnya, akibat aksi heroik dirinya yang nekat melompati dinding pagar setinggi dua meter itu. Menarik napasnya singkat, Dea lalu mengambil sepasang heels merah yang sengaja dilemparkannya keluar terlebih dahulu, sebelum akhirnya pandangannya menemukan sebuah tangga taman di ujung teras samping, yang sukses membantunya dalam upaya melarikan diri, malam ini. "Ah ... akhirnya!" seru Dea, dengan nada lega. Memutuskan untuk segera beranjak berdiri, gadis itu lalu terlihat bergegas melanjutkan kembali aksinya. Menoleh ke kanan-kiri, berendap-endap, lalu mulai mengayunkan langkah kakinya. Mengabaikan kondisi kedua kakinya, yang tampak telanjang. Sebelum satu suara berhasil menginterupsi dirinya. "Berhenti!" Meneguk ludahnya, Dea pun lantas terdiam untuk beberapa detik lamanya. Lalu memutar kepalanya ke belakang, dan menemukan sesosok pria berwajah tegas, dengan jas hitam di sana. Seorang pria dengan rambut yang tampak tersisir rapi ke belakang, mencetak jelas bentuk wajahnya yang datar dan dingin. Pria beralis tebal dengan sorot mata setajam elang yang juga memiliki rahang kokoh itu, tampak melangkahkan kaki mendekati dirinya. Mengikis jarak, di antara mereka berdua. Pria inilah, yang telah mengusik ketentraman hidup Dea, dalam beberapa hari terakhir. Pria yang membuatnya terpaksa mengambil keputusan untuk melarikan diri saja dari rumahnya, agar tak mengikuti keinginan gilanya yang ingin segera mempersunting dirinya. "Mau ke mana?" tanya pria itu dengan nada dingin, yang seketika saja sukses membawa kesadaran Dea kembali. "Ehm ... mau ke ...." Meringis, Dea justru mendapati dirinya tak menemukan kata-kata yang tepat, untuk ia ucapkan. "A-aku ... aku--" "Ayo, kita masuk!" Mengabaikan jawaban terbata yang baru saja didengarnya, Pria itu justru menggenggamkan tangannya pada pergelangan tangan Dea. Mengeratkannya, dan membawanya kembali memasuki kediaman keluarga Mananta, Orang tua Dea. Menggagalkan usaha keras, yang sudah dilakukan dengan susah payah, oleh gadis bertubuh mungil itu. "Tt-tunggu ...!" sergah Dea frustasi, mendapati keadaan yang sama sekali tak berpihak kepadanya. "Aku enggak mau, Bim," cicitnya, kemudian. Pria itu adalah Bima. Teman masa kecil Dea, yang sudah gadis itu kenal sejak masih berseragam merah-putih, yang hanya terpaut tiga tahun saja dengan dirinya. Putra tunggal dari sahabat papanya. Yang entah sejak kapan, telah berubah menjadi sosok pria menyebalkan, dengan wajah datar dan dingin bagai es. Bima Alexis Nugraha. Pria itulah, yang menurutnya telah berperan besar, mengacaukan rotasi kehidupannya dalam waktu sekejap. Menyebabkan retaknya kepercayaan Nathan-sang kekasih, kepada dirinya. Membuat ia harus bersusah payah untuk meyakinkan kekasih hatinya, bahwa ia tak pernah menjalin hubungan apa pun dengan Bima, selama ini. Mengakibatkan Dea gusar, setengah mati. "Perlu digendong?" Sebuah pertanyaan, yang lebih terdengar seperti ancaman di telinga Dea. Membuat ia memutar kedua bola matanya, dengan kesal. "Ayo!" Bima pun kembali menarik tangan Dea. Melanjutkan langkah kaki mereka, yang terhenti. Yang diikuti dengan terpaksa oleh Dea dengan mengerucutkan bibir, seraya memberikan tatapan tajam penuh ancaman miliknya, kepada Bima. Melangkahkan kakinya di belakang Bima, Dea pun lantas menyadari, bahwa dirinya kini tak ubahnya seorang anak kecil yang tertangkap basah tengah membolos, di sela jam sekolahnya. Benar-benar sial! Dea pun mengembuskan napas panjang. Keduanya lalu melewati pos penjagaan, di samping gerbang kediaman Mananta. Mengabaikan sapaan security yang menampilkan wajah penuh tanya, Dea pun akhirnya benar-benar menarik tangannya lepas dari genggaman tangan Bima. Memaksa pria itu, untuk turut berhenti. "Apa lagi?" tanya Bima, datar. Meringis, Dea pun lalu menekuk kedua kakinya. Benturan pada aspal beberapa saat yang lalu, rupanya sukses meninggalkan luka pada kedua lututnya. Menyebabkan timbulnya rasa perih di sana. "Kakiku sakit, Bim," cicit Dea, dengan suara lirih. Meresapi rasa perih, yang kian terasa pada beberapa bagian luka lecet, yang terdapat pada kedua lututnya. "Ck, merepotkan!" Dea yang kesakitan pun, seketika mendapatkan energinya kembali, dalam waktu sekejap. Gadis itu terlihat memberikan balasan tatapan tajamnya, kepada Bima. Entah mengapa, berdekatan dengan Bima, selalu saja mampu membuat mood-nya berubah menjadi buruk. Melupakan rasa sakitnya, Dea pun memutuskan untuk beranjak berdiri. Mengentakkan sebelah kakinya, lantas kemudian berkata dengan nada garang. "Kalau ngerepotin, ya udah, tinggalin aja!" Dan sedetik kemudian, gadis itu pun kembali meringis. Mendapati lututnya yang terasa semakin perih, akibat entakan kaki yang baru saja ia lakukan. "Dasar labil!" "Apa? Barusan kamu bilang apa?!" Gadis itu memelototkan mata, tak terima. Menengadahkan wajahnya, Dea pun lalu melayangkan tatapan kesalnya kepada Bima. Berusaha menahan diri sebisa mungkin untuk tak mencakar wajahnya, atau minimal melayangkan satu-dua buah heels yang tengah ditentengnya dengan tangan kiri, kepada kepala Bima sekarang juga. Hal yang sepertinya akan cukup, untuk membalaskan kekesalan hatinya selama beberapa hari terakhir. "Biar kugendong saja." "Eh?" *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.3K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

A Secret Proposal

read
376.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook